06. Terluka

63K 6K 331
                                    

Enjoy~

Garren berjalan dengan langkah lebar menuju kantin, tatapan intimidasinya mampu membuat orang-orang di sekitar menyingkir dengan sendirinya. Dia risih dengan orang-orang yang menatap adik kesayangannya dengan tatapan lapar.

Garren tadi sempat menyembunyikan wajah adiknya di balik hoodie berwarna hitam yang ia pakai, namun adiknya menolak karena enggak bisa napas.

Narengga sendiri masih berada di gendongan koala Garren, bibirnya mengerucut ketika tidak diizinkan untuk berjalan sendiri. Ia kan sudah besar, ia sudah bisa berjalan kok.

"Padahal Nalen juga mau lasain lantai sekolahnya.." Narengga melihat ke bawah, di mana lantai sekolah yang berwarna putih itu terlihat mengkilat dan menarik perhatiannya.

Enaknya seluncuran dari tangga gitu.

"Abang tau apa yang kau pikirkan, jangan nacam-macam atau abang ratakan tangganya mau?"

Narengga mendongak menatap Garren dengan wajah bingung yang sialnya sangat manis dan tidak baik bagi kesehatan Garren, Narengga itu kebanyakan gula. Bibirnya Narengga sedikit terbuka.

"Emang tangganya bisa lata ya abang? Kalau bisa belalti tangganya nanti nggak beltingkat dong, malah jadi tebing. Kelen! Nanti dali atas Nalen tuangin minyak goleng telus 'syuuull' meluncul !"

Garren tersenyum tipis menanggapi perkataan si kecil, walaupun dia sebenarnya tidak paham apa yang adiknya katakan.

Sesampainya di kantin, Garren melihat Ray mengangkat tangan kanan memberi kode bahwa mereka berada di bangku pojok kantin. Di sekitar bangku yang sodaranya tempati, tidak ada satu pun orang yang mau berdekatan dengan para keturunan Ferdinand.

"AAAAA adek uke ku, sini duduk sama kakak" Nia mendorong tubuh Mia hampir terjungkal kalau Mia tidak berpegangan pada ujung meja.

Nia menepuk kursi yang ada di sampingnya sembari tersenyum lebar tanpa memperdulikan tatapan mematikan dari saudari kembarnya.

"Uke apa maksudmu Nia?" Ray mengernyitkan dahi bingung, apa itu uke?

Nia gelagapan, begitupula dengan Mia padahal yang mengatakan itu adalah Nia.

Ya gimana lagi... Mia kan juga tau arti 'uke' itu.

"Salah denger kali lu. Eh btw Caroline sama bang Ernest lama banget dah pesan makanannya" lebih baik ia mengalihkan pembahasan yang agak menegangkan tadi.

Garren mendudukkan Narengga di sampingnya, sekarang tubuh Narengga di apit oleh Garren dan Ray. Caroline datang bersama dengan Ernest, di belakang mereka ada bibi kantin yang membantu membawakan minuman.

"Pesanan susah datang"

"Yeayy ada susu coklat juga!"

Narengga turun dari bangku dan mendekat menuju bibi kantin, tangannya menarik ujung baju seragam yang dikenakan oleh Ernest. Ernest melihat ke bawah di mana ada makhluk mungil yang menatapnya dengan puppy eyes, oh! Dia tau apa maksud adik kesayangan itu.

"Cium sini dulu" Ernest menunjuk pipi kanannya, mereka mendengus kasar melihat Narengga mengecup pipi Ernest. Mereka juga mau di cium
:(

Caroline mengangkat nampan berisi empat bakso panas, ia tersenyum dan

Byuur!


"NARENGGA"

Empat mangkuk bakso panas tadi tumpah mengenai sekujur tubuh Narengga, dan mangkuk kaca itu pecah mengenai kaki Narengga yang terbalut oleh sepatu.

"Maaf Maaf! Gue nggak sengaja, gue kira nggak ada orang lain di sini selain kita ber-enam, g-gue baru ingat kalo kita ber-tujuh di sini. Lagian gue nggak liat tadi maaf ya Narengga F."

Narengga||✓ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang