| 08 | Sean?

258 44 12
                                    

•|| Ghost ||•

Happy reading

• • •

Pagi ini, Arkana baru saja menuruni anak tangga di rumahnya. Ia pun bergegas menuju ke pintu utama, Arkana tidak ingin sekali bertemu dengan orang rumah, maka dari itu dia memutuskan setiap harinya tidak sarapan di rumah dan langsung pergi begitu saja tanpa berpamitan pada orang tuanya.

Bahkan tak jadi masalah jika dirinya kelaparan nanti, Arkana tidak perduli tentang kesehatannya.

Arkana memang tinggal bersama dengan orang tuanya, tapi dia tidak pernah mau sarapan ataupun makan malam bersama. Arkana selalu meminta jika makan malamnya di antar ke kamarnya saja dari pada dia harus makan bersama orang tuanya di meja makan.

"Arka." panggil seorang wanita paruh baya yang tak sengaja melihat anaknya di ruang tengah.

Tap...

Arkana mendengar jelas suara panggilan itu. Ia memutuskan untuk berhenti dan membalikkan badannya.

Nara tersenyum cerah menatap anak tunggalnya yang sudah siap untuk berangkat sekolah, tapi Nara tidak akan membiarkan Arkana pergi tanpa sarapan kali ini.

"Udah mau berangkat aja, ayo sarapan dulu." ucap Nara tak kunjung memudarkan senyumannya.

Arkana hanya diam tak merespon apapun, hingga detik berikutnya dia menghela nafasnya lalu membuka suara.

"Ga perlu." singkatnya.

"Arkana, sarapan dulu ya nak. Mamah udah buat makanan kesukaan kamu." sahut Nara sambil menggenggam tangan anaknya.

"Apa? mamah tau makanan kesukaan aku?" tanya remeh Arkana, ia pun menaikan sebelah alisnya. "Padahal dari dulu mamah ga pernah punya waktu buat tau tentang segala hal yang aku suka."

Nara hanya bisa terdiam menatap anak satu-satunya tumbuh tanpa perhatian dari orang tuanya. Dia terlalu sibuk untuk menjalankan bisnis perusahaannya dari pada sibuk menjadi seorang ibu.

"Lagian mah, aku ga tertarik juga makan masakan yang mamah buat." timpal Arkana.

Saat masih kecil sekali, Arkana selalu mengharapkan jika dia bisa makan masakan mamahnya dan makan bersama dengan kedua orang tuanya. Tapi saat dia sudah tumbuh dewasa, semua itu tidak lagi berarti baginya. Arkana sudah terbiasa jika hal yang diharapkannya tidak akan pernah terwujud, jadi dia berhenti berharap apapun lagi.

"Arka jangan kaya gini. Mamah mau kamu terbuka sama mamah." lirih Nara terus memohon kepada Arkana.

Lagi-lagi Arkana menghela, "Buat apa mah? Bukannya itu percuma, yang ada itu cuman buang waktu mamah aja."

"Tapi mamah ga mau kamu terus kaya gini." balas Nara masih menggenggam erat tangan anaknya.

Arkana tak menjawab apapun, ia hanya bisa menepis tangan mamahnya. Tapi tak saat tidak di sengaja, atensinya tertuju pada seorang pria paruh baya yang berdiri entah sejak kapan di dekat tangga.

Itu papahnya, orang yang selalu Arkana hindari setiap harinya.

"ARKANA!!" suara berat Raka membuat sang istri sedikit tersentak melihat sang suami.

Sang pemilik nama hanya diam dan berdiri di tempatnya.

Raka berjalan mendekati sang istri dan anak tunggalnya. Atmosfer di ruangan itu pun seketika berubah menjadi serius. Raka terus menatap tajam anaknya dan engan memalingkannya.

"APA YANG KAMU LAKUKAN KEMARIN!?" teriak Raka dengan lantang hingga bergumam di ruang tengah.

Nara tak tau apa yang terjadi kemarin. Apakah Arkana ikut balap liar lagi?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 29, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ghost || heerina Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang