Galau

387 64 27
                                    

"Sudah satu minggu lebih Naru-chan tidak masuk sekolah. Terakhir kali dia masuk di hari Shion-san dan yang lain membullynya di dalam toilet wanita waktu itu. Kira-kira dia kenapa ya, Ino-chan?"

"Aku juga tidak tau, Hinata. Sebenarnya aku khawatir padanya. Walau bagaimana pun juga, dulu dia adalah sahabat baik kita, bahkan sejak kita belum duduk di bangku sekolah. Tapi aku takut terkena imbasnya jika Shion tau kita mencari Naruto."

Kata-kata yang diucapkan Hinata dan Ino di taman belakang tadi siang, yang tanpa sengaja terdengar oleh Sasuke, terus berputar di dalam pikirannya bagai kaset rusak.

Jadi sudah satu minggu ini Naruto tidak masuk sekolah? Kenapa?

Bolos dan absen sekolah bukanlah gaya Naruto selama ini.

Lantas kemana si dobe itu?

Jika diingat-ingat, memang beberapa hari ini Sasuke tidak melihat Naruto berkeliaran di sekitarnya. Terutama di rumah. Biasanya, setiap pagi gadis pirang itu selalu ada di meja makan sarapan bersama dengannya dan anggota keluarga lainnya lengkap dengan ocehannya. Kecuali semenjak perjodohan itu dilaksanakan, Naruto memang jadi pendiam sejak saat itu. Tapi setidaknya mereka masih tetap ada di meja yang sama saat sarapan.

Tapi beberapa waktu terakhir, ritual sarapan bersama sudah jarang terjadi, bahkan Itachi juga tidak pernah dia temukan di rumah. Hanya Ayah dan Ibunya yang ada. Itu pun hanya sebentar-sebentar saja.

Keadaan kediaman Uchiha terlihat sedikit lebih suram satu minggu terakhir. Komunikasi juga jarang terjadi.

'Ohh, Kami-sama... Kenapa aku baru menyadarinya sekarang? Apa yang terjadi sebenarnya di keluarga ini? Semua jadi berbeda...' batin Sasuke, gundah.

Sasuke menghempaskan tubuhnya di ranjang miliknya dengan lengan kanan menutup matanya. Hatinya resah tidak menentu. Rasa khawatir tak berdasar membuatnya galau.

Rasa gelisah yang tak kunjung hilang membuat Sasuke frustasi. Dengan kasar dia meraih telepon genggamnya dan mencari kontak seseorang. Mungkin saja setelah menghubungi seseorang itu bisa mengobati rasa resahnya.

Tuut.. Tuuut

"Ya, Sasuke..."

"Aniki dimana?"

Mendengar pertanyaan Sasuke yang tidak biasanya, seseorang di seberang sana mengerutkan kening pertanda bingung. Bingung dengan pertanyaan sang adik yang selama ini acuh bahkan terkesan tak peduli padanya.

"Ada apa de----"

"Aniki dimana sekarang? Susah ya, menjawab pertanyaanku?" cerca Sasuke membuat seseorang di seberang telepon menghela napas karena tingkah Sasuke.

"Di rumah sakit. Ini jam kerjaku, jika kau lupa, otouto..."

"Hn... Dan--------Naruto dimana?"

"..."

"Itachi-baka aniki..."

Ya. Yang dihubungi oleh Sasuke adalah Itachi Uchiha, kakaknya.

"Untuk apa kau bertanya tentangnya? Bukankah kau sudah tidak peduli padanya? Lalu se----"

"Jawab saja pertanyaanku, Itachi... Aku tunangannya! Apa salah kalau aku bertanya tentang keberadaannya?" emosi Sasuke tersulut.

"Oh, ya? Jika dia tunanganmu, lalu kenapa kau bertanya keberadaan tunanganmu padaku? Bukankah kau yang seharusnya lebih tau? Apa kau sadar itu?"

Sasuke tertohok mendengar seruan Itachi dari seberang telepon. Apa yang Itachi ucapkan memang benar adanya. Itu kenyataannya. Seharusnya dia yang lebih tahu tentang Naruto. Segala hal tentang Naruto, yang berlabel tunangannya sendiri. Lalu, sekarang apa? Ia bahkan tidak tahu dimana 'tunangannya' itu saat ini dan bagaimana keadaanya.

TANPA BALASMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang