[ 01 ]

34.8K 4.8K 249
                                    

[ awal dari semuanya dimulai ]

Seorang gadis duduk di kasurnya sambil menatap ke arah luar jendela. Surai sepanjang punggung bergerak lembut saat angin dengan nakalnya menyapa dia. Sudah lebih dari lima belas menit gadis itu terdiam dengan pikiran yang berkelana.

Syok

Seharusnya dia sudah mati saat ini. Masih teringat jelas bagaimana dia meminum racun dari orang yang dia cintai, bahkan rasa sakit yang seolah mencabik jantungnya masih membekas sampai saat ini. Namun kenapa dia ada disini? Di kamar yang dia tempati selama 20 tahun dia hidup.

Tapi, apa benar dia masih hidup? Atau ini adalah salah satu proses menuju kematian?

Dengan rasa heran yang menumpuk, Natsuka Alice berjalan ke arah meja hias untuk bercermin, mungkin sekedar memastikan bahwa dia tembus pandang atau tidak. Bukan apa apa, hanya saja–– Ehkem! Bisa saja kan dia hanyalah arwah. Sial, mengerikan jika dia benar benar tembus pandang.

Bibirnya melengkung ke atas saat mendapati lukisan yang dia buat tiga tahun lalu. Di lukisan itu berisi dirinya, ayah serta kakak laki lakinya, tak lupa juga di bagian atas lukisan dia beri tulisan 'Natsuka Kingdom'.

Tangannya terulur ke arah lukisan itu. Rasa hangat menyerang relung hatinya, apalagi saat merasakan cat air yang masih basah di sana. Ahh, mungkin dia akan meletakkannya di dekat jendela agar cepat kering––

"Ehh?" Menyadari sesuatu, Alice berhenti berjalan sambil menatap ke arah lukisan yang dia pegang.

"Tunggu...." Ia mengusap lukisan itu tepat pada bagian yang bertuliskan 'Natsuka Kingdom', kemudian...

Deg!

Bagai di sambar petir, tubuh Alice menjadi kaku. Pusat fokusnya kini terarah pada jari tengah dan jari manisnya yang kotor karena cat air.

Tidak mungkin!

Lukisan ini dia buat tiga tahun lalu, tepat lima hari sebelum ayahnya ulang tahun. Rencananya ia akan memberikan lukisan ini sebagai hadiah. Namun sayang, lukisan yang dia buat sepenuh hati berakhir di tempat sampah.

Woy Stop!

Bukan saatnya nostalgia!

Sial! Sial! Sial!

"BAGAIMANA BISA LUKISAN YANG GUE BUAT TIGA TAHUN LALU MASIH BELUM KERING?!"

Plak!

Lukisan itu jatuh tepat di bawah kaki Alice. Tanpa menghiraukan itu, Alice berlari ke arah nakas samping tempat tidurnya. Dengan cepat tangannya terulur menyentuh benda pipi berwarna putih dengan gradasi silver.

Alice menyalakan handphone. Sekali lagi tubuhnya menegang kaku.

Glek!

"10 November 2018," gumam Alice sembari membaca tanggal yang tertera di lockscreen handphonenya.

Detik itu juga tubuh Alice jatuh terduduk di depan nakas. Handphone yang terjatuh dengan keadaan menyala seolah memanifestasikan rasa kaget Alice saat ini.

Kepala Alice tertunduk sambil mencengkram piyama yang dia kenakan. Benang merah perlahan terhubung di benaknya. Bersamaan dengan itu, Alice mendongkak sambil menyeringai ke arah kaca.

"Gue gak nyangka kalo Tuhan itu ada."

🍁🍁🍁

Irene Gea

Gadis manis dengan tahi lalat di bawa mata sebelah kiri. Netra biru yang berkilau bagai langit, serta Surai hitam sepekat malam membuat Gea selalu menjadi titik fokus jika berada di kerumunan. Seakan belum cukup, aura protagonis yang dia pancarkan membuatnya menjadi pusat perhatian. Gea yang cantik, Gea yang lembut, serta Gea yang rapuh hingga butuh perlindungan. Seakan semua orang menjadikan Gea sebagai porosnya.

Namun di balik segala kesucian yang Gea punya, gadis itu memiliki masa lalu yang terbilang kotor. Gea adalah mantan pelayan dari salah satu Club terbesar di Jakarta. Heaven Club. Tempat asal seorang Irene Gea

Bagai menang lotre, Gea tidak sengaja mendapati tuan besar keluarga Natsuka yang bersimpa darah di gang dekat Heaven Club kemudian menolongnya. Dan BOOM! Gea berhasil menjadi bagian dari keluarga Natsuka.

Tidak sampai di situ, bermodalkan suara lembut serta beberapa titik air mata, Gea berhasil mengambil kasih sayang dari tuan besar serta tuan mudah keluarga Natsuka.

Semua membanggakan Gea. Menyayangi Gea serta melindungi Gea seolah Gea adalah bunga yang lemah dan akan mati jika dibiarkan sendiri sedetik saja. Sampai mereka melupakan bahwa nona mudah keluarga Natsuka hidup dalam kesendirian.

Natsuka Alice mendapat pengabaian. Ia hidup dalam kemewahan namun penuh rasa dingin. Kehangatan yang tidak pernah dia rasakan semuanya tercurah pada Gea.

Alice benci,,,

Alice benci disaat segala perjuangan yang dia lakukan untuk mendapatkan ucapan 'aku bangga padamu' tidak pernah membuahkan hasil. Malahan, seseorang yang baru masuk ke kehidupannya dengan mudah mendapatkan itu.

Puncaknya saat lelaki yang dicintai Alice malah mencintai Gea. Rasa benci mencapai titik tertingginya. Dengan amarah menumpuk, Alice berusaha menyingkirkan Gea. Mulai dari cara biasa seperti mengalahkan Gea di berbagai bidang, sampai ke tahap mengerikan karena bermain dengan kematian.

Alice meracuni Gea  tepat pada acara ulang tahun ke 20 gadis itu.

Seolah label antagonis sudah merasuki jiwa Alice. Tindakannya tersebut diketahui oleh maid yang bekerja di mansion keluarga Natsuka. Tanpa berlama lama maid itu melaporkan segala yang dia lihat pada tuan besarnya.

Alice dan segala kehormatannya diadili oleh ayahnya sendiri. Tanpa sempat melakukan pembelaan, Alice ditetapkan sebagai tersangka. Dia dihukum mati oleh ayahnya sendiri. Lebih ironisnya lagi, Alice mati di tangan orang yang dia cintai dengan racun yang seharusnya membunuh Irene Gea.

Alice pikir itu adalah akhir, namun nyatanya itu adalah awal semuanya terjadi. Kini Alice berdiri di depan cermin sambil menyisir rambutnya menggunakan jari.

"Tiga tahun sebelum kematian, heee," ujar Alice sambil menyeringai.

Alice mengambil lipstik merah yang ada di dekatnya, membuka tutup lipstik, kemudian mulai menuliskan nama di kaca.

"Irene Gea," gumamnya sambil mengusap tulisan itu. "Kali ini gue gak bakal biarin lo merenggut segalanya."

"Tuhan mungkin salah telah memilih jiwa gue untuk memulai kembali. Jika orang lain bisanya memilih menata kembali kehidupannya agar tidak berakhir ironis lagi. Gue berbeda, bakal gue balas semua orang yang bikin hidup gue hancur...." Rahang Alice mengeras, ia mengambil gunting dari meja kemudian mulai mengarahkan pada rambutnya sendiri.

Perlahan rambut Alice mulai berjatuhan di lantai. Tidak ada lagi rambut panjang selembut sutra, hanya ada rambut sepundak yang membuat Alice semakin terlihat berpendirian kuat.

"Karna pada dasarnya, gue gak ada rencana buat menjadi orang biasa."

Hey....

Jika semuanya dapat kulupakan,

Apa hidup tanpa tangis akan terasa lebih baik?

–sepenggal lirik lagu kokoronashi

Aku Tidak Mengharapkan Cinta LagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang