7. Hansel [2]

16 4 7
                                    

Mungkin filmku akan berakhir monoton, terlalu biasa dan membosankan. Aku tidak terpikirkan apa-apa lagi.

 Aku tidak terpikirkan apa-apa lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hansel itu orangnya santai. Dia tidak friendly, tapi tidak juga yang kasar. Dia hanya mengikuti arus orang-orang di sekitarnya. Umurnya tujuh tahun lebih tua dariku, tapi ia seperti selamanya menjadi anak remaja.

Hansel mengutuk keluarganya sendiri. Ibunya yang selingkuh, lalu ayahnya juga selingkuh layaknya saling balas dendam. Setelah itu Hansel dipungut oleh neneknya, tinggal dalam waktu enam tahun hingga lulus SMA. Setelah itu ia membantu orang-orang yang bekerja di dunia malam hingga akhirnya ia mengenal narkoba. Ia menjadi kaya dalam sekejap. Ia sesekali membual menyesal menyelami dunia itu, tapi di saat yang sama ia tidak menyesal. Entah sudah berapa tahun ia tidak bertemu dengan ayah atau bahkan ibunya, ia terlihat sangat tidak perduli.

Hingga Hansel membuat sendiri 'warungnya' ia menjajakan barang haram itu pada banyak orang, menyesatkannya hingga akhirnya mati. Ia merekrut banyak orang untuk menjaganya, atau menjual barangnya pada industri gelap lainnya. Warungnya hanya terlihat seperti minimarket, tapi ketika berhasil mencapai ruang belakang, semuanya terlihat berbeda.

Minuman keras, para gadis, narkoba, dan barang haram lainnya ada di sana. Dan aku menjadi salah satu yang bisa masuk ke sana. Sejujurnya aku sedikit menyesal. Tapi di saat yang sama juga, aku tidak. Dengan demikian aku memiliki tempat tinggal yang lainnya.

"Tertarik pada barang bagus?"

Kala itu rambut Hansel tidak panjang seperti sekarang, malah terlihat sangat biasa. Tidak ada tato, tapi ada beberapa tindik ditelinganya. Lebih terlihat seperti 'anak baik-baik'.

"Tergantung. Pada yang seperti apa?" Aku membalasnya. Mataku masih tertuju pada makanan ringan serta beberapa minuman bersoda. Jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari, dan aku tidak ingin pulang sama sekali. Entah kebetulan macam apa, hanya minimarket Hansel yang buka saat itu.

"Ini akan membuatmu lupa pada masalahmu."

Aku menoleh, mengerti konteks barang bagus itu. "Apa benda itu bisa membuatku mati lebih cepat?"

Ekspresi Hansel langsung berubah. Ia memperhatikan ku lebih dalam, melihat dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Ikut aku."

Aku meletakkan kembali bungkusan camilan yang sudah aku ambil, kemudian mengikuti Hansel. Pintu yang berada di ujung koridor, bertuliskan hanya para staff yang boleh masuk, terbuka. Di dalam sana musik mulai terdengar sedikit samar, beberapa suara teriakan juga terdengar.

Hansel menaiki anak tangga hingga pada lantai ketiga. "Kau tahu, sebenarnya anak di bawah umur tidak boleh masuk ke tempat ini."

"Ya, dan anda membawa saya masuk, Pak," balasku saat Hansel membuka pintu ruangannya.

"Jangan pernah berpikiran untuk mati. Minum ini, dan beristirahatlah di sini. Besok pagi-pagi kau sudah harus pergi," ujarnya sembari memberikan satu buah pil padaku. Aku menganggapnya sebagai pil tidur.

Semua Yang Tidak SejalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang