Pagi ini, Hongjoong berniat melakukan sesuatu.
Semalam, acara kumpul keluarga kecil mereka hitung-hitung sebagai penyambutan Hongjoong tidak berjalan sempurna. Malah melenceng jauh dari rencana Hongjoong.
Hongjoong memang sudah tahu ada yang tidak beres dengan kedua orangtuanya. Jadi ia berniat menyatukan kedua pasutri tersebut di satu tempat agar berhadapan dan berbicara satu sama lain secara langsung, tentu dengan Hongjoong yang mengawasi.
Dengan begitu keduanya tidak bisa mengelak karena anaknya yang meminta, seharusnya sih begitu.
Spekulasi Hongjoong benar-benar sudah mantap dan dipikirkan secara matang.
Kalau dipikir, bahkan sampai gosong memikirkannya.
Namun yang terjadi adalah Mamah dan Papahnya saling membisu satu sama lain. Tidak ada yang mau membuka pembicaraan barang sepatah kata pun, membuang waktu berharga Hongjoong dengan menjadi patung selama 2 jam.
Bayangkan 2 jam Hongjoong diam melihat Mamah dan Papahnya saling tatap menatap tidak jelas, dan masa iya Hongjoong harus menunggu keduanya membuka suara?
Yang Hongjoong mampu tanyakan hanyalah kabar kedua orangtuanya. Hongjoong belum berani menanyakan secara langsung pertengkaran itu karena situasinya benar-benar canggung semalam.
Dan disinilah Hongjoong sekarang, untuk mengambil satu langkah lagi kedepan yang lebih berani dari sebelumnya.
"Nak Hongjoong, apa ini ndak terlalu berlebihan?" Tanya Supir pribadi Hongjoong dengan gelisah.
"Selama orangtuaku nggak tau, semuanya baik-baik aja", jawab Hongjoong dengan mantap.
Kini laki-laki 17 tahun itu tengah menuju ke suatu tempat yang dituju oleh Mamahnya. Bukan di Restoran, lantas darimana Hongjoong bisa mengetahui lokasi tak terduga Mamahnya?
Semalam saat semua sudah terlelap, dengan cerdiknya Hongjoong memasang pelacak di mobil kedua orangtuanya. Singkatnya, agar ia bisa mengetahui kemana saja orangtuanya pergi.
Mamahnya tidak pernah pulang larut malam dan Papahnya juga tidak pernah berangkat begitu awal. Jam 3 pagi saja sudah tidak ada dirumah, padahal perusahan Papahnya tidak beroperasi sepagi itu juga Restoran Mamahnya tidak tutup selarut itu.
"Saya cuma takut dianggap mengkhianati kepercayaan yang Tuan dan Nyonya berikan."
"Kalo ada apa-apa, biar Hongjoong yang urus. Karna ini semua juga kepentingan pribadi Hongjoong."
Tak lama kemudian mobil berhenti agak jauh dari lokasi, meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan apabila Mamahnya menyadari.
"Nak Hongjoong yakin mau ngelakuin ini?"
Yang ditanya mengangguk mantap sambil membuat gestur 'ok' dengan tangannya.
"Tenang aja, nggak akan ada hal buruk yang terjadi sama Hongjoong."
***
"Hoon, kamu ngerasa aneh nggak sih?"
"WOII JUYEON, MAINNYA YANG BENER NGAPA!!"
Seoho memilih menulikan pendengaran dengan kedua tangan di kanan dan kiri telinganya. Younghoon ini kalau sudah main berisiknya melebihi pertengkaran tetangga, seperti orang yang hendak mengajak baku hantam dadakan.
Dari luar saja tampangnya dingin, cuek, sok tidak mau bersosialisasi dengan yang lain. Padahal di dalamnya tingkahnya bikin sakit kepala.
Untung kelakuan bar-bar nya tidak dibawa ke Sekolah. Bisa-bisa Younghoon tidak pernah absen di ruang BK sekali pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not You | Joonghwa [HIATUS]
Fanfiction"Gue emang egois. I'm ok, silahkan kalo lo mau benci Seonghwa si pembohong ini." status: □ on going ■ on hold □ completed © iglessciee ᵗʰᵘʳˢᵈᵃʸ ' ¹ᵒ ᶠᵉᵇʳᵘᵃʳʸ ²ᵒ²²