•36• Quarry

182 34 2
                                    

Keberitahu kau sebuah rahasia kecil. Dalam urusan ini, sembilan dari sepuluh kecemasan muasalnya hanyalah imajinasi kita. Dibuat-buat sendiri, dibesar-besarkan sendiri.

👑

Quarry: tambang terbuka tempat batuan dan mineral dapat diekstraksi.

👑

"Kayaknya kita gak perlu pakai zoom meeting sama Aina, Aira, Dizcha, Louissa, dan Flavia deh. Kita gak tau pembahasan ini bakalan dibawa ke mana, takutnya terjadi sesuatu, dan malahan berdampak sama kompetisi yang lagi mereka ikuti. Biar hasilnya nanti kita kirim di grup yang enggak ada Bu Rinai nya," pikir Gizca memberikan usulan.

"Gue setuju sih," sahut Alvarez.

"Gue juga."

Selanjutnya diikuti sahutan-sahutan dari beberapa orang yang pada akhirnya membuat Liora ikut setuju.

Malam ini mereka akan membahas tentang UAS satu dan beberapa siswa lagi yang akan berangkat kompetisi.

Masih ada empat orang lagi yang belum berangkat dikarenakan jadwal kompetisi mereka juga masih sekitar lima sampai tujuh hari lagi.

"Oke, kumpulan kali ini kita mulai. Em ... buat lima belas murid baru ini kumpulan pertama, 'kan? Sebelumnya gue bakal jelasin dulu ke mereka. Yang lain diam dulu! For your information, anak kelas istimewa terutama Class Crown sering ngadain kumpulan kayak gini. Tujuannya buat membahas sesuatu tentang kelas. Sengaja pilih waktunya malam karena malam-malam itu waktunya belajar, guru bakalan mikirnya kita lagi belajar bareng padahal kita lagi diskusi. But, hasil diskusi ini gak boleh kalian sebarin ke anak kelas lain, apalagi anak jurusan."

"Ngerti 'kan sama yang Gizca jelasin barusan? Gue gak mau buang-buang waktu, sekarang kita langsung aja ya. Mau bahas tentang UAS dulu atau empat orang yang mau berangkat kompetisi?" tanya Liora menatap teman-temannya satu persatu.

Gizca dan Liora berdiri di depan, di dekat papan tulis yang biasa Aina gunakan sebagai tempat merangkum hasil diskusi.

Beberapa dari mereka saling pandang, terutama yang lima belas siswa baru itu. Mungkin mereka masih merasa canggung jika harus berkumpul.

"UAS dulu aja, Li," jawab Alifan.

"Yang lain gimana? Kita butuh suara, biar gak buang-buang waktu." Kini giliran Gizca yang bertanya.

"UAS aja, Giz," jawab Anelis.

"Anak baru, gimana?" tanya Gizca. "Jangan diem aja dong!" Memukul papan tulis putih cukup kencang.

"UAS, Gizca. Kayaknya kalau buat empat orang yang mau kompetisi bisa belakangan," jawab Revi mewakili teman-temannya.

"Maksud lo gak penting, gitu?" tanya Alvarez setengah membentak.

Revi menelan ludah. Sepertinya mereka masih terlalu sensitif terhadap apa saja yang menyangkut anak baru.

Belum sepenuhnya menerima.

Seharusnya Revi dan yang lainnya perlu bersyukur karena diajak diskusi kelas seperti ini. Jika tidak? Berarti mereka benar-benar tidak pernah dianggap sebagai siswa SGG.

"Bu–bukan gitu maksud gue, lo salah paham, Rez. Maksud gue itu ... emangnya kita mau bahas perihal apa tentang kalian yang mau berangkat? Toh sebelumnya waktu Dizcha dan yang lainnya berangkat kita gak kumpulan kayak gini. Jadi mending kita bahas UAS aja dulu gitu. Lagian gue juga 'kan belum tau konsep UAS di SGG, jadi kayaknya kita perlu bahas UAS dulu," jawab Revi menjelaskan maksudnya yang sebenarnya.

'𝐒𝐆𝐆' 𝐀𝐦𝐛𝐢𝐭𝐢𝐨𝐮𝐬 𝐆𝐢𝐫𝐥𝐬 [𝐄𝐍𝐃]Where stories live. Discover now