| 07 | Mana mungkin

222 47 33
                                    

•|| Ghost ||•

Happy reading

° ° °

"Kok bisa sih Arka sama Jay masuk ruang BK?" tanya seorang perempuan yang duduk di depan Azka.

"Ya bisalah, namanya juga Arka sama Jay." jawab Azka seraya mengunyah makanannya.

Azka berhenti mengunyah makanannya, lalu ia menatap perempuan di depannya. Perempuan yang selalu bersamanya sejak usia mereka masih kecil hingga saat ini Azka masih bersamanya.

"Nadia, lo jangan kasih tau Davina ya kalau si Arka masuk ruang BK." timpalnya.

"Tenang aja kali, gue mah orangnya penjaga rahasia." sahut Nadia membanggakan dirinya.

Azka menyeringai, "Penjaga rahasia apanya. Bulan lalu pas gue masuk BK, lo kan yang kasih tau nyokap gue?!"

Nadia yang sedang meminum jusnya pun tersedak dengan ucapan sahabatnya. 

"Lo tau dari mana kalau gue yang kasih tau nyokap lo? Jangan asal nuduh ya." sergah Nadia. Dia sedikit khawatir jika dirinya ketauan.

"Halah Nad, ga usah ngelak. Gua tau itu lo." celetuk Azka, Azka terus memperhatikan lawan bicaranya dengan tatapan yang tajam. Pikiran jahil tiba-tiba melintas di benaknya.

"Apaan sih lo, b-bukan gue kali." gugup Nadia, dia tak berani menatap balik Azka.

Azka tidak memalingkan wajahnya, dia juga sudah menyadari jika Nadia tidak bisa berkata apa-apa lagi. Raut wajah Azka yang serius seketika berubah, kini Azka tertawa terbahak-bahak.

"Hahaha!!! Muka lo kocak banget Nad." ucap Azka yang memperhatikan wajah Nadia yang merah.

"Apaan sih lo Az." ketus Nadia. "Ihh, air liur lo muncrat ke tangan gue." sambungnya sambil memperhatikan cipratan air liur di tangannya.

Azka berusaha menghentikan tawanya, "Muka lo kalau di seriusin bikin perut gue sakit." sahutnya.

"Muka gue terlalu cantik sampai-sampai cacing di perut lo kelabakan." Nadia pun berdiri dan berniat untuk meninggalkan Azka.

"Dahlah gue mau ke kelas."

Tapi baru saja Nadia ingin melangkah kakinya, tiba-tiba saja pandangannya tertuju pada seorang laki-laki yang berjalan menghampiri mereka berdua atau lebih tepatnya menghampiri Azka.

"S-satya." gumam Nadia yang melihat laki-laki yang selalu ia kagumi secara diam-diam.

Azka menoleh saat Nadia bergumam nama temannya yang ia tunggu-tunggu sejak tadi pagi.

"Kemana aja si lo, Sat." ketus Azka kepada Satya yang baru saja duduk di bangku sebelahnya.

Satya hanya tersenyum tanpa dosa. "Biasalah." sahut Satya sambil menaikkan alisnya berkali-kali.

Azka menghela, "Biasa-biasa, kebiasaan lo." celetuknya.

Tiba-tiba saja atensi Satya teralih oleh Nadia yang masih dengan posisi berdirinya.

"Mau kemana Nad?" tanya Satya sambil menatap Nadia.

Tatapan yang seperti itu membuat Nadia merasa pusing karena Satya sangat sempurna di mata Nadia. Entah sejak kapan dia menaruh perasaan pada Satya, padahal mereka sudah saling mengenal sejak masih SMP walaupun dulu mereka tidak seakrab sekarang.

Ghost || heerina Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang