•|| Ghost ||•
Happy reading
° ° °
"Sudah selesai." ucap seorang suster yang baru saja selesai memasang kembali infusan di tangan Arkana."Terima kasih suster." sahut seorang perempuan berambut pendek, itu adalah Davina.
Sang suster tersenyum tipis lalu pergi sambil membawa nampan kecil yang berisikan peralatan medis.
Davina berjalan mendekati tempat tidur Arkana, dia ingin membantu Arkana untuk membaringkan tubuhnya.
"Kamu harus istirahat yang cukup." ucap Davina dengan lembut.
Ada tiga orang yang berdiri di belakang Davina itu adalah papahnya; Rio. Papahnya Arkana; Raka. Mamahnya Arkana; Nara.
Arkana menatap Davina dengan tatapan dinginnya, lalu dia menghela nafas dengan kasar.
Tiba-tiba Rio berjalan mendekat ke arah anaknya, dan dia berkata.
"Kamu tenang aja, Vina akan jagain kamu di sini sampai kamu sembuh." katanya sambil mengelus rambut Davina dengan lembut.
Senyuman pun terukir di wajah Davina dan timbullah rona merah di pipinya.
Arkana hanya diam mencoba untuk mengabaikan orang-orang itu.
"Papah, om, tante, kalian jangan khawatir aku selalu ada buat Arka." ucap Davina yang belum memudarkan senyuman indah miliknya.
Arkana yang mendengar perkataan yang keluar dari mulut Davina pun hanya berdecak sambil merotasi bola matanya.
"Sayang, kamu juga harus jaga kesehatan ya. Jangan sampai kamu ikutan sakit cuman karena jagain Arka." sahut Nara kepada Davina.
Dan Davina pun membalasnya dengan anggukan kecil.
Raka angkat bicara. "Lagian Arka masuk rumah sakit karena kecerobohannya sendiri, jadi dia-" tiba-tiba perkataannya di sela oleh Arkana.
"Kalau ga ada kepentingan lagi kalian bisa keluar dari sini." selanya.
Raka mengerutkan keningnya mendengar ucapan Arkana, dia sudah lelah memberitahu pada anaknya jika tidak sopan menyela pembicaraan orang lain.
"ARKA!!!" ucap Raka penuh penekanan. "Kamu tidak sopan mengusir orang tua. Jaga bicaramu, ada om Rio di sini." lanjutnya.
Sang istri pun menahan lengan sang suami agar dia bisa mengontrol amarahnya pada anaknya, bagaimana pun Nara sudah sangat paham dengan sikap anaknya yang seperti itu.
"Udah pah, Arka lagi sakit mending kita keluar saja supaya dia bisa istirahat." timpal Nara.
Raka pun menghela nafasnya sebelum dia mengangguk.
"Yasudah." Raka pun berjalan ke arah pintu dan keluar dari ruangan Arakan. Tak lama Nara pun menyusul sang suami.
Dan sebelum Rio keluar dari ruangan ini dia mengelus bahu putri semata wayangnya dengan lembut lalu dia berkata.
"Kamu di sini aja ya, jagain Arka."
"Iya pah." balas Davina dengan senyum manis miliknya.
Atensi Rio pun beralih pada Arkana yang berbaring di tempat tidurnya.
"Arka, om keluar dulu ya." pamitnya.
Arkana hanya menatap pria paruh baya tersebut sekilas dan dia langsung mengalihkan pandangannya kembali tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Clek...
Setelah pintu tersebut tertutup dengan rapat, keheningan menyelimuti ruang ini. Arkana mencoba untuk mengabaikan perempuan yang berdiri dari tadi di dekat tempat tidurnya.
Arkana berusaha untuk memejamkan matanya tapi tiba-tiba saja Davina memanggil namanya dengan nada rendah namun terdengar olehnya.
"Arka."
Davina menundukkan pandangannya sambil memainkan jari-jarinya.
"Aku kangen mamah." sambung Davina.
Arkana kembali membuka kedua matanya dengan perlahan lalu dia menoleh ke arah Davina yang masih berdiri di samping ranjangnya sambil menundukkan kepalanya.
Dia memang benci dengan Davina karena orang tuanya menjodohkannya, tapi di sisi lain Arkana juga punya rasa simpati pada Davina. Apa lagi perempuan berambut pendek itu hidup tanpa kasih sayang seorang ibu yang telah melahirkannya.
Mamahnya Davina meninggal pasca melahirkannya. Jadi, sejak kecil hingga saat ini Arkana hampir mengetahui semua hal yang perempuan tersebut alami.
Arkana menghela nafasnya, "Jangan cengeng, gue ga suka liat cewe nangis di depan gue."
Davina kembali mengangkat pandangannya dan menatap laki-laki yang berbaring di depannya.
"A-aku ga nangis." balas Davina.
Lagi-lagi Arkana berdecak. "Ck! Awas aja kalau lo nangis di depan gue, nanti gue yang disalahin sama bokap gue lagi." sergahnya.
"Maaf..." lirih Davina.
"Percuma. Hidup gue udah terlanjur terjebak sama lo." celetuk Arkana sambil menatap sinis Davina.
Davina tersenyum tipis, dia berusaha untuk tidak lagi-lagi mengeluarkan air matanya ketika sedang bersama dengan Arkana.
Tiba-tiba Arkana bangun, dan membenarkan posisi duduknya di atas ranjangnya.
"Kalau lo kangen nyokap lo, lo tinggal ke kuburannya aja apa susahnya sih? Jangan ngeluh ke gue. Lo juga bisa minta temenin sama temen-temen lo, jangan kalau ada apa-apa ngeluhnya ke gue terus."
Seperti itu lah jika Arkana sedang kesal dengan Davina. Dan Davina hanya bisa terdiam tanpa berkata apapun, jika dia menyahutinya maka Arkana akan mengomel lebih panjang dan lebih menusuk lagi.
"Ngapain lo masih diem aja di sini?! Keluar!!"
Davina sedikit tersentak karena perkataan dari Arkana. Dia seharusnya memang segera keluar dari ruangan laki-laki itu.
"Iya, aku pergi dulu ya. Jangan lupa obatnya di minum." ucap Davina sebelum ia pergi meninggalkan ruangan ini.
Dengan berat hati Davina menutup rapat pintu di belakangnya, dan mulai berjalan menelusuri lorong-lorong rumah sakit.
Arkana menyenderkan tubuhnya lalu mengusap wajahnya dengan frustasi. Tapi entah kenapa tiba-tiba di benaknya dia jadi teringat dengan seorang perempuan yang ia temui sebelumnya.
Bukannya perempuan tersebut mengatakan jika dirinya juga pasien di ruangan ini?
"Cewe aneh tadi kemana ya? Kok ga ada suaranya? Apa dia udah tidur?"
Arkana dengan cepat menggelengkan kepalanya.
"Ngapain gue mikirin tuh cewe? Dahlah mending gue tidur aja. Masalah berikutnya sudah menanti besok." gumamnya.
•|| Ghost ||•
To be continued
Hai💗
Apa kabar?
Jangan lupa jaga kesehatan ya👌🏻Gimana nih chapter 2 nya? Penasaran sama kelanjutan ceritanya?
Kalau penasaran jangan lupa follow akun authornya ya biar tau info update terbarunya?Don't forget to vote and comment yaww👌🏻
Thanks youu💗
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghost || heerina
FanfictionBagaimana jika seseorang yang satu ruangan denganmu di rumah sakit bukanlah manusia? Ini di alami oleh Arkana tanpa ia sadari. Ternyata teman satu ruangannya itu bukan manusia, melainkan seorang hantu cantik yang jika di lihat seusia dengannya. Han...