[ tanpa tempat ]
Jika kalian bertanya siapa yang merasa paling beruntung di dunia ini, maka tanpa berpikir panjang seorang Irene Gea akan maju dengan dagu terangkat ke atas panggung.
Dia yang berasa dari kalangan bawah mendapat kesempatan menjadi bagian dari keluarga 'bangsawan'.
Natsuka Uzuki
Lelaki setengah abad yang tidak sengaja ia temukan dengan keadaan sekarat bersimpah darah. Berdasarkan naluri kemanusiaan, Gea menolong Uzuki, merawatnya dengan penuh perhatian dan kehati hatian. Tanpa tau bahwa orang yang dia tolong adalah kepala keluarga Natsuka, salah satu dari tiga keluarga yang menggenggam Indonesia di dalam tangannya.
Kelembutan serta perhatian yang di berikan Gea selama merawat Uzuki membuat hati Uzuki tergerak menolong Gea. Tanpa meminta persetujuan, Uzuki membawa Gea masuk ke kediamannya.
Awalnya Kenshin menolak Gea setelah tau dari mana Gea berasal. Hey ayolah, siapa yang ingin mempunyai adik seorang mantan pekerja di Club, memiliki adik yang hampir mirip jalang saja sudah sangat merepotkan bagi Kenshin.
Namun, lagi lagi kelembutan serta perhatian yang di berikan Gea meluluhkan hati Kenshin. Hingga akhirnya Kenshin menerima Gea, menyayangi Gea seperti adik kandungnya sendiri.
Gea terkekeh saat mengingat bagaimana Kenshin membencinya dulu. Sangat lucu jika mengingat sekarang Kenshin sangat menyayanginya.
Tak!
Uzuki meletakkan sendoknya kemudian menatap Gea yang masih terkekeh. Sepertinya Gea belum menyadari dia sudah menjadi pusat fokus dari Uzuki.
"Apa ada yang lucu?"
Belum tersadar, Gea masih saja sibuk dengan pikirannya.
"Gea, hey? Ayah bertanya," kata Kenshin lembut saat tak mendapati respon Gea.
Ucapan Kenshin masuk ke telinga Gea, dengan gelalapan Gea menatap Uzuki sambil membetulkan cara duduknya. Keluarga Natsuka memang memiliki aturan ketat di meja makan; harus fokus pada makanan, dilarang berbicara atau melakukan hal apapun di meja makan. Begitu bunyi peraturan yang di buat Uzuki, dan karna itulah Gea terlihat ketakutan saat Uzuki menatapnya.
"Ayah maaf, aku–"
"Tidak apa apa," sela Uzuki.
"Iya Gea, tidak apa apa," sambung Kenshin.
"Tapi kakak, peraturannya?" Gea menatap Kenshin sedih.
"Hey hey hey, jangan sedih." Kenshin panik, Ia tidak menyukai wajah tertekan Gea.
"Gea putri di sini, gak akan ada yang memarahi kamu hanya karena tertawa di meja makan."
"Ayah?" Kini Gea berpindah menatap Uzuki dengan takut takut.
Uzuki mengangguk tenang. "Shin benar, kalau pun ada, saya akan memarahi mereka untuk mu."
Mendengar itu senyum cerah terbit di bibir Gea. Gea bahagia, sangat sangat bahagia. Keluarganya lengkap, dengan kasih sayang yang tercurah penuh padanya.
Berbeda dengan Gea yang penuh kebahagiaan, putri asli keluarga Natsuka menatap sedih ke arah meja makan itu. Kapan terakhir kali ia bisa duduk bersama dengan ayah dan kakaknya di meja makan?
Ia tidak ingat.
Entah memorinya yang tidak kuat mengingat hal tersebut, atau memang dia tidak pernah mengambil tempat yang sama dengan mereka di sana.
Ia tersenyum kecil, menepuk dadanya pelan seolah mengatakan bahwa dia kuat saat ini. Kemudian beranjak dari sana.
"Gue emang gak di sediain tempat di sana."
🍁🍁🍁
Termenung menatap layar handphone yang menyala serta memperlihatkan tanggal dan tahun saat ini, sukses memunculkan pertanyaan di benaknya. Sebenarnya apa yang terjadi dengan dirinya? Masih terlalu dini untuk yakin bahwa dia kembali dihidupkan setelah meminum racun.
Tidak logis.
Di jaman yang sudah sangat maju seperti ini, masa iya Alice harus percaya soal sihir atau hal lain yang menyangkut itu?
Mengingat baru sehari selepas Alice terbangun dengan keadaan fisik tiga tahun lebih muda dari umurnya yang sebenarnya, membuat Alice masih buta dengan apa yang dia alami.
Atau, apa persepsi pertamanya mengenai Tuhan memberikan kesempatan kedua baginya itu benar?
Namun bukannya menghidupkan kembali orang yang sudah mati dengan cara memindahkan jiwa orang tersebut ke raganya tiga tahun lalu seperti melanggar konsep Ketuhanan?Alice mengacak rambutnya frustasi. "Kenapa pula pembasahan ini nyentuh konsep Ketuhanan?"
Kalau tidak salah sih, Alice pernah membaca novel mengenai seseorang yang dihidupkan kembali beberapa tahun sebelum kematian, bahkan ada juga yang dihidupkan pada fisik bayi namun umur yang sudah menyentuh angka dewasa. Namun Alice yakin, orang orang yang dihidupkan kembali itu mempunyai penyesalan serta permasalahan hidup yang belum terselesaikan. Entah karena di khianati oleh pasangan, atau sahabat sendiri.
Tapi Alice? Dia bahkan sudah menerima bahwa dia akan mati hari itu.
Ck!
Memusingkan.
Terserahlah!
Pokoknya untuk sekarang Alice harus membelokkan takdir yang sudah menunggunya di 'akhir cerita'. Alice harus mempertahankan apa yang dia punya, setidaknya jiwa yang masih keras memeluk raganya.
Tangan Alice terulur ke arah polpen yang posisinya tidak jauh dari tangannya. Membawa polpen itu ke atas kertas yang entah dia dapat dari mana, kemudian mulai menulis apa saja yang harus dia lakukan selama 'kesempatan kedua' ini masih terjadi padanya.
"Yang pertama gue jangan terlalu banyak berinteraksi dengan mereka. Terlebih Kenshin dan Papa."
"....Bahkan Eiji." Ia tersenyum miris.
Alice lanjut menulis. Memikirkan segala hal beserta konsekuensi yang dia terima jika melakukan sesuatu, hingga menghasilkan 4 poin yang menjadi hasil kesimpulan yang akan dia pegang teguh.
1. Berhenti berinteraksi dengan Kenshin, Papa, Gea, dan Eiji.
2. Jangan membuat masalah bahkan dengan hal sekecil apapun itu.
3. Sekolah, lulus, cari beasiswa ke luar negeri dan menjauh dari keluarga Natsuka.
Sebenarnya mudah saja jika Alice menargetkan beasiswa ke luar negeri. Mengingat otaknya yang encer serta banyaknya piala yang dia sumbangkan di sekolah, Alice yakin bahwa sekali ia mendaftarkan diri di sekolah, tanpa berpikir panjang sekolah akan meloloskan namanya.
Tak lama Alice tersenyum miris. Napas berat keluar dari mulutnya saat tangannya mulai menggores kertas itu menggunakan polpen yang ia genggam.
Goresan goresan itu tercipta, menjadi satu kalimat yang seolah membunuh dirinya sendiri.
Alice berjanji untuk membekukan hatinya.
4..... Entah dari hal apapun.
Jika harapan ku dapat terkabul,
Apa hidup dengan hati membeku akan membuatnya jauh lebih baik?
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Tidak Mengharapkan Cinta Lagi
Fiksi RemajaAlice adalah sang antagonis Diakhir kehidupannya, ia mati ditangan orang yang dia cinta dengan racun yang seharusnya membunuh si gadis beruntung. Tapi, bukannya pergi untuk mendapat hukuman di neraka, Alice malah terbangun di kamar yang dia tempati...