Epilog

198 29 33
                                    

2016, Seoul

"Kyungsoo-ssi, bisakah kau menggantikanku mendampingi trainee sore ini?"

Pria yang dipanggil membenarkan letak kacamata dan mendongak. Seakan memastikan pendengarannya tidak salah. Selama ini, ia lebih banyak menghabiskan waktunya di kantor cabang maupun lapangan. Survei lahan-lahan yang akan dikembangkan oleh perusahaan. Tak sekalipun ia mendapatkan briefing mengenai pembekalan trainee yang sudah diseleksi semenjak tiga bulan lalu.

"Untuk apa? Sunbae 'kan tahu aku baru selesai —management trainee— tahun kemarin, belum ada yang bisa kuajarkan," tolak Kyungsoo defensif.

"Siapa yang minta kau mengajar. Apa aku gila memintamu membimbing mereka tanpa persiapan?"

Kyungsoo mengangguk samar. Lantas, ia menggulung ujung lengan kemeja sembari merapikan meja yang penuh oleh tumpukan dokumen hasil survei.

"Lalu?"

"Mereka mau makan galbi dan minum malam ini. Welcoming Party."

Refleks Kyungsoo berdecak. Sekalipun para trainee adalah juniornya, mereka bukan lagi anak di bawah umur yang harus didampingi saat pergi bersama. Apalagi untuk acara sekelas minum-minum.

"Kalau hari ini bukan anniversary—pernikahan-ku pasti aku menemani mereka. Kuharap kau masih ingat insiden temanmu tahun kemarin sampai kalian diinterogasi satu per satu. Kami hanya ingin mereka paham culture perusahaan ini. Bagaimana?"

"Baiklah."

Tak ada lagi penolakan dari pria itu. Kyungsoo memahami concern koleganya mempertimbangkan salah seorang teman sekampusnya yang membuat keributan dengan pengunjung lain hingga mengacaukan kedai orang. Segera ia menghampiri sekelompok muda-mudi sebayanya yang berada di lobi.

Seperti periode sebelumnya, jumlahnya tak banyak, kurang dari dua puluh. Memungkinkannya untuk menyusuri wajah-wajah baru satu per satu, termasuk sesosok gadis dengan rambut sebahu berwarna ash brown. Gadis yang sangat dirindukannya setahun kebelakang. Terutama tawa renyah milik gadis itu.

"Permisi, apakah Anda Sunbae Do?" tanya seorang pria yang mengejutkan lamunan Kyungsoo.

"Oh— ya."

Jawaban Kyungsoo nyaris tergagap dan tentunya mencuri atensi orang-orang di sana.

Mata gadis yang diperhatikannya tadi membulat sempurna kala bersirobrok dengan milik Kyungsoo. Rasa yang selama ini disimpan rapat membuncah perlahan dan pasti.

Namun, keduanya punya pengendalian diri untuk hanya tersenyum ramah dan saling menyapa dengan sopan. Bicara pada yang lain meskipun sesekali mencuri pandang. Di jarak aman hingga lawan tak menyadari. Membiarkan belasan orang membatasi ketika hidangan mulai tersaji.

"Ini adalah inisiasi keakraban yang baik. Kuharap kalian bisa mempertahankan tradisi ini tanpa mengesampingkan norma-norma sosial di dalamnya. Aku titip nama baik management trainee," pungkas Kyungsoo sebelum mengangkat gelas sloki di dekat tangannya dan menghabiskannya dalam sekali teguk, diikuti oleh para trainee.

Makan malam dan pesta minum kali ini yang paling sulit untuk dinikmati. Berusaha tetap bungkam ketika bibirnya ingin bicara. Pria itu hanya mengungkap kata sebatas basa-basi sampai acara ini usai. Mengamati sosok yang justru terlihat sibuk dengan kawan-kawan barunya. Bagaimana bisa gadis itu seakan hilang ditelan bumi setelah kelulusan? Ia hanya ingin memberi waktu Jihyun untuk menjaga jarak, bukan menghilang dari pantauannya. Lalu, seakan Tuhan menjawab pertanyaannya selama ini, gadis itu hadir kembali.

***

Setelah menyelesaikan studi magister, sudah tak ada alasan lagi bagi Jihyun meninggalkan Korea Selatan. Pemberitaan buruk tentang dirinya pun tertutup kasus-kasus hangat di negeri ginseng yang silih berganti. Lantas, ia memutuskan untuk bergabung dalam program MT di sebuah perusahaan salah seorang alumni kampus. Berharap niatnya untuk berdamai dengan masa lalu akan semakin mudah.

DeadlockTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang