38. PADOK JUNIOR

15.3K 934 20
                                    

"Rumus-rumus fisika yang udah aku ajarin semalam jangan sampai di lupa."

"Hem!"

"Sama pelajaran Biologi juga, itu penting."

"Hem!"

"Bahasa Inggris juga satu. Aku tau kamu lemah di pelajaran itu, nanti kalau udah sampai di kelas materinya di pelajari ulang."

"Hem!"

Geby berdecak kesal ketika respon Varezo sedari tadi hanya 'hem-hem-hem' tidak jelas. "Kamu kalau di kasih tau dari tadi kok cuman ngomong hem doang sih?"

Varezo mengembuskan napas dalam. Matanya melirik Geby yang duduk di depan hanya terhalang oleh meja makan berukuran besar. "Aku lagi makan loh, Yang."

"Iya, maaf." Geby menjawab cepat dan memakan nasi goreng kambing buatan Bik Sumina. "Lain aku aku gak bakalan ngajak kamu bicara kalau lagi makan."

Varezo menatap Geby lama sebelum melanjutkan makannya. Ah, ngomong-ngomong soal nasi goreng Varezo jadi teringat Ayah Septian.

Bagaimana kabar Duda burik itu. Apakah masih hidup atau sudah tidak bernyawa lagi. Atau bahkan sudah menikah tanpa sepengetahuan Varezo?

"Yang ... Nanti pulang sekolah kita mampir dulu di rumah Ayahku." Varezo berkata.

"Hem!" jawaban yang sama dengan Varezo tadi.

Varezo menggeleng melihat tingkah Geby, lalu dengan cepat Varezo menghabiskan nasi goreng yang tersisa sedikit.

••🦋••

"Kamu kok diam aja Yang, biasanya juga cerewet!" Varezo berkata kepada Geby yang duduk di jok belakang motor Scoopy yang beberapa hari lalu ia beli.

"Lagi gak mood aja," balas Geby seadanya. "Malas bicara juga."

"Kenapa, perasaan waktu masih di rumah gak kayak gitu." Varezo sedikit berteriak karena angin lumayan kencang. "Ada yang sakti lagi?"

Varezo melirik Geby dari kaca spion motor gadis itu tidak senyum sama sekali. Hanya ada tatapan datar yang dapat Varezo lihat.

"Kalau lagi ada masalah cerita aja Yang," lontar Varezo lembut. Kedua mata cowok itu terus fokus menatap jalan raya yang sedikit ramai. "Jangan di sembunyiin."

"Nggak." jawaban singkat itu lantas membuat Varezo menghela pasrah.

"Nggak mau singgah beli seblak?" tanya Varezo mencoba mengembalikan mood sang istri.

Pelan Geby menggeleng. "Nggak!"

"Beneran gak mau nih? Biasanya kamu doyan makan seblak. Kalau mau kita singgah beli," tawar Varezo, berharap agar Geby tidak menolak.

"Ck, kalau aku bilang gak ya enggak!"

Pada akhirnya Varezo lebih memilih untuk tidak membuka suara lagi. Ia takut jika Geby kembali menyembur, memakinya tanpa ampun.

Beberapa menit berkendara dalam keheningan, akhirnya motor Varezo terparkir sempurna di sebelah motor sport Tagasa.

Dia menatap kepergian Geby dengan alis bertaut bingung. "Tuh, manusia kenapa dah, apa iya gue punya salah sama Geby? Atau album yang gue beliin masih kurang."

Beberapa pertanyaan mengenai perubahan sikap Geby menumpuk bagaikan soal-soal ujian di otak kecil Varezo. Dia menggaruk pipinya lalu segera berjalan memasuki kelas.

••🦋••

Saat masuk kedalam kelas, sudah banyak siswa yang di fokuskan untuk belajar. Membaca kembali materi yang sebelumnya sudah mereka pelajari dari rumah.

VAREZO [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang