Part 7

298 38 8
                                    

"Nona, supnya sudah siap. Silakan sarapan dengan Nyonya."

Seperti terdengar suara Bibi Lee di telinga Jihyun. Ia pikir, ia ada di studionya dan ini pasti mimpi sehingga ia memutar tubuhnya ke samping dan memeluk guling.

"Nona, tolong bangun sekarang. Saya khawatir Nyonya akan naik ke kamar, Nona," terdengar lagi ucapan dengan suara khas Bibi Lee.

"Apa? Aku sudah di sini!"

Sontak Jihyun terbangun saat mendengar suara Eomma-nya. Matanya membelalak sempurna saking terkejutnya dan berdiri di samping tempat tidur seperti ketahuan bertindak kriminal.

"Eomma, kena— pa?"

"Kenapa kenapa? Semalam kau benar-benar membuat Eomma malu. Jangan-jangan itu alasanmu ingin tinggal sendiri? Agar puas mabuk-mabukan?"

Jihyun diam di tempat. Percuma terkadang mendebat Eomma, ia akan selalu salah. Mau menjelaskan dengan benar atau tidak karena persepsi Eomma, Jihyun tidak pernah benar.

"Maaf, Eomma."

Kepalanya masih pusing dan ia tengah mengingat-ingat alasannya pulang ke rumah. Selama ini, ia tidak pernah sekalipun mabuk dan pulang. Ia hanya ingat, semalam ia bertemu dengan beberapa senior yang diundang untuk acaranya nanti. Namun, mereka mengajak minum dan ketika ia masih tipsy, Jihyun memutuskan untuk pergi. Seharusnya ia tiba di studio bukan di rumah.

"Dasar! Sudah niat mabuk? Kalau tidak ada temanmu itu Eomma bisa apa, Nak? Kau tahu kan, bahaya untuk anak gadis berkeliaran malam-malam. Apa lagi mabuk. Tidak ada mobil saja kau seperti ini, bagaimana selama ini?" cecar Eomma yang tampak sangat khawatir. Bagaimanapun juga Eomma adalah orang yang paling mencemaskan kondisi Jihyun, semengerikan apapun hubungan mereka.

Sedari tadi Eomma-nya berkata soal 'teman', tapi Jihyun tak mengerti siapa yang dimaksud. Ia mulai menebak-nebak. Namun, kenapa tidak mengantarkannya ke studio saja.

"Eomma, tadi pagi sudah minta Bibi Lee membuat kimbab. Tolong kau berikan ke Kyungsoo, ya."

Mata Jihyun berkedip intens, "Kyungsoo?"

"Jangan seperti orang bingung! Eomma yang harusnya bingung saat kau menyebut namanya dan ia mengantarmu pulang," jelas Eomma kemudian.

Tubuh Jihyun terasa semakin lemas. Ia ingin pingsan mendengar ucapan Eomma-nya. Bagaimana ia bisa menatap Kyungsoo dengan percaya diri kalau ia sudah bersikap bodoh.

***

1 minggu kemudian

Hari yang mendebarkan untuk Jihyun akhirnya tiba. Setelah hampir seminggu ini ia tinggal di kampus, berkoordinasi, dan memantau persiapan logistik, Jihyun akan menyampaikan sambutan untuk memulai acara.

Di hadapan, 70 orang relawan dan 20 orang panitia, ia membuka acara dengan menyampaikan motivasi dan semangat untuk acara satu minggu ke depan. Pembukaan dilanjutkan dengan pemotongan pita. Meskipun jantungnya berdegup kencang, Jihyun optimis, acara ini akan berhasil dan berdampak untuk masyarakat.

"Kimbab girl!"

Jihyun tertegun ketika ia turun dari tangga, salah satu laki-laki di barisan depan relawan berteriak. Percaya atau tidak, ia yakin itu adalah panggilan untuknya.

"Wah, kau hebat," ucar laki-laki itu mengangkat kedua jempol.

Spontan Jihyun celingukan mencari kawan-kawannya. Tidak mungkin seorang Byun Baekhyun akan datang sendirian bukan. Jihyun hanya perlu memastikan, tidak ada Kyungsoo di sini.

Baru ia akan bernapas lega, ia menemukan keributan di meja registrasi dan dengan berani ia mendekat.

"Jihyun-ah. Do Kyungsoo dari Arsitektur ingin mundur karena masalah pribadi sementara kami sudah membekalinya untuk menjadi ketua tim," tutur salah seorang panitia.

Jihyun menoleh ke arah laki-laki yang dimaksud, sementara beberapa teman laki-laki itu juga melarangnya.

"Benar begitu?"

"Ya, betul. Aku tidak bisa berpartisipasi karena alasan pribadi yang tidak bisa diganggu gugat."

"Apa saya boleh tahu?" tanya Jihyun dengan setenang mungkin meskipun di dalam hati ia sudah meledak-ledak.

"Kau yakin mau aku mengungkapkan alasannya di depan orang banyak?" tantang Kyungsoo dengan angkuh.

Terdengar hembusan napas Jihyun yang dibuangnya dengan panjang, "Saya pikir Anda sudah paham tanggung jawab seorang ketua tim. Tanpa adanya Anda, tim pembangunan akan chaos."

"Siapa suruh memilih pengganti ketua H-7? Kendali itu di panitia, bukan relawan."

Jihyun tersenyum simpul, ia jadi ingin bicara formal, "Benar, kami yang memegang kontrol tapi Anda sudah berkomitmen 'kan? Bahkan sebagai relawan biasa Anda harus menandatangani lembar komitmen. Terlebih untuk menjadi ketua tim, panitia pasti sudah berdiskusi soal arahan dan teknis dengan anda. Dan, Anda sudah bersedia untuk memegang tanggung jawab lebih."

"..."

"Hajin, tolong ambilkan lembar komitmen Do Kyungsoo!" perintah Jihyun pada salah satu anggota timnya.

Kalau laki-laki itu mau membencinya silahkan tapi tidak dengan merusak acara ini. Ini bukan hanya soal Jihyun tapi kampus dan masyarakat. Jihyun menyodorkan surat tersebut.

"Semua saya kembalikan pada Anda. Ketika Anda membatalkan komitmen Anda, mohon maaf, saya akan publikasikan di depan umum untuk segera mendapat pengganti Anda. Meskipun saya tidak yakin, ia akan mampu belajar dalam waktu singkat atau tidak."

Kyung So terdiam. Ia tahu sikapnya terlihat childish tapi ini adalah cara yang harus ia lakukan untuk membuktikan konsistensinya.

Kemudian ia menoleh ke arah teman-temannya yang terlihat kecewa, "Baiklah, aku ikut."

Ucapan Kyungsoo seketika disambut teriakan anggota IDOL dan membuat Jihyun tersenyum lega.

***

So far, do you enjoy the story guys? Kalo ada masukan, plis komen ya. Biar bisa lebih baik dan berkembang ceritanya.

Meskipun sebagian dari kalian mulai bosan stay at home, tetap semangat dan selamat menikmati cerita-cerita wattpad ;)

DeadlockTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang