Pahitku meradang, manisku tertelan.
Terlihat tenang namun sebenarnya terguncang.
Aku tenggelam dalam kedekatan yang berbuah angan.
Masih panjang untuk menolak dan masih lama untuk di tolak.
Diriku tersentuh dengan apa yang tidak dapat ku sentuh.
Rasanya menyebalkan untuk selalu patuh.-Nesya-
❤️❤️❤️
Saat ini, aku berada di rumah Arif. Aku membantu Arif menyiapkan berkas-berkas dan bingkisan untuk sidang Arif besok. Arif sudah memesan beberapa kotak kue untuk di berikan kepada dosen pembimbing dan pengujinya.
"Rif, ini ku satukan saja ya," ucapku.
Aku tengah memasukkan beberapa kotak kue ke dalam plastik dan mengikatnya.
Arif mengangguk sebagai jawaban dan fokus memperbaiki power point untuk persentasinya. Sesekali Arif tampak membaca dan menghafal materinya. Aku menatapnya dengan senyuman bangga.
'Arif kalau lagi serius belajar, gantengnya nambah bikin aku semakin kagum dan menyukainya.'
Aku mengamati sekeliling ruangan dan tampak sepi. Sebelum aku datang ke rumahnya, dia mengatakan dia saat ini tinggal sendiri sebab orang tuanya masih berada di kota sebelah. Aku tahu, keluarga Arif benar-benar kaya. Mereka memiliki dua rumah mewah baik di sini maupun di sana. Aku pikir pasti Arif kesepian sama sepertiku yang tinggal di rumah berukuran besar sendirian.
"Jadi, kamu kemarin sendirian saja ya di sini?" tanyaku.
"Iya, sudah biasa. Kalau pun lagi suntuk paling main atau di kosan Reza," jawab Arif.
Arif masih fokus melihat layar laptopnya.
Aku bangkit dari posisiku dan mengitari ruangan itu. Aku melihat foto keluarganya yang terpasang indah menggantung di dinding. Perabot dan hiasan di sini juga terlihat mahal, aku takut melakukan kesalahan hingga membuat barang mewah ini rusak atau pecah. Aku berjalan ke arah pintu masuk dan melihat rak sepatu. Aku menemukan sepatu Arif tertata rapi di sana.
'Aku penasaran dengan ukuran kakinya,'
Aku menoleh ke belakang melihat Arif yang masih fokus dengan laptopnya. Aku segera memeriksa ukuran sepatunya dan tersenyum.
"Yu?" panggil Arif.
Aku terkejut refleks menaruh sepatu itu kembali dan menoleh ke belakang. Arif masih duduk di sana namun menatap ke arahku.
"Kamu lagi apa di sana?" tanya Arif.
"Eh, gak ada apa-apa," gugupku.
Aku kembali menghampiri Arif dan duduk di sebelahnya. Arif mengelus rambutku penuh kasih sayang.
"Kamu lapar? Mau pesan makanan atau makan di luar?" tanyanya lembut.
"Kamu udah selesai baikin power point nya?" balasku.
"Sudah, cuma tinggal sedikit background nya. Nanti malam paling sudah beres," ucapnya.
Aku melirik layar laptopnya. "Apa ada yang bisa ku bantu?"
Arif menggelengkan kepala. "Tidak. Ini sudah cukup kok. Makasih ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU BUKAN JODOHNYA (DIBUKUKAN)
RomancePasangan terbaik kampus tiba-tiba putus. What?!! Padahal mereka baik-baik saja sebelumnya. Mengapa salah satu di antara mereka menikah dengan orang lain? *** Di saat pertemuan pertama mereka sejak masuk di Perguruan Tinggi, mereka terkenal sebagai p...