Suara gemuruh tepuk tangan menggema di segala arah, ketika mereka menyelesaikan lagunya. Pandangan penuh haru terlihat di mata cantik gadis itu, ini kali ketiga nya membawa lagu mereka.
"Thank you so much!"
Ia membawa dirinya menuju waiting room, dan langsung menuju wastafel.
Asik mencuci tangannya, terdengar suara pintu terbuka menandakan seseorang masuk. Tanpa menoleh pun ia tau siapa yang masuk, dan mencoba untuk tidak memperdulikannya.
"Kita harus bicara mut." Laki-laki itu bersuara.
Muti mengangkat kepalanya, dan menatap laki-laki itu dari kaca yang ada didepan nya.
"Apaan?" Tanya Muti heran.
"Kita harus bicara mut, kita lurusin ini. Aku ngga bisa kaya gini terus." Brian berjalan mendekati Muti.
"Ngomong apa sih Bri?" Tanya Muti sambil mengeringkan tangan nya menggunakan tisu.
"Mut jangan kaya gini, dari semua yang terjadi aku sadar kalo aku yang salah."
Muti hanya bisa menatap Brian diam, ia tau apa maksud laki-laki itu. Tapi jangan sekarang, ia lelah. Dan satu lagi ia masih tidak mau membahas masalah ini.
"Apa? Biasa aja. Emang udah ngga bisa di lanjutkan lagi mau apa juga." Kata Muti.
"Iya aku yang salah mut, kamu sadar ngga kita itu canggung. Kita ngga ada chemistry sama sekali." Brian mencoba memegang tangan Muti.
"Apa sih? Biasa aja." Muti berjalan menuju tas nya.
"Muti, dengerin dulu. Kita-
"Sst! Udah. Biasa aja, aku cape."
Gadis itu berjalan keluar.
Brian hanya bisa menghela nafas, ia menyugar surai nya sambil menatap pintu yang sudah tertutup kembali. Pikiran nya kembali pada masa dimana kejadian itu terjadi.
"Ini salah aku Mut."
Sementara di mobil, Muti hanya bisa menatap luar dengan pikiran yang sama.
"Ngga ada yang perlu dijelaskan lagi Bri, semuanya udah berakhir.
(。♡‿♡。)
Hiruk pikuk suasana cafe sekarang tidak lah menjadi penghalang bagi Muti untuk melamun lebih lama, malah suara-suara itu menjadi pengiring lamunan nya.
"Gimana rasanya se project sama mantan?" Tanya Nina tiba-tiba.
Diana tersedak, lalu reflek memukul lengan Nina keras.
"Kalo ngomong itu bismillah dulu budul! Lemes amat mulutnya."
Sambil mengusap tangan nya, Nina mencoba membela diri. "Udah kan tadi pas mau makan."
Jika saja tidak sedang banyak orang, Diana ingin sekali menjambak bibir Nina. Heran, mulut nya licin amat kaya belut.
Tapi, menjambak bibir itu gimana?
Muti hanya menatap malas pada kedua temannya, jika sudah seperti ini bukan nya membantu malah lempar-lemparan.
Tapi yaa begitu lah teman, kalau sudah susah pasti menjadi paling akhir membantu. Kalau udah senang paling depan deketin, hehehe.
Masih hanyut dengan lamunannya, Muti di kejutkan oleh suara orang yang ia kenal.
"Mut, sekitar se jam lagi perform. Balik gih, ntar buru-buru." Itu Suara Sun, kakak sekaligus manager Muti. Ya supaya hemat katanya, lumayan ngga banyak keluarin duit.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love Series
NouvellesWhat is love? Ini adalah sekumpulan ide random yang keluar begitu saja saat sedang melamun ಥ‿ಥ