O9 ' hubungan yg tidak baik-baik saja

6 3 0
                                    

ㅡ,

flashback on.

" sat, lu bisa ga sih berhenti bully tu bocah? " pinta seseorang di sambungan telepon, pria yg ia ajak bicara mendecakkan bibirnya sebagai balasan.

" lu kenapa sih sa? tampang doang buaya, hati hello kitty lu ah " ejeknya pada pemuda yg ia panggil dengan sa atau yg lebih tepatnya heesa, pemuda bernama satria ini mengarahkan pematik korek gas nya pada ujung sumbu rokok yg sudah tersampirkan pada sudut bibirnya.

" lagipula, lu gak lihat langsung gimana muka menderita tu bocah pas di siksa sa, sape suruh pindah sekolah cih .. " lanjutnya, tanpa satria ketahuan di balik sambungan telepon tersebut, heesa sudah mengepalkan tangannya di samping tubuhnya menahan emosi.

" sat, lu dulu gak kayak gini, ayo balik lagi kayak dulu sat! asalkan lu tau, gua pindah sekolah karena mama lu, gua .. gua ngerasa bersalah sama lu sat .. " lirih heesa meyakinkan lawan bicaranya, namun bukannya tanda terima yg ia dapatkan, heesa justru mendapatkan decihan dari satria di sebrang sana.

" gausah sok suci lu sa, lu juga kayak gua awalnya, bahkan lu ngambil mama gua dari gua, dan gua kurang baik apalagi gua maafin kalian semua ha! cih .. lu sama aja kayak papa gua sekarang " bentak satria, lalu menekan tombol merah pada telepon cellular nya dengan emosi, dan melempar handphone nya sembarangan.

satria menjatuhkan tubuhnya pada kasur empuknya, memikirkan hal-hal yg selama ini terjadi padanya sambil menghisap zat nikotin dari batang rokok yg bertengger di sela-sela jari panjangnya, mulai dari keluarganya yg hancur karena ada pihak ketiga di hubungan mama dan papanya, sahabatnya yg pindah sekolah 2 bulan yg lalu, juga satu orang yg selalu menganggu kegiatannya di sekolah, teja dewangga.

yg ia ketahui namanya, pemuda itu selalu menganggunya saat sedang membully bocah ingusan empat mata yg bernama rajendra adiwisma, entah sejak kapan jendra mangsanya itu memiliki teman yg bernama teja itu, orang itu selalu saja membantu jendra melawannya saat di bully, bahkan terakhir kali jendra sudah berani melayangkan pukulan pada pipi kirinya, sekarang pun masih lebam.

" shh .. sial, hidup gua bener-bener sial " makinya lalu mengambil handphone-nya dan menelpon kekasihnya, winda anggrani.

untuk melampiaskan emosinya selama ini.

flashback end

pintu ruang rawat inap terbuka, menampilkan gadis berambut panjang sepinggang berlari tergesa-gesa, menampilkan raut wajah panik bercampur khawatir yg sangat kentara, ia memasuki kamar tersebut lalu menghampiri pemuda di atas ranjang rumah sakit d...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

pintu ruang rawat inap terbuka, menampilkan gadis berambut panjang sepinggang berlari tergesa-gesa, menampilkan raut wajah panik bercampur khawatir yg sangat kentara, ia memasuki kamar tersebut lalu menghampiri pemuda di atas ranjang rumah sakit dan memeluknya resah.

" ck! hiks .. tolol lu heesa, kenapa lu selalu begini huh? selalu bikin mbak jantungan kalau nerima telepon, siapa lagi yg buat lu begini ha? siapa? satria lagi hm? " karin, kakak perempuan heesa yg datang kali ini, biasanya ia datang bersama bundanya, kali ini ia datang sendirian.

" gua gapapa mbak, cuma patah dikit ni hidung, kayaknya gua kena karma ni ngejek hidung lu kecil mulu hehe .. " walaupun terdengar lirih, ia masih bisa menampilkan cengirannya dan melemparkan candaannya kepada gadis yg berprofesi sebagai kakaknya ini.

merasa ada orang lain di sekitarnya, lalu karin menolehkan kepalanya pada pemuda yg saat ini sedang setengah terkejut dengan kehadirannya, teja.

" lu yg pukulin adik gua ja? " emosi karin pada teja, belum sempat teja menjawab karin sudah melanjutkan kalimatnya " kurang apa lagi lu nyakitin temen gua? sekarang nyakitin adik gua gitu? mau lu sebenarnya apa sih ja? " lalu ia menghampiri teja yg tampak kelagapan dengan tuduhan karin, sedangkan heesa melihat pada kakaknya dengan raut wajah bingung, ah .. jadi dia yg bernama teja itu? batin heesa menebak.

lalu heesa mengamit lengan karin untuk menghentikan cengkramannya pada kerah baju yg teja kenakan, " mbak karin, udah mbak, teja ini yg bantuin gua. jangan salah paham dulu mbak " henti heesa, ia sedikit kaget melihat kakaknya yg terlihat sangat emosi pada teja, padahal teja ini menurutnya adalah pemuda yg baik hati, selain ia membantunya kemarin malam, daritadi ia juga menanyakan keadaannya bahkan menyuapinya makanan, dan juga tutur katanya sangat sopan dan santun pada orang asing yg baru ia kenal.

karin yg mendengar perkataan yg keluar dari mulut heesa lalu menoleh dan menatap tak percaya pada heesa, " lu gausah bohong ya sama mbak, lu di ancem kan sama dia? emang dari dulu ni orang ga pernah tobat " tuduh karin lagi, heesa dan teja yg mendengar hal itu lantas menghela napas berat.

sebelum akhirnya, teja memegang kedua tangan karin yg masih mencengkram kerahnya kuat, " rin, bener yg dibilang sama adik lu, dan .. lu juga sama aja, masih aja kayak dulu, nyalahin orang yg udah lu tau sendiri kalau dia ga bersalah sama sekali " balas teja lalu menghempaskan tangan karin dari kerah bajunya.

teja lantas menampilkan senyum manisnya pada heesa, " gua balik ya sa, lekas pulih kembali heesa janan " ucapnya sebelum pada akhirnya ia menolehkan lagi kepalanya pada karin, dan menatapnya tajam lalu pergi.

karin dan heesa masih terpaku dengan kepergian teja, heesa yg paling pertama sadar dengan lamunannya, ia belum sempat mengucap rasa terima kasihnya pada pemuda yg tersematkan nama dewangga di namanya.

" mbak, dia teja yg kalian bahas waktu di kamar inap winda? " pertanyaan pertama yg keluar dari mulutnya setelah lama mengalami kecanggungan dengan karin karena perdebatannya dengan teja tadi.

karin mengangguk dan menghela napas sebelum akhirnya berkata " dia .. orang baik, hh .. selama ini gua ada di pihak yg salah sa " karin duduk di kursi dekat ranjang heesa yg di duduki teja tadi lalu menunduk sambil memilin kancing baju dreess yg ia kenakan, " gak seharusnya gua nyalahin orang yg udah gua ketahui gak salah apa-apa, dan gak seharusnya gua dukung pihak yg salah sa .. " lanjutnya lirih.

heesa yg mendengar kebenaran itu, walau tidak dapat ia ketahui kepastian dari masalah apa yg di alami kakaknya, winda dan teja di masa lalu, tapi dapat ia simpulkan bahwa terjadi salah paham diantara mereka.

apa yg terjadi sebenarnya? batin heesa, setelahnya ia berusaha menenangkan kakaknya dengan cara mengusap pelan rambut kakaknya sambil merenungi masalah apa yg kemungkinan terjadi di masa lalu.

 Binar Niskala • Shim JakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang