20

17 10 10
                                    

Waktu berlalu begitu cepat dan begitu juga lamanya hubunganku dengannya terjalin. Tidak terasa sudah dua tahun lebih waktu berlalu. Hubungan dimana tidak ada pertengkaran dan semuanya seakan baik-baik saja. Seolah ini takdir dari Yang Maha Kuasa untuk mempersatukan kami atau justru cobaan nanti. Hingga benar adanya, hari dimana masalah mulai berdatangan dalam hubungan yang bisa di katakan baik ini. Semua bagaikan badai yang tiba-tiba muncul menghancurkan istana yang sudah kita bangun beberapa tahun ini. Istana yang ku pikir kokoh lambat laun berakhir roboh. Semuanya goyah dan retak karena aku lupa bagaimana cara merawatnya. Sebab satu sisi saja yang merawat tidak cukup lalu berakhir dalam kepedihan.

Hari itu pun di mulai pada semester akhir, saat dimana kita sibuk dengan diri sendiri, mengejar prestasi untuk masa depan nanti. Aku yang memiliki sifat ambisius dan dia yang memiliki IQ di atas rata-rata mengalahkan segalanya. Hubungan yang tidak bisa di rawat dan bertemu karena jarak.

Saat ini aku maupun Arif tengah mengikuti KKN (Kuliah Kerja Nyata). Kami berada di tempat dan lokasi yang sama, namun beberapa hari di sana, Arif memilih mengundurkan diri dari KKN dan mengajukan magang di sebuah perusahaan milik keluarganya. Aku yang di tinggal sendiri memilih memaklumi karena itu pilihan keluarganya. Magang justru lebih baik karena kita bisa punya pengalaman secara langsung di dunia kerja. Aku iri tapi aku juga senang karena dia akan menjadi pria sukses ke depannya. Aku bangga dan berharap kita akan menikah sesuai janjinya sebelum kepergiannya.

"Yu, ayo menikah. Aku mencintaimu dan kau juga mencintaiku, bukan?" ucap Arif.

Arif memegang kedua tanganku dan kami tengah duduk berhadapan di sebuah bangku taman yang penuh dengan bunga-bunga. Sangat indah dan aku menyukainya.

Aku dengan mata berkaca-kaca menatap haru membalas genggamannya. "Iya, aku mau."

Arif menyeka bulir air mata yang sempat jatuh di pipiku dan tersenyum. Arif mengeluarkan cincin di kantong kemejanya dan menyematkannya di jari manis.

Ku katakan sekali lagi bahwa aku bahagia menerima lamaran darinya.

"Tunggu aku. Aku berjanji akan membawamu dan memperkenalkan mu pada keluargaku," ucap Arif.

Setiap kata yang keluar dari bibir Arif begitu tulus terpancar di matanya. Besok Arif akan pergi ke kota sebelah dimana dia akan magang di sana.

Aku tersenyum mempercayainya. "Aku pasti menunggumu."

Setelah itu kami saling pandang satu sama lain dengan tangan saling bertautan. Kami bangkit dari duduk dan berjalan mengitari taman yang penuh dengan bunga.

'Indah.'

Aku melompat ke pelukannya dan kami saling berpelukan satu sama lain. Angin bersepoi-sepoi menerpa rambutku dan gaun yang ku kenakan.


'Aku mencintaimu dan kau pun begitu. Perasaan kita sama tapi takdir lah yang berbeda.'


***


Aku tengah duduk di bangku perpustakaan menyusun skripsi ku. Sudah beberapa bulan berlalu dan akhir dari masa KKN-ku. Sudah cukup lama, aku tidak melihat Arif secara langsung. Kami hanya saling mengobrol melalui video call. Awal kepergiannya, kami sering melakukan itu namun beberapa minggu kemudian semua hilang bagai tertelan bumi. Aku pun begitu sibuk dengan aktivitas ku sehingga ketika Arif mengirim sebuah pesan, aku begitu lama untuk membalasnya.

Drrt..

Aku mendengar getaran di ponselku namun aku masih fokus dengan layar di laptopku karena data yang ku kelola hampir selesai. Aku memilih mengabaikan sebentar, hanya sebentar, ku pikir?

Hingga sudah dua jam waktu terlewati, aku baru menyadari bahwa aku sudah melakukan kesalahan. Aku segera membuka pesan itu dan membacanya.



AKU BUKAN JODOHNYA (DIBUKUKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang