21. FUL TIME ACA AND TAGASA

15.1K 925 24
                                    

Happy reading semuanya~~

Seorang perempuan dengan dress berwarna putih kini tengah duduk santai di atas batu besar. Terpaan angin sore membuat rambut ikalnya berterbangan ke belakang.

Matahari hampir tenggelam menambah keindahan sore hari di pantai. Aca menarik napas dalam-dalam lalu di hembuskan secara perlahan. Kicauan burung dan suara deru ombak membuat suasana sangat nyaman.

Karena Geby yang sibuk mengurus Varezo dan Malika yang harus mengurus Ibunya yang sakti. Terpaksa Aca harus pergi ke pantai sendirian. Biasanya ia akan ke pantai sekali dalam sebulan. Sebab pantai sangat cocok untuk menenangkan pikiran.

Biasanya perempuan itu akan menghabiskan waktu sekitar 4 jam hanya untuk duduk di tepian pantai. Bagi orang lain itu sangat membosankan. Namun menurut Aca sendiri, berada di pantai tidak seru kalau hanya sebentar. Biasanya ia akan menyibukkan diri dengan menggambar di pasir, menyanyi, menangkap anak kepiting, atau hanya sekedar duduk diam seperti saat ini.

"Gue capek," lirih Aca sambil menunduk.

"Capek kenapa?" Tiba-tiba suara seseorang mengejutkan Aca. Tagasa, cowok itu duduk di samping Aca. "Lagi banyak masalah ya?"

"Nggak!" Jawab Aca ketus. Ia mencoba mengalihkan pandangan ke arah lain. Enggan untuk membalas tatapan Tagasa, ia merasa gugup hanya di tatap oleh cowok berambut gondrong itu.

Tagasa menghela nafas panjang. Sifat Aca masih tetap ketus padanya. Padahal ia berharap bahwa Aca sudah berubah, dan mau menerima kembali dirinya.

"Apa gak bisa Ca, kita kek dulu lagi?" ucap Tagasa menatap Aca penuh harapan.

"Gue beneran cinta sama lo. Gue sayang sama lo. Pliss, lah! Kasih gue kesempatan," sambungnya, memohon.

Aca menghela nafas gusar. "Maaf Ta, gue gak bisa."

Jawab itu. Jawaban yang selalu keluar dari mulut Aca. Rasanya membuat Tagasa hampir putus asa, namun rasa cintanya ke Aca sangat besar. Ia berjanji tidak akan menyerah sebelum mendapatkan cinta Aca.

"Gue bakalan nungguin sampe lo mau," kata Tagasa terdengar serius.

"Sampai kapan lo mau nungguin gue terus?" Tanya Aca menatap manik mata laki-laki di sampingnya.

"Sampai gue mati. Di situ lo bebas, dan gue gabakalan ngejar-ngejar lo lagi."

Jawaban Tagasa mampu membuat Aca sesak. Hatinya bagaikan teriris pisau tajam. Sakit. Sebegitu cintanya Tagasa pada dirinya, dan apa balasan dirinya terhadap cowok itu? Tidak ada!

Sungguh, Aca sangat merasa bersalah.

"Lupain gue dan cari pengganti yang lebih baik dari gue, Ta. Karena sampai kapanpun kita berdua gabakalan bisa bersatu," pinta Aca menghela nafas lelah.

"Bagi gue lo yang terbaik, Ca. Maka dari itu gue maunya elo bukan yang lain!" Tegas Tagasa menekan setiap kata yang ia ucapkan.

Aca menggeleng cepat. "Gue bukan yang terbaik buat lo. Jadi tanam dalam-dalam rasa cinta lo sama gue."

"Gabakalan!"

Untuk yang kesekian kalinya Aca menghela nafas. Tagasa begitu keras kepala, cowok itu sungguh egois. Aca tidak suka pada cowok itu. Namun, setiap berdekatan dengan Tagasa jantungnya berdegup kencang tidak terkendali.

Cekrek

Mata Aca menatap tajam kearah Tagasa yang baru saja selesai memotret dirinya pakai camera bermerek Canon milik cowok itu. "Siniin kameranya?"

Aca mencoba merampas kamera dari tangan Tagasa, namun dengan cepat Tagasa mengangkat tangannya setinggi mungkin, agar Aca tidak dapat mengambil kamera tersebut. "Ambil aja kalau bisa!"

VAREZO [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang