O8 ' pertemanan untuk balas budi?

5 2 1
                                    

ㅡ,

karena merasa pikiran jenuh, teja malam itu hendak berjalan-jalan di sekitaran rumahnya, hanya untuk menghirup udara segar menghilangkan beban lara yg terkubur dalam di benaknya. walau sudah berbagi masalahnya dengan jendra, tetap saja terbesit beban yg mengganjal di lubuk hatinya.

srekk .. srekk ..

BRUK!

" t-tolong .. "

jake side

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

jake side

" hh .. hh .. tolong! suster dokter! tolong! " walau sesak ada di ujung mulutku, aku tetap berusaha untuk berteriak lantang meminta pertolongan pada nakes disekitarku.

aku tidak tau siapa pria yg aku selamat kan ini, keadaannya sangat buruk saat ini, bahkan aku sudah tidak mendengar lirihan suraunya sedaritadi. setelah di larikan ke unit darurat, aku mendudukan tubuh lelahku di salah satu kursi, sambil mengatur napas, aku merasakan sesuatu mengalir di lobang hidung ku, rasanya mual, aku tidak suka sensasi ini ..

" eh? anda tidak apa-apa mas? " aku terkejut, lalu aku menoleh lemah sambil tersenyum.

" gapapa kok mbak, tadi kebentur tembok pas anterin temen, gak sakit juga " andai aku sedang tidak kesakitan, aku pasti akan tertawa cukup kencang melihat ekspresi suster ini, lucu.

" a-ah iya, kalau kenapa-napa panggil aja salah satu suster yg mas lihat, nanti kita bantu kok mas, saya permisi " ah perhatian sekali .. hehe duh! aku malah salfok, lupa lagi sakit. aku hanya membalas dengan anggukan dan senyuman.

ugh .. rasa mual ini tak kunjung hilang, sepertinya aku harus ke toilet sebentar

jake side end

baru saja akan mengambil langkah, pintu unit darurat terbuka dan menampilkan seorang dokter, yg sepertinya cukup kaget dengan darah yg mengalir di hidung teja.

" anda baik-baik saja nak? " khawatir sang dokter, teja hanya mengangguk sambil mengusap sisa darah di hidung nya sambil mendekat ke arah dokter itu.

" saya tidak apa-apa dok, bagaimana kondisi pria tadi? apa lukanya parah? " dokter tersebut masih belum merespon perkataan teja, karena khawatir dengan teja tadi, " saya tidak apa-apa dok, hanya terbentur tembok saat mengantar pria tadi hehe " cengir teja, dokter itu pun mengangguk mengerti.

" luka di tulang hidungnya cukup parah, ia juga mendapat beberapa jahitan di sekitar kepalanya, apa anda keluarganya? " dianosa dokter.

teja menjawabnya dengan gelengan, ia bahkan tidak tau siapa pria itu, ia hanya dengan sigap menolongnya saat ia melihat keadaan pria itu hampir sekarat dan meminta tolong padanya.

" saya bukan keluarganya dok, saya hanya membantunya tadi " jujur teja, lalu dokter tersebut memberikan sebuah handphone yg ia dapatkan saat memeriksa pria tadi.

" hubungilah keluarga pasien, dan pasien akan di pindahkan ke kamar rawat inap, saya permisi " permisi dokter itu sebelum akhirnya benar-benar meninggalkan teja yg masih termenung dengan foto lockscreen handphone pria tersebut.

" karin? "

tw//.harsh language!

praanggg!

" ARGHH! LAGI DAN LAGI GUA KALAH SAMA TU ORANG BAJINGAANN! "

bersamaan dengan bunyi pecahan benda, terdengar suara teriakan emosi seorang pemuda yg saat ini tengah melampiaskan emosinya pada benda-benda sekitarnya, wajahnya sudah memerah karena emosi.

" kenapa? .. KENAPAA?? hiks .. " tanpa ia inginkan, air mata keluar begitu saja dari lupuk matanya. setaunya, ia tidak pernah selemah ini hanya karena kalah terhadap seseorang, ada apa dengan dirinya hari ini? kenapa ia begitu lemah? apakah ia sudah lelah dengan hal yg selalu ia dapatkan dari lawannya? yaitu kekalahan.

" gak heesa, gua ga akan biarin lu menang minggu depan, sekali lagi lu menang!, lu harus bayar dengan nyawa lu sendiri .. " ucapnya sambil menghapus air matanya sendiri lalu tertawa kecil yg terdengar begitu menyeramkan.

" juan sean, ikut abang "

berakhir disinilah mereka, di teras depan panti asuhan tempat juan dan sean menghabiskan masa hidupnya.

" e .. ada apa bang jen? " tanya sean cukup canggung karena sedari tadi jendra hanya diam dan memperlihatkan wajah seriusnya pada dirinya dan juan, juan bahkan sampai meremat tangan kakak kembarnya karena takut dengan ekspresi wajah yg di tunjukkan jendra pada mereka, tidak biasanya jendra seperti ini.

" kalian habis ngapain ketemu satria? " to the point jendra setelah memikirkan, apakah boleh ia menanyakan hal tersebut?.

" eh? abang tau darimana kita ketemu abang-abang yg namanya satria? " heran juan, padahal sewaktu bertemu dengan satria, ia tidak melihat keberadaan jendra di sekitar mereka waktu itu.

" abang ni sebenarnya punya indra ke enam, jadi kalau kalian nakal abang jadi tau, kayak tadi, kalian pulang malem kan? nah .. di penglihatan abang kalian lagi ketemu sama satria " ngawur jendra yg membuat kedua bocah smp di depannya ini berdecak kesal karena pertanyaannya di jawab dengan candaan.

" ayo jawab abang, ngapain ketemu satria? kalian gak di apa-apain kan? " lanjut jendra sambil memindai penampilan sean dan juan. mereka menjawabnya dengan gelengan ribut.

" duh .. gimana ya bang .. " bingung sean, sebab yg mereka lakukan saat bertemu satria adalah sebuah misi rahasia, jadi mereka takut jika mengumbarkannya pada jendra mereka akan di sakiti seperti di film-film, mereka takut riki dan mereka sendiri berada di sebuah bahaya, karena dari awal juan dan sean sudah curiga dengan satria walau satria tidak ada mengancam mereka sama sekali.

jendra lalu menggapai tangan sean yg berada di atas meja, lalu menggenggamnya sambil menatap sean dan juan, " abang ga bakal bikin kalian berada di sebuah bahaya, setelah ketemu sama kalian, abang ngerasa abang punya adik sendiri, so .. kalau ada apa-apa atau ada hal yg bikin kalian merasa terbebani, sharing aja sama abang, okay? " yakin jendra pada kedua bocah yg ia claim sudah seperti adiknya sendiri tersebut.

sean dan juan tersenyum lebar mendengar perkataan jendra, selain teja, mereka memiliki abang lagi! sorak si kembar.

" hm .. t-tadi pas ketemu bang satria, kita di tawarin kerjaan, tapi juan sama bang sean gak yakin jadi kita nolak, dan cuma riki yg di kasi tau misi rahasia itu " cicit juan menjawab pertanyaan jendra, jendra yg mendengar hal itu lantas menyerjitkan alisnya, lalu kembali bertanya

" kalian gak di kasi tau sama riki? misi rahasianya? " kepo jendra, hanya gelengan yg menjadi jawaban pertanyaan jendra.

" waktu pulang habis ketemu bang satria, riki cuma diem aja, dia kayak kelihatan berpikir keras gitu, kita ga pernah lihat ekspresi berpikir riki kayak gitu selain pelajaran matematika di kelas " ujar sean, menjelaskan kenapa mereka tidak mendapat jawaban dari riki saat menanyakan misi rahasia tersebut.

jendra lalu menyenderkan tubuhnya pada kepala kursi yg ia duduki, lalu tangannya menggapai pucuk kepala si kembar dan mengelusnya lembut.

" makasi ya juan, sean .. " lirihnya sambil tersenyum tipis, yg dibalas senyuman lebar dan anggukan lucu dari keduanya.

 Binar Niskala • Shim JakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang