"Sa---Sasuke-kun..." terdengar suara halus dan mendayu menyapa telinga Sasuke.
Tanpa menanggapi, Sasuke menghentikan langkah kakinya dan berbalik menatap datar seseorang yang memanggil namanya tersebut.
"Aa---ano---ak--aku mau menanyakan keadaan Naruto. Bagaimana kabarnya?" tanya seseorang tersebut, gugup.
Sasuke menaikkan alisnya; "Untuk apa anda menanyakannya, Hyuuga-san? Oh, atau anda hanya memastikan bahwa Naruto mati setelah kalian puas membullynya?" ucap sarkas Sasuke.
"Bu---bukan---be---"
"Jaga bicaramu Uchiha-san! Hinata bertanya baik-baik, lalu kenapa anda langsung nyolot begitu seolah-olah anda peduli dengan Naruto!" seru seseorang menyela ucapan Hinata, seseorang tadi berbicara dengan Sasuke; "Bahkan anda dan kekasih andalah yang paling berperan dalam pembullyan Naruto selama ini! Jadi jangan berlagak seolah-olah Uchiha-san peduli dengannya!"
"Kalau sudah tau begitu, lalu mengapa bertanya seperti itu kepadaku? Apa temanmu itu bodoh atau bagaimana?"
Lain di mulut, lain di hati. Itulah yang dirasakan Sasuke saat ini.
Sebenarnya, jauh di lubuk hatinya yang terdalam, ia juga bertanya-tanya dimana Naruto saat ini? Bagaimana keadaannya?
Hidup di bawah atap yang sama sejak kecil membuat naluri seorang kakak muncul di benaknya. Naluri seorang kakak yang khawatir akan adik perempuannya yang kini tidak dia ketahui keberadaan dan keadaannya.
Percayalah!
Kata kasar dan ketus yang ia ucapkan barusan itu kepada Hinata, itu hanya alibinya saja. Alibi untuk menutupi agar mereka tidak tahu bagaimana sebenarnya perasaannya saat ini.Gengsi. Katakan saja begitu.
Memang itulah sifat dasar seorang Uchiha Sasuke."Kau----"
"Sasuke-kuunn----" seru seseorang menyela ucapan Ino; "Oh, ada Ino dan Hinata juga ternyata," lanjutnya.
"Iya, Sakura-chan," balas Hinata.
"Ada apa kau kesini Sakura?" tanya Ino masih dengan muka datarnya.
"Hehehe...aku ingin menemui Sasuke-kun, tentu saja," dengan gaya centilnya, Sakura mendekati Sasuke.
"Ck, apa maumu?" tanya Sasuke.
"Kudengar Sasuke-kun sudah putus dengan Shion. Apa itu benar Sasuke-kun?"
"..."
"Apa maksudmu Sakura?" Ino bertanya memastikan.
"Apa kurang jelas, Ino? Sasuke-kun sudah putus dengan Shion. PUTUS!"
"Kalau sudah putus, lalu apa hubungannya denganmu?" sarkas Ino.
"Tentu ada. Aku. Akulah yang pantas untuk Sasuke-kun. Tidak si lemah Naruto, apa lagi si jalang Shion," dengan percaya dirinya, Sakura berkata; "Aku bahkan sudah menyukai Sasuke-kun sejak lama. Aku berteman dengan Naruto hanya untuk mendekati Sasuke-kun," tanpa sadar, Sakura berkata jujur.
"Jalang. Teriak JALANG!" geram Sasuke; "Shion memang SAMPAH. Tapi busuknya lebih tercium di dalam dirimu. Kau bahkan lebih hina dari SAMPAH! Dasar murahan! Melihat mukamu saja aku sudah mau muntah!" sarkas Sasuke membuat Sakura, Ino dan Hinata bungkam.
"..."
"..."
"..."
"Dan untukmu nona Hyuuga, kalau anda mau tau bagaimana dan dimana Naruto, sebaiknya anda caritahu sendiri. Jangan sekali-kali mendekatiku dengan alasan bertanya tentang Naruto seolah-olah anda peduli dengannya. Dan ingat! JANGAN BERJEMUR KALAU SUDAH TAU MUSIM DINGIN!" tekan Sasuke sebelum beranjak pergi meninggalkan mereka bertiga. Sakura, Ino dan Hinata.
KAMU SEDANG MEMBACA
TANPA BALASMU
Fanfiction"Harusnya kau menolak perjodohan itu! Harusnya kau membuka mulutmu! Sekarang gara-gara kau, hidupku jadi terbelenggu!! Kenapa aku harus terjebak denganmu, SIALAN?!" Ketika mereka, orang yang berbaik hati, yang bersedia membuka tangannya lebar-lebar...