"Cieee yang sibuk sampe gak ngabarin sahabatnya yang rela menunggu kabar orang yang belum tentu inget sama gua!" celoteh Areta sambil mengupas sayuran.
"Gak gitu." Timpal Lea. "Trus gimana dong?"
"Gitu dehh. Cieee tukang kepo!"
Mereka tertawa bersama didapur. Areta dan Lea tengah menyiapakan makan siang. "Gimana? Udah damai nihh sama masa lalu?" tanya Areta. "Gua mah dah B aja sii! Bodo amat juga orang sekarang udah bukan urusan gua lagi. Ya kan?" Balas Lea mantap.
"Ohh jadi sekarang urusan lo ama Danish dong?"
"Apaan sii lo, gaje!"
"Ciee cieee.."
"Diem atau gue sumpal!"
"Dihh marah."
Areta membalikkan tubuhnya dan bersender pada meja pantry. Pandangannya seperti sedang menerawang. "Lagian gua support lu kok kalo seandainya lu sama Danish. Dia baik kok Alea!"
Lea menghentikan aktivitas memotongnya dan mengingat kejadian di hotel.
"Huwaaaa akhirnya selesai juga!"
Lea meregangkan otot-otot ditubuhnya setelah semalaman berkutat dengan laptop didepannya untuk mengurus laporan dari proyek mereka.
Danish beranjak dari tempat duduknya. "Mau kemana Pak?" tanya Lea.
"Mandi."
Setengah jam berlalu kini Lea sedang bermain game di ponselnya sambil rebahan. Ia mendengar suara pintu kamar mandi yang terbuka. Hingga saat ia melihat kearah suara, ia melihat Danish yang hanya memakai handuk untuk menutupi bagian bawah tubuhnya.
"AAAAAAAAAAAAAA" Lea sontak menutup matanya. "Pake baju gak! Kalo enggak-"
"Apa?" potong Danish.
"Saya teriak!"
Merasa tak ada jawaban. Lea perlahan membuka matanya dan terkesiap ketika wajah Danish tepat didepannya. Sangat jelas terlihat cucuran air yang menetes dari rambut Danish dan aroma tubuh Danish yang tercium olehnya. Lea tidak bisa berkata-kata karena shock. Danish terdiam dan hanya menatap dalam manik Lea. Cukup lama mereka pada posisi itu.
"Ayo teriak."
Bukannya teriak, Lea justru berusaha menjauh dari tatapan Danish. Tentu saja Danish terus mendekat sampai Lea terpojok di headboard kasur. Danish terus mendekatkan dirinya hingga ujung hidung mereka hampir bertemu. Nafas dengan aroma mint kian menusuk penciuman Lea dan entah kenapa ada desiran aneh diperutnya.
Lea mendorong dengan sekuat tenaga agar tubuh Danish bisa menjauh darinya. Ia lolos dan bersiap untuk berlari. Namun gerakannya kalah cepat dengan Danish yang memegang tangannya dan menarik pinggangnya hingga tak ada jarak antara mereka.
Degupan kencang mulai Lea rasakan didadanya. Apalagi ketika ia harus dihadapkan dengan dada yang bidang dan tentunya roti sobek yang tersaji didepannya. Danish mulai mendekatkan lagi wajahnya. "Pak!" lirih Lea.
Danish terus mendekatkan wajahnya dan Lea pasrah dengan menutup matanya. Danish berbicara tepat ditelinga Lea dengan nada yang sensual. "Gotcha!" kemudian Danish melepaskan Lea dan tertawa terbahak-bahak diatas kasur. Lea berusaha memahami keadaan dan mulai merasa malu dengan kelakuannya. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan.
Danish berusaha berhenti dari tawanya, "Lagian kalo kamu mau saya cium, kamu tinggal minta."
KAMU SEDANG MEMBACA
DAMN BOSS
KurzgeschichtenKehidupan Aleasya yang terkesan biasa saja berubah setelah ia bertemu dan menjadi sekretaris pribadi seorang Danish Javier Regano yang cukup terkenal di kantornya. Sedangkan Danish berhasil menipu dunia dengan menyembunyikan sisi gelapnya sampai ket...