3. Membuka Luka Lama

226 51 3
                                    

Matanya terpejam menikmati semilir angin yang berhembus di tengah kebisingan ibu kota. Perlahan mata itu terbuka saat merasakan ada seseorang yang datang dan tengah memperhatikan dirinya dari samping.

"Kak Aldi?" Lirih Savira sambil menatap pria di sampingnya itu.

Revaldi yang sedang memperhatikan Savira pun hanya menanggapi dengan anggukan kepala dan senyum ringan, kedua sudut bibirnya terangat membawa kehangatan. Kemudian ia mulai melepas jas yang dikenakannya lalu menyampirkan di pundak Savira.

Saat ini mereka berdua berada di rooftop lantai delapan salah satu gedung hotel bintang lima, di tengah-tengah malam amal yang di hadiri petinggi-petinggi perusahaan dan para selebriti, mereka memilih menepi dari rangkaian acara yang ada. Lebih tepatnya, Revaldi yang mengikuti Savira untuk menepi, saat mata pria itu menemukan kehadiran Savira di tengah-tengah acara.

"Kenapa waktu itu langsung pergi?"

Savira menoleh menatap Revaldi yang tiba-tiba bertanya setelah keheningan terjadi diantara mereka.

"Entahlah." Jawab Savira singkat. Ada perasaan ragu saat ingin berkata jujur.

"Apa kamu takut aku akan tahu semuanya?" Lanjut Revaldi masih menatap lurus ke arah keramaian kota yang ada di bawah mereka.

"Mungkin?" Balas Savira dengan tanda tanya sambil tersenyum, kemudian menoleh ke arah Revaldi yang saat ini tengah menatapnya dalam.

Menanggapi balasan Savira membuat Revaldi tersenyum. "Memangnya aku terlihatan seperti orang yang tidak bisa di percaya ya?" Ucapnya dengan nada gurau lalu memutar tubuh, bersandar pada pagar pembatas dengan tangan bersedekap sambil menatap langit-langit.

"Soraya pernah nggak sengaja cerita kalau dia punya keponakan lucu. Saat aku tanya Renata, dia bilang mungkin keponakan dari keluarga tante Saras. Tapi tante Saras 'kan anak tunggal." Revaldi tersenyum sambil menjelaskan.

"Kemarin Soraya juga...." Ucapan Revaldi terputus saat Savira langsung menimpali. "Iya, yang di maksud Soraya memang anakku. Kalau kak Aldi sudah tahu, kenapa waktu itu terlihat kaget?" Ucap Savira sambil melihat lurus ke arah gedung-gedung pencakar langit di depannya.

Dapat Savira lihat dari raut wajah Revaldi yang nampak kaget dan bingung dengan situasi yang sedang terjadi. Maura yang nampak berlari menghampirinya dengan segera ia gendong. Terlihat Renata tersenyem sebal sambil menatap tak suka pada dirinya yang membuat Maura mengeratkan pelukan dalam gendongannya.

"Mama, ayo pulang." Lirih Maura karena takut dengan tatapan galak Renata.

Savira dapat sedikit bernafas lega saat Maura mengajaknya untuk pulang. Setelah berpamitan dengan Saras, ia bergegas keluar rumah mewah itu tanpa berpamitan lagi dengan penghuni rumah yang lain dan meninggalkan tanda tanya besar di raut wajah Revaldi yang terus menatap ke arahnya dan Maura hingga menghilang di balik pintu.

"Namanya Maura." Ucap Savira tiba-tiba yang membuat Revaldi menatap ke arahnya.

"Cantik." Ucap Revaldi sambil tersenyum yang membuat Savira mau tak mau juga ikut tersenyum.

Melihat ketulusan Revaldi membuat Savira merasa nyaman dan aman dalam satu waktu. Nyaman untuk bercerita banyak hal karena ia tahu bahwa Revaldi adalah orang yang bisa ia percayai.

Namun lagi-lagi keheningan menyelimuti percakapan mereka. Hingga Revaldi mulai berdeham dan menegakan tubuhnya sambil memasukan kedua tangannya pada saku celana, memutar tubuh hingga menghadap ke arah Savira.

"Umur berapa?" Ucap Revaldi tiba-tiba.

"Hem?" Savira menoleh membuat tatapan matanya dan Revaldi bertemu.

Her SecretWhere stories live. Discover now