"Apa keputusanmu?" tanya Sasuke dingin.
Ya. Seperti yang Naruto janjikan semalam. Ia akan melakukan apa yang Sasuke minta agar bungsu Uchiha itu memaafkannya.
"Aa----aku berjanji akan membuatmu bisa menikah dengan Shion-san," kata Naruto penuh keyakinan sembari menatap lurus bola mata kelam milik Sasuke.
Sasuke menaikkan alisnya pertanda Ia tidak percaya dengan apa yang Naruto katakan barusan.
'Semudah itu?' innernya tidak percaya.
"...tapi---tapi aku punya syarat," lanjut Naruto.
"Ck, kau pikir aku..."
"Aku janji! Aku janji kalau pernikahanmu denganku tidak akan pernah terjadi. Aku juga janji akan membatalkan pertunangan itu..."
"Apa syaratnya?" tanya Sasuke kemudian.
"Syaratnya..." Naruto kembali menatap bola mata yang dikaguminya itu, lekat; "...cukup perlakukan aku seperti dulu! Kamu yang menyayangiku seperti menyayangi adik kandungmu sendiri. Seperti sebelum kita mengetahui rencana perjodohan dan pertunangan itu, juga sebelum kamu mengetahui perasaanku padamu. Cukup hanya itu...berpura-pura tidak terjadi apapun di antara kita..."
Sasuke diam mendengar syarat yang diajukan Naruto; "Sampai kapan?" tanyanya pada akhirnya.
"Sampai sehari sebelum acara pernikahan itu dilaksanakan," jawab Naruto.
"Berarti tiga bulan dari sekarang?"
"Iya. Setelah itu, aku janji tidak akan mengganggu hidupmu lagi, seperti yang kamu minta padaku semalam. Tentu kamu juga harus memaafkan aku setelahnya."
"Baikalah! Tepati janjimu dan aku juga menuruti syaratmu," tukas Sasuke.
"Sebelum itu, kamu harus menemaniku bertemu dengan Kaa-chan dan Tou-chan untuk pembatalan pertunangan besok. Aku yang akan menjelaskannya. Tugasmu hanya mengikuti dan mendukungnku nanti," seru Naruto sebelum meninggalkan taman belakang tempat mereka berbicara saat ini.
"Hn."
$$$$$$$
"Tidak bisa! Semuanya sudah rampung. Termasuk undangan beserta jamuannya. Jadi, apapun alasannya, pertunangan itu tetap dilaksanakan besok!" ucap tegas Fugaku, sang kepala keluarga.
"Tapi Tou----"
"Tidak ada tapi-tapian, Naruto..." sela Fugaku, lagi.
Sasuke hanya memutar bola matanya malas.
Berbeda dengan Naruto yang kini menunduk sembari memilin jari tangannya. Ia sudah gagal menepati janjinya kepada Sasuke.
"Sekarang kembali ke kamar kalian!" titah Fugaku.
Sasuke dan Naruto beranjak dengan ekspresi yang berbeda.
"Mulut besar!" cemooh Sasuke tanpa melirik Naruto; "...membuatku semakin muak dan membencimu! Aku menyesal mengenalmu! Kenapa kau harus ada? Kenapa waktu itu kau tidak mati saja bersama orang tuamu? KENAPA??" marah Sasuke membentak Naruto.
"..."
"Cih, harusnya aku sudah menduga kalau ini tidak ada gunananya. Harusnya aku sudah tau kalau kepalamu itu memang kosong, huh!" pungkas Sasuke kejam; "...jangankan memaafkanmu, tinggal di bawah langit yang sama denganmu sudah membuatku semakin membencimu! BENCI! Kuharap kau mati saja, NAMIKAZE!"
Air mata Naruto tak bisa dibendung lagi. Dia mencengkram dadanya yang berdenyut sakit dan sesak. Dengan langkah cepat dan buru-buru, gadis itu berlari menuju kamarnya. Ia butuh minum obat pereda rasa sakitnya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
TANPA BALASMU
Fanfiction"Harusnya kau menolak perjodohan itu! Harusnya kau membuka mulutmu! Sekarang gara-gara kau, hidupku jadi terbelenggu!! Kenapa aku harus terjebak denganmu, SIALAN?!" Ketika mereka, orang yang berbaik hati, yang bersedia membuka tangannya lebar-lebar...