The Effect of..

474 23 2
                                    

Gigi POV

            Omaygaaattt capek bangeett. Aku rasanya pengen langsung terjun bebas ke kasur. Aku memencet bel apartement karena saking capeknya aku males ngambil kunci di tasku yang segede gaban ini.

1 menit.

2 menit..

Isshh kemana siih si om Radit? Awas aja nih kalo ketemu, aku tempeleng pake tas gabanku ini. Dengan terpaksa aku melepaskan tasku lalu mengambil kunci apartemen.

Setelah terbuka, aku menyeret tasku ke dalam. Udah ga kuat cyiiin buat ngangkat tas lagi, lelah tingkat neptunus..

“Kak Radiiiitt!!” aku teriak memanggilnya. Udah gatel pengen nempeleng kepalanya pake tasku kalau ketemu.

Tapi kok sepi banget ya? Kayak ga ada orang, gelap semua. Aku pun beranjak menuju kamar.

Aku melihat Radit tertidur dengan setelan kantornya.

What the hell? Segitunya maniak kerja sampe tidur aja pake setelan kantor? Ckck.

“Kak Radit” panggilku sambil menggoyangkan tangannya.

Eh bentar! Tapi kok mukanya pucet gitu ya? Wajahnya juga keringetan gitu.

Aku pegang pipinya.

Ihwaauuuww! Ini pipi atau kompor portable? Panas banget..

Ya ampuuun tumben banget Radit sakit kayak gini. Kuperhatikan seluruh tubuhnya. Kemejanya basah, dia juga masih pake sepatu. Akhirnya aku melepaskan sepatu dan jasnya.

Gantiin kemeja sama celananya ga yaa?

Kalo kata almarhum alda mah ‘aku tak biasa’..

Tapi kasian dia pasti ga nyaman pake baju kayak gitu.

Akhirnya setelah perdebatan sengit, keputusan finalnya adalah aku menggantikan baju Radit. Dengan sangat hati-hati aku menggantikan kemeja dan celana Radit. Apalagi pas gantiin celananya, ngeri cyiiinn..

            Setelah itu aku berniat untuk mengompresnya. Eh tapi aku mandi dulu kali yaa? Sumpah ini badan udah lengket banget, permen karet aja kalah kali.

“Bentar yaa kak, gue mandi dulu. Maaf yaa. Tapi lo ga mau kan kebauan karena gue?” gumamku sendiri. Ini aku kenapa lagi?

Selesainya mandi, aku langsung ke kamar Radit sambil membawa kompresan. Selama dua jam aku mengompres kening Radit, dan sepertinya panasnya sudah lumayan turun.

Aku menghela napas. Kuperhatikan wajahnya lebih dekat. “Kok gue pulang, lo malah sakit sih kak? Gue kan..” aku tidak melanjutkan ucapanku.

Entah setan siapa yang berani-beraninya masuk ke dalam tubuhku. Tiba-tiba aja aku mencondongkan wajahku lebih dekat ke arahnya dan mencium bibirnya. Ya, tepat di bibirnya..

Cuma beberapa detik, lalu aku menjauhkan wajahku. Tapi tangan Radit seketika menahan kepalaku dari belakang kemudian menariknya sehingga bibir kami menyatu kembali.

            Bibirnya membelai bibir bawah dan atasku bergantian. Menjilatinya dan meggigiti tanpa ampun. Membuat mulutku terbuka dan kini lidahnya berhasil masuk ke dalam mulutku. Menelusuri bagian dalam mulutku dan membelit lidahku.

Aku ga pernah merasakan ciumannya yang seperti ini. Ciuman yang begitu dalam dan penuh dengan hasrat. Sehingga membuatku terbuai dan secara tak sadar membalas ciumannya.

What’s wrong with me?? Setan mesum enyahlah kauuu dari tubuhku!!

Bibirnya semakin gencar menjelajahi bibirku. Bahkan dia mencecapi setiap jengkal rahangku, menelusuri leherku dengan ciuman-ciuman kecilnya. Tangannya yang satu lagi sibuk membelai-belai punggungku.

“Gigi” erangnya, kemudian menciumi balik telingaku.

Seketika seperti ada suatu sengatan yang menjalari seluruh tubuhku. Tanganku bergerak menjelajah dada bidangnya. Tubuhku terangkat, dan kemudian aku udah ada dikasur, lebih tepatnya di bawah tubuh Radit.

Bibirnya kembali mengecup bibirku, tapi kini terasa lebih lembut, sangat lembut..

Lalu bibirnya perlahan turun ke leherku, mencecapnya berkali-kali sambil memanggil namaku dengan erangannya. Ciumannya semakin turun ke dadaku, dan tangannya berusaha melepas kancing bajuku.

Jeggerr!! Barulah aku sadar.

“Kak Radit” panggilku yang kedengerannya kok kayak mendesah gitu ya?

Kemudian dia menjauhkan kepalanya dan menatapku. Matanya menggelap dan tajam menatapku. Aku tersenyum kikuk. Bibirnya kembali menyambar bibirku, dengan tangannya yang masih sibuk membuka kancingku. Duhh gimana dong nih??

Lalu dia menjauhkan kembali kepalanya.

“Aku kangen kamu” ucapnya parau.

Kemudian tubuhnya jatuh terhempas di sampingku.

Dia pingsan? Atau mungkin kelelahan?

Huffttt, untung aja dia lagi sakit. Kalo engga, udah tamat riwayatku sekarang. Predikat si gadis bahenol Gigi bakalan hilang.

Mending aku bikinin makan aja deh buat kak Radit, sekalian kabur menyelamatkan hidup. “Kak, gue bikinin lo makan dulu yaa” ucapku sambil berusaha bangun.

Tapi tangan Radit malah menahanku dan mengurungku di pelukannya. Lahh, aku kira udah tepar.

“Di sini aja gi, cukup temenin gue” ujarnya pelan.

Radit semakin mengencangkan pelukannya. Aku tersenyum dan mengangguk. Kurapatkan kepalaku di dadanya, dan tanganku merangkul pinggangnya. Entahlah, mungkin setan mesum di gunung yang haus akan belaian nyasar di tubuhku..

*****

Holaaaa, maap bingits uploadnya dikit. Yang penting upload kaan hoho. Udah mana ceritanya aduhaii gitu lagi kan. Bikin eneng mau jugaa :3 hahaa. Dont forget to leave your vomment guuyyss ;)

Who win the game?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang