O5 ' takdir tidak berpihak

6 4 2
                                    

ㅡ,

teja side

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

teja side

pagi ini, entah apa yg terjadi padaku, aku merasa kepalaku seakan-akan hampir meledak, badanku terasa remuk, bahkan aku yg seumur hidup belum pernah merasakan apa itu mimisan, pagi ini aku merasakannya.

apa ini? apa aku kelelahan? atau ini akhir dari semua nya?

aku .. aku harus memeriksakan nya, semua akan baik-baik saja kan?

...

tentu tidak

" nak teja, anda saya diagnosa menderita leukimia, stadium awal. saya sarankan untuk segera menindak lanjuti penyakit ini nak teja, semakin awal di obati semakin mudah penyembuhan-nya, walaupun kanker tidak akan sembuh sepenuhnya, setidaknya anda bisa hidup lebih nyaman dan bugar "

sekalipun tak pernah terbesit di benak ku, aku akan mendapatkan rincian kalimat itu di hidupku.

menindak lanjuti katanya, aku makan atau tidak esok hari pun aku tidak tau, bagaimana dengan mengobati penyakit sialan yg ada di tubuh ku saat ini, ibu apa yg harus ku lakukan? harapan mu satu-satunya .. akan berakhir semudah ini?

teja side end

ㅡ,

" ck .. teja mane sih? gak biasanya telat kuli kyk gini " monolog jendra seorang diri, saat ini dia sedang menunggu teja yg tak kunjung datang untuk bekerja, sudah hampir 2 jam, bahkan sudah masuk jam istirahat kerja.

jendra sudah lelah mendengarkan omelan bos nya, dan juga lelah menanggung pekerjaannya seorang diri, sungguh sial ia hari ini.

" gua coba telpon aja kali ya? aish .. tolol, kenapa ga daritadi goblok? " makinya pada dirinya sendiri, dengan terburu-buru jendra mencari telepone pintar nya di saku celana yg ia kenakan, lalu mencari kontak teja dan menghubunginya.

tersambung, tapi tidak di angkat.

disisi lain ..

ddrrtt .. ddrrtt ..

teja mengangkat kepalanya untuk melihat siapa yg menelpon nya, tanpa mengangkat telepon tersebut, ia kembali melamun dalam kesunyian ditemani alunan dari nada dering teleponnya yg masih berbunyi, sudah tidak ada waktu untuk menangisi takdir nya yg tidak pernah berpihak pada kebahagiaan.

" jendra, semuanya .. maafin gua "

ㅡ,

" mbak gua gabisa dateng, jadi gua yg disuruh. dia banyak nitipin makanan buat lo, pet sembuh " perkataan pemuda tersebut membuat gadis yg sedang melamun di atas ranjang rumah sakit tersebut spontan menoleh karena terkejut.

" sejak kapan lu masuk? gak kak karin gak adek nya sama aja gak pernah salam dulu kalau masuk ruangan orang " sewot winda pada heesa. heesa yg mendengar hal itu hanya terkekeh menanggapinya.

" ya maaf atuh neng, lu nya udh gua ketok mulu tu pintu kamar sampe mau hancur kagak di ada sautan dari lu nya, yaudah gua nyelonong masuk, fair right? " balas heesa dengan wajah mengejek pada winda, winda pun tak kalah memasang julid face nya pada heesa.

menyadari ekspresi wajah winda, heesa mendekat lalu mencubit hidung winda lantas pergi keluar dari kamar winda, meninggalkan gadis berpipi gembil itu kembali merenung dengan wajah setengah terkejutnya

" p-pa paan sih .. " batin nya gagu, karena tak mau terlarut dalam lamunannya, winda lantas menggapai handphone-nya yg berada di nakas untuk menghubungi teman-temannya yg lain

namun, di pertengahan ia mencari aplikasi penyimpanan contact person teleponnya, ia di kejutkan dengan sebuah pesan masuk, dengan tangan yg sedikit bergetar, ia membuka pesan tersebut, dalam seperkian detik, winda membulatkan mata indahnya sebagai respon pesan tersebut.

" sialan .. "

ㅡ,

riki terus mengeluh hari ini, ia tidak suka pelajaran bahasa Indonesia, bukannya dia tidak berjiwa tanah air dan tidak berjiwa pelajar pancasila, hanya saja cara gurunya memberi materi yg ia tidak suka, selalu saja memberi catatan, riki tidak suka menulis.

" hh .. kapan selesainya ni guru ya tuhan .. " keluh riki dalam hati tentunya, ia terus memanjatkan doa agar b-

triinggg! tringg!

-el pulang berbunyi, yess! sorak riki dalam hati. ia berburu-buru merapikan alat tulisnya di mejanya setelah mengucapkan salam perpisahan pada guru yg mengajar tadi.

hari ini ia bertekad mencari pekerjaan, walau tidak membantu banyak, setidaknya ia tidak terlalu membebankan sang kakak untuk uang saku nya dan tidak membuat ibu nya marah setiap hari.

dengan senyum yg secerah matahari, riki meninggalkan kelas dengan semangat yg menggebu-gebu, sampai ia tidak menyadari teman-temannya, sean dan juan menatap aneh pada riki.

" kenapa tu bocah? " tanya sean pada adiknya, juan mengangkat bahu-nya acuh tanda tak tau.

" gatau, bocah prik " jawab juan asal, tanpa mereka sadari riki yg berada beberapa langkah di depan mereka dapat mendengar ejekannya dengan baik, lalu membalikkan badannya pada sean dan juan.

dengan wajah cemberut, riki mendekati kedua temannya, " daripada ngejek mulu, mending bantuin gua cari kerjaan, dasar bocah ngep-ngep " balas riki yg juga membalasnya dengan ejekan.

" heh enak aja lu rik! eh tapi yg bener aja lu mau kerja? lu pikir gampang, bocil smp kayak kita yg ada di jual " jawaban yg agak rrr .. pedas, ya bukan juan namannya kalau tidak sarkas, kalau sudah berhadapan dengan teman-temannya ia akan berubah menjadi agak ekhem menakutkan, image cute dan lovely nya lenyap seketika.

" mulut lu ju astaga, rik? yg bener aja lu, baru kemarin lu bilang mau fokus sekolah biar sukses, sekarang kenapa tiba-tiba nyari kerjaan? " ujar sean sambil merangkul juan dan riki menuju ke parkiran dimana mereka menaruh sepeda yg biasa mereka bawa pulang pergi ke sekolah.

" ya .. gimana ya jelasinnya. ya pengen aja, lagian gua nyari kerjaan nya gak yg bikin lupa sekolah kok, kalian mau ikut? " tawar riki dengan senyuman lebar nya, yg membuat kedua saudara kembar itu mau tak mau ikut tersenyum dan mengangguk ragu.

ㅡ,

" kalian lagi nyari kerjaan? "

riki dan si kembar terkejut dengan kedatangan seorang pemuda yg tiba-tiba ikut bergabung dengan topik mereka. merasa akan mendapat peluang kerja, riki menganggukan kepala nya cepat.

" iya kak, kakak bisa bantu aku? " sigap riki menjawab pertanyaan pemuda asing di depannya ini.

dengan senyuman manis, pemuda tersebut mengulurkan tangan nya pada riki, " ah, sebelum itu kenalin nama kakak satria adiwiguna, nama kalian siapa? "

 Binar Niskala • Shim JakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang