27

17 8 8
                                    

(Sebulan sebelumnya di kediaman Arif...)

"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif, silahkan periksa kembali nomor tujuan anda."

Suara operator lagi-lagi terdengar dari ponsel Arif.

"Yu, angkat. Kamu dimana?" gumam Arif.

Penampilan Arif terlihat berantakan. Akhir-akhir ini dia tidak fokus dengan pekerjaannya. Arif menunggu panggilannya di angkat oleh kekasihnya yang berada di luar sana. Sudah sebulan Arif menunggu namun panggilan tidak kunjung tersambung. Arif mencoba menghubungi salah satu temannya yang masih berada di sana.

Tut,

Panggilannya tersambung dan Arif segera membuka suara.

"Za, lu masih ke kampus kan?" tanya Arif.

Reza yang berada di sana dengan suara malas menjawab, sepertinya Reza baru bangun tidur. "Iya kenapa?"

Arif melirik jam di dindingnya sudah pukul 11 siang dan Reza baru bangun tidur. "Bisa-bisanya lu masih molor."

"Gue begadang semalaman. Emang kenapa, bro?" balas Reza.

"Lu ada lihat Ayu gak, di kampus?" tanya Arif.

Reza tampak diam sejenak sambil berfikir. "Kenapa? Dia gak kabarin lu? Gue udah jarang ketemu yang lain soalnya gue datang ke kampus sorean dan mereka rata-rata pada pagi semua."

Arif mendengar jawaban Reza hanya menghela nafas berat. "Oh ya udah. Makasih jawabannya."

Arif memutuskan panggilannya sebelum Reza bertanya lebih jauh lagi. Arif tidak ingin teman-temannya mengetahui masalah hubungannya bersama Ayu. Arif kembali menghubungi Ayu namun masih saja tidak tersambung.

'Kenapa nomornya mati? Apa ada sesuatu yang terjadi?'

***

Hari berikutnya, Arif baru pulang dari kantornya. Dia membuka pintu dan mengucapkan salam. Arif masuk melewati ruang tamu dan melihat mamanya tengah mengobrol dengan seorang gadis cantik seusianya.

"Rif, sini," panggil mama.

Arif menghampiri mamanya dan menyalaminya. Arif mencium tangan kanan mamanya lalu melirik gadis yang duduk di sebelah mamanya penuh tanya.

"Rif, kenalin ini dia anak teman mama, cantik kan? Dia tamatan luar negeri loh." Mamanya tersenyum memperkenalkan gadis yang duduk di sebelahnya.

Arif mengangkat satu alisnya seolah tidak peduli. Gadis itu tersenyum malu-malu menatap Arif. Arif tidak menyukai tatapan gadis itu yang seperti para penggemarnya. Meski dia mengenakan kerudung yang dalam dan penampilan yang bagus tapi Arif masih tidak menyukainya.

"Hai, saya Alma Soneta," ucap gadis itu.

Arif mengangguk dan tersenyum ramah. "Arif Ramadhan."

"Rif, ini Alma sudah baik, cantik, dan sholehah lagi. Dia juga seorang guru di SMA Marham di ujung kompleks," ucap mama.

Arif hanya diam mengangguk karena dia begitu lelah. "Ma, Arif naik ke atas dulu."

Arif pamit meninggalkan mereka dan naik ke atas. Dia tahu niat mamanya yang ingin menjodohkannya dengan gadis itu. Arif sudah memiliki pacar dan dia tidak bisa menerima itu. Arif masuk ke kamarnya, menaruh tasnya di meja belajar, lalu mengambil handuk yang tergantung di gantungan. Arif melangkah menuju kamar mandi yang ada di kamarnya dan masuk ke dalam membersihkan diri.

'Yu, kamu dimana? Gimana kabarmu? Sudah sebulan aku tidak mendengarmu?'

***

AKU BUKAN JODOHNYA (DIBUKUKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang