11 | Sebotol Cappuccino dari Hati yang Tulus

371 70 35
                                    

Setelah menjalankan salat Magrib di masjid terdekat, aku dan Dimas segera masuk ke warung Salero Kito dekat Terminal Arjosari. Tempat ini masakannya enak dan tempatnya juga bersih. Dulu aku mendapatkan rekomendasi dari Galih dan Mira, yang saat masih pacaran memang suka kuliner ke mana-mana.

Segera kupesan rendang dengan daging sapi, sedangkan Dimas memilih lauk ayam goreng. Saat akan membayar, aku mendahului. Dimas sempat protes, tetapi karena aku benar-benar ngotot, dia akhirnya mengalah dan mengucapkan terima kasih, serta berjanji akan membalas traktiranku suatu nanti. Aku menjawab 'iya iya' saja sambil terkekeh-kekeh.

Kami tak mengobrol apa pun dan lebih memilih fokus makan. Setelah kenyang dan makanan habis, kami menikmati minuman sambil mulai membuka obrolan.

"Aku baru tahu dari status WA-mu kalau kamu itu dari Banyuwangi, Dim." Aku meletakkan gelas es teh sambil menatap Dimas yang masih asyik menyantap kerupuk udang.

Dimas mengangguk. "Tapi, tinggal saya di pelosok, Mbak. Dekat laut, bukan di kotanya. Jadi kalau naik bus turun Banyuwangi kota, harus ganti bus kecil, lalu turun terminal kecil, ganti lagi naik angkot, baru sampai tempat tinggal saya."

Aku tersenyum iseng. "Osing atau Madura, nih?"

Dimas tak jadi menyantap kerupuk dan justru terkekeh-kekeh geli. "Saya keturunan Jawa asli, enggak ada darah Madura. Osing juga enggak. Kebetulan aja tinggal dan lahir di Banyuwangi, tapi sejak SMA udah di Malang."

Aku terkejut. "Serius kamu sejak SMA udah di Malang? Kok bisa?"

Dimas mengangguk. Sebelum bercerita, dia yang sudah selesai memakan kerupuk udang, menyeruput sedikit es tehnya.
"Usia 2 tahun, bapak saya meninggal karena kecelakaan kerja. Beliau dulu tukang listrik di sebuah perusahaan pengalengan ikan dekat tempat tinggal saya. Ibu yang syok jatuh sakit menahun, lalu saya diikutkan Paklik dan Bulik yang waktu itu baru nikah dan belum punya anak. Sementara Mbah Uti yang udah janda-lah yang merawat Ibu."

Dimas menatapku, ekspresinya mulai serius. "Ibu lalu nyusul Bapak, Mbak. Meninggal dunia. Waktu itu saya masih kelas 2 SD. Keuangan yang sulit bikin Bulik memutuskan jadi TKW dan berangkat ke Malaysia waktu saya berumur 8 tahun. Sampai hampir 5 tahun lamanya. Padahal adik sepupu saya baru berusia 4 tahun pas Bulik berangkat. Paklik meninggal di tahun ketiga Bulik jadi TKW, karena sakit jantung mendadak setelah pulang kerja. Kebetulan beliau satpam di sebuah minimarket 24 jam. Otomatis adik sepupu yang jaraknya 4 tahun lebih muda dari saya itu, saya yang urus berdua sama Mbah Uti. Sampai akhirnya 2 tahun kemudian Bulik balik ke Indonesia."

Dimas tersenyum tipis. "Sekarang Bulik udah nikah lagi, sekitar 7 tahun lalu. Dan Farid, adik sepupu saya itu ikut beliau. Selulus SMP saya iseng coba daftar beasiswa non akademik lewat olahraga basket di SMA Banyuwangi kota, tapi malah guru saya nawari buat ikut seleksi beasiswa full di salah satu SMA swasta di Malang sini. Setelah diskusi dengan Mbah Uti dan Bulik, saya akhirnya ambil dan alhamdulillah diterima. Jadi ya udah. Saya jalani masa SMA di Malang sini. Justru dengan begitu, prestasi saya makin bagus di akademik, sampai akhirnya bisa masuk UB."

Aku menatap Dimas tanpa berkedip. Tak menyangka dia bisa sangat terbuka begini. Entah memang sebenarnya dia tipe orang yang terbuka atau memang karena dia sudah nyaman berteman denganku. Namun, apa pun alasannya, aku senang. Tanpa banyak bertanya, aku sudah bisa langsung tahu bagaimana kondisi keluarga Dimas.

Kemudian, Dimas meminum es tehnya sebelum kembali bercerita. "Setelah punya kehidupan baru, Bulik bilang saya fokus kerja aja dan cari uang buat bantu support kehidupan Mbah Uti. Tapi, Mbah Uti masih belum mau berhenti kerja jual gorengan di depan rumah kami kalau pagi dan sore, bahkan sampai sekarang. Seengaknya saya bisa bantu keuangan sedikit dan enggak jadi beban beliau lagi. Makanya setelah lulus ini, saya pengen segera lamar kerja di Banyuwangi."

Kau dan Kopi di Senja Hari [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang