Prolog

1.6K 86 4
                                    

Temaram malam bisa menjadi latar yang indah untuk para penikmatnya. Semakin malam semakin tentram. Lampu-lampu jalan sebagai salah satu sumber penerangan menyinarkan ketenangan tersendiri. Cahaya seadanya dan suara yang kian sunyi menjadi syarat kenikmatan yang tak banyak orang bisa nikmati.

Salah satu penikmat malam itu bernama Nam Jihyun. Seorang gadis yang tengah melintasi jalan besar di kawasan Cheongdam-dong. Temannya suka menyebutnya manusia nokturnal. Bukan karena keharusan untuk bekerja part-time di supermarket mulai petang atau bersenang-senang di kelab, tapi kegemarannya untuk sendiri menikmati malam di saat penat.

Ia menyebut dirinya dengan nama yang keren menurutnya. Night Traveler.

Bukan tanpa alasan ia masih ada di tengah jalan, sementara jam digital di pojok layar LED sudah menunjukkan pukul 11 malam. Perseteruan dengan salah seorang temannya di kampus membuat otaknya mendidih. Hampir saja ia menjadi pelaku tindak kekerasan kalau saja teman-temannya tidak menariknya dari adu mulut yang sangat sengit. Ia sudah kehilangan kesabaran dan ingin melayangkan satu pukulan pada si pembuat onar.

Terbukti, otot tubuhnya terasa lebih rileks. Trigger terbaik untuk membuat sel sarafnya menghasilkan serotonin. Cokelat dan pisang tak akan semenjanjikan aktivitasnya.

Satu hal yang ia percaya. Malam mampu memberikan kebebasan untuknya. Bebas menikmati dunia tanpa distraksi dari orang-orang sekitarnya. Untuk berdiskusi atau sekedar berbasa-basi. Ia bebas menikmati keindahan kota dan berekspresi. Sehingga ia akan mendapatkan ketenangannya kembali.

Apakah ia tidak takut? Agaknya Jihyun tidak terlalu mempermasalahkan hal tersebut. Buatnya, setiap masalah bisa diselesaikan. Sekalipun dengan penjahat. Sebetulnya, ia terlalu percaya diri dengan kemampuan negosiasinya.

Hal itu juga yang membuatnya bisa asal melewati jalan mengikuti naluri. Laju mobilnya melambat saat ia melihat seseorang yang tengah dikejar-kejar oleh segerombolan pria yang bisa dianggap sebagai preman. Ada rasa ingin tahu muncul saat melihat kejadian ini. Untung saja, ia segera menyadari kalau tidak seharusnya ia memperlambat laju mobilnya di tempat sepi yang tidak pernah dilewati. Sebelum kembali menginjak pedal gas lebih dalam, tampak wajah familier dari spion kanan.

Melihat wajah yang dikenal terengah-engah, tak butuh waktu lama untuk Jihyun menepi dan membuka pintu mobilnya. Pria itu berusaha menghindar mencari jalan, tapi tak sempat berpindah haluan ketika mobil Jihyun sudah melipir ke tepi.

"Naiklah."

Satu kata dari Jihyun berhasil membuat pria tadi duduk di kursi penumpang di sebelahnya saat ini. Sibuk melihat ke belakang memastikan kalau preman-preman tadi tak mampu menyusul. Menyadari hal itu, Jihyun segera menginjak pedal gas lebih dalam, menghindari daerah sepi ini.

"Minum ini."

Kening pria itu mengernyit seolah mencurigai isi minuman yang ditawarkan oleh Jihyun. Padahal, ini hanya air mineral.

"Aku tidak meracunimu. Kalau kau curiga padaku harusnya kau tidak naik."

Sepertinya kelelahan membuat bibirnya terkatup rapat. Ia sama sekali tidak berbicara dan menghabiskan satu botol air mineral yang diberikan Jihyun.

"Aku tinggal di Munwong-dong"

Tanpa kalimat lain, ia memilih menu GPS dan mengetikkan alamat tempat tinggalnya di layar. Walaupun, Jihyun belum mempersilakannya melakukan hal itu.

Lantas, penumpang gelap itu kembali menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi. Menutup mata.

Jihyun melirik dengan ekspresi kebingungan. Namun, ia tidak sampai hati untuk membangunkan. Nam Jihyun rela menjadi supir taxi malam ini.

Selama perjalanan pun, pria itu masih diam tanpa bersuara. Lebih tepatnya, terpejam. Berulang kali Jihyun sengaja melajukan mobilnya dengan kecepatan tak stabil agar penumpang itu terbangun. Nihil. Ia tidur seperti mayat.

Sampai suara GPS Jihyun mengatakan kalau mereka sudah tiba di tujuan, pria itu baru terbangun dan melepaskan safety belt . Hanya mengucap terima kasih sebelum menutup pintu dan masuk ke halaman rumahnya.

Melihat tingkah pria itu, Jihyun menggeram kesal. Jihyun yakin kalau ia hanya pura-pura tidur.

"Aaah, Do Kyungsoo ...."

***

Hi yeorobun!

Kebetulan aku lagi perlu project sampingan biar ga jenuh sama 'Life Mate'. Ingin membuat suasana berbeda sih.

Sebelum aku lanjutin cerita ini, menarik nggak sih menurut kalian?

Aku bakal bahas bagaimana orang bisa dengan mudahnya ditakdirkan untuk bertemu jika memang sudah saatnya. Tsaah.

Komentarnya ya 😂

Oiya, Selamat Idul Adha untuk yang merayakan

DeadlockTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang