11. Alat-alat haram

50.6K 4.9K 184
                                    

Mf udah lama gak up, soalnya gk ada mood buat nulis.

Mf udah lama gak up, soalnya gk ada mood buat nulis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mampir ya

Enjoy~

Narengga mengerjabkan kedua mata menyesuaikan cahaya lampu yang masuk ke dalam kedua retina indah miliknya. Ia mengedarkan pandangan yang masih terlihat kabur dan kurang jelas ke penjuru ruangan. Ini bukan kamarnya, tapi kamar kedua orang tuanya.

"Mommy.." Narengga memangil sang ibu namun tak ada sautan.

Kamar kedua orang tuanya ini adalah ruangan dengan cat hitam dan abu-abu, lampu yang terang tak menutupi aura menyeramkan kamar ini dan malah menambah kesan horor.

"Mommy..."

Entah kemana kedua orang tuanya itu, ingin rasanya mengijakkan kaki ke lantai lalu berlari keluar dari kamar. Namun biasanya daddy selalu mengunci kamar dari luar ketika ia tidur di kamar ini. Alasannya takut jika orang lain melihat muka anak bungsunya yang sedang tertidur.

Yah, ke posesifan sang daddy malah berpengaruh negati bagi Narengga.

"Mommy... hikss mau kelual.."

Dengan perlahan Narengga mendudukkan tubuhnya, ia beranjak dari ranjang tempat tidur menuju pintu. Sesuai dugaan, kamar di kunci dari luar.

"DADDY!"

"MOMMY!"

Percuma, kamar ini kedap suara dan siapapun tidak akan bisa mendengar suaranya sekalipun penjaga yang tengah menjaga kamar Erick dan Reina di luar.

"Mommy takut..."

Mereka tak tau jika sang buah hati telah terbangun dari tidur, Narengga mengedor-ngedor pintu.

"MOMMY HUWAAAA!! BUKAIN"

Dua puluh menit berlalu, tak ada tanda-tanda jika seseorang akan membukakan pintu untuknya. Tangan Naren juga sudah memerah dengan suaranya yang mulai serak karena suaranya hampir habis.

Entahlah, dia memiliki rasa takut terhadap kegelapan, dulu jika mati lampu nenek selalu memeluk dan menenangkannya dan ketika nenek telah tiada, Naren lebih memilih tidur di luar, tidur di teras. Lalu jika langit sudah menampakkan sedikit cahaya pagi maka baru dia akan masuk ke kamar melanjutkan tidur yang tertunda.

Narengga berjalan ke arah jendela kamar. Ia membuka jendela dan melihat ke bawah, seketika kepalanya terserang pening karena tak bisa melihat ketinggian, dia memiliki darah rendah.

"MOMMY" Teriaknya dari atas berharap jika di bawah sana ada seseorang mendengar suaranya.

Di bawah sana adalah halaman belakang mansion, ada kolam renang yang luas dan sekitarnya di tumbuhi oleh bunga-bunga serta tanaman hias lainnya.

"MOMMY!"

"DADDY!"

"ABANG!"

"KAKAK!"

Narengga||✓ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang