4. Life Goes On

253 51 10
                                    

Update cepat!!!
Jangan lupa klik bintangnya dulu sebelum mulai baca..
Dan jangan lupa juga komen2nya jugaaa...

Selamat membaca..

4. Life Goes On

Savira mulai menghembuskan napasnya secara perlahan. Setelah keputusan yang ia buat, entah mengapa ada perasaan ragu yang tiba-tiba muncul. Ia hanya merasa takut jika Maura sulit untuk beradaptasi dan menjadi bahan pembicaran orang-orang. Ya, Savira baru saja memutuskan untuk membawa Maura ke sekolah. Walaupun sekolah tersebut di bawah naungan pamannya, tetap saja ia merasa was-was dan tidak tenang.

"Mama, bagus tidak?" Suara Maura yang sedang memamerkan seragam barunya membuat Savira segera menatap sang putri.

Mencoba tersenyum, Savira mengangguk. "Bagus. Cantik anak mama." Ucapnya sambil mengelus puncak kepala Mauara. "Maura senang?" Lanjutnya bertanya.

Mendengar pertanyaan itu, Mauara segara mengganguk-anggukan antusias. "Senang sekali. Maura sudah nggak sabar masuk ke sekolah." Ucapnya yang membuat Savira tersenyum. Bukan senyum yang turut bahagia namun senyum samar yang sedikit mengganggu Maura.

"Mama kenapa? Sakit?" Tanya bocah itu dengan raut khawatir. Dan, seketika Savira tersenyum lebar dan menggeleng ringan.

"Enggak sayang. Mama cuma sedikit mengantuk." Elak Savira langsung memberikan senyum selebar mungkin.

"Sepertinya mama need some coffee deh." Balas Maura dengan wajah gemasnya.

"That's right."

"Mbak Yuli, tolong buatkan Mama cofee ya." Pinta Maura dengan kedua tangan menangkup. "Please! Mama mengantuk." Lanjutnya sambil menunjukan senyum pasta gigi.

"Okey!!" Jawab Yuli bergegas ke dapur.

Savira pun tersenyum, hal sederhana yang selalu bisa membuat dirinya bahagia. Maura. Sosok manis yang penuh dengan kelembutan dan kehangatan. Sama persis seperti Jefri, sosok yang selalu memberikan perhatian dan kehangatan layaknya keluarga padanya. Ya, walaupun terkadang menyebabkan.

Mengingat kenangan lalu membuat senyum Savira makin lebar. Segala pikiran-pikiran tentang kemungkinan-kemungkinan yang sulit untuk terwujud pun terbesit di benaknya. Andai saja ada Jefri di hidupnya saat ini, lengkap sudah kebahagian mereka.

"Mama?" Panggil Maura yang terlihat kebingungan. Sudah beberapa kali memanggil namun sang Mama belum juga merespon.

"MA-MA?!" Panggilnya sekali lagi penuh penekanan.

"Oh." Savira kembali. "Iya, apa sayang?" Masih dengan senyumnya, Savira menanggapi dengan eskpresi bingung.

"Mama kenapa?" Raut wajah Maura mulai tidak tenang, bocah itu terlihat sangat khawatir.

Gelengan ringan Savira berikan, senyum simpul pun juga menghiasi wajah perempuan itu. "Enggak sayang, Mama cuma belum siap saja kalau Maura harus ke sekolah." Terangnya jujur.

"Kenapa?" Tanya Maura dengan polos. "Mama takut kalau Maura nakal ya?" Lanjutnya memasang wajah sedih dan bersalah, melihat itu Savira pun tersenyum dibuatnya.

"Hei, anak Mama kan anak baik. Anak pintar. Mama hanya khawatir saja Maura sayang. Perasaan setiap orang tua yang akan melepas anaknya pergi ke sekolah untuk pertama kali selalu seperti itu. Bukan karena Maura anak nakal lalu Mama khawatir. Maura kan anak yang baik dan pintar." Terang Savira mencoba menjelaskan, walaupun pada kenyataannya ia lebih khawatir tentang hal lain.

"Mama ngomong apa sih? Maura nggak paham. Maura nggak nggerti bahasa orang dewasa ih." Balas Maura yang membuat Savira segera merengkuh tubuh mungil itu sambil terkekeh ringan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 22, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Her SecretWhere stories live. Discover now