Selesai hangout bersama kedua temannya, kini Hongjoong berniat untuk mengunjungi rumah tetangga lamanya. Sudah lama ia tidak menyapa, tidak sopan rasanya kalau kembali tanpa mengabari.
Tok... Tok... Tok...
"Iya, sebentar!"
Cklekk
"Hehe... selamat sore Tante", Hongjoong membungkuk saat mengetahui Ibu Seyoung yang membukakan.
"Hongjoong? Kapan kamu pulang?" Tanya nya antusias.
"Baru kemarin Hongjoong pulang. Oh iya, Seyoung nya ada?"
Nampak raut wajah kebingungan terpampang jelas disana. Tante Lee jelas kebingungan, dirinya berpikir keras apakah Seyoung dulu tidak pernah memberitahu Hongjoong bahwa anak itu pergi ke LA?
Dan sampai sekarang Seyoung memang belum kembali. Apakah 4 tahun Hongjoong sama sekali tidak saling bertukar kabar dengan anaknya?
"Lohh, Tante? Kok diem? Seyoung lagi pergi ya?" Dan dibalas anggukan ragu oleh Tante Lee.
"Seyoung belum kembali semenjak 4 tahun lalu. Memangnya dia nggak cerita kalo dia pergi setelah kamu berangkat ke Amerika?"
"............h-hah?"
Mendadak Hongjoong cengo sendiri. Sedikit horror saat mengetahui bahwa Seyoung belum kembali sejak 4 tahun yang lalu?
Soal bertukar kabar memang Hongjoong sudah tidak pernah menghubungi teman masa kecilnya itu lagi sejak ia pergi ke Amerika.
Satu hal yang tidak Hongjoong mengerti.
Jika memang Seyoung pergi ke LA. Lantas siapa yang selama ini ditemuinya sehari-hari?
—— not you ——
"Hongjoong pulang!"
Satu kata, sepi. Tidak ada orang selain para pekerja saat Hongjoong sampai di rumahnya.
Hongjoong mengecek ke kamar juga ruang kerja Papahnya, tidak ada. Lalu ia mengecek kamar Mamahnya pula. Namun nihil, kedua orangtuanya sedang tidak dirumah.
Apakah ini kebiasaan mereka selama Hongjoong di Amerika?
"Kenapa jadi begini sih?!" Hongjoong menjatuhkan tubuhnya diatas ranjang empuk miliknya.
Tak pernah terpikirkan akan serumit ini hidupnya. Semoga tak akan ada hal yang semakin memperburuk keadaan, akan tetapi...
"Sudah kubilang, dia hanya rekan kerjaku!"
"Rekan kerja mana yang menemani siang hingga malam? Katakan!"
...untuk saat ini mungkin tidak bisa. Hongjoong menutup telinganya dengan bantal, malas mendengar pertikaian kedua orangtuanya.
"Memangnya kenapa? Kalau kau bertemu dengan kolega, mana pernah aku melarang?!"
"Aku tidak pernah melanggar batas wajar yang seharusnya. Lagipula seorang pria yang datang seorang diri ke Restoranmu malam-malam, bukanlah salah satu urusan pekerjaan yang kau maksud!"
Prangg
Oke, Hongjoong tidak boleh membiarkan semua ini berlanjut. Mungkin kalau sekadar adu mulut ia masih tahan, akan tetapi tidak boleh ada kekerasan dalam rumah tangga.
Hongjoong berlari keluar kamar lalu mencari keberadaan kedua orangtuanya.
Hingga tibalah dirinya diruang tamu, dengan Bibi yang sedang membersihkan pecahan gelas yang berserakan di lantai, juga dahi berdarah Mamah tersayangnya menjadi pemandangan pertama yang Hongjoong lihat.
"Papah, hentikan!"
Tangan yang sudah berada di udara itu terpaku mendengar jeritan anaknya. Hongjoong telah mengatahui pertengkarannya dengan sang istri... lalu sekarang apa?
"Hongjoong?!" Kedua pasutri itu memanggil anaknya bersamaan.
Tubuh Hongjoong bergetar hebat, tangannya mengepal kuat lalu ia berlari keluar rumah setelah mengatakan, "HONGJOONG BENCI PAPAH!" dengan lantangnya.
Jadi, hanya Tuan Kim yang dibenci?
"Lihat? Bahkan anakmu juga sama membencimu!"
"Kenapa hanya aku? Harusnya yang Hongjoong benci itu adalah kau yang berselingkuh dibelakangku!"
Lagi-lagi sepasang suami-istri itu berujar bersamaan. Entah apa yang akan terjadi selanjutnya, Hongjoong memilih untuk tidak peduli.
Yang Hongjoong butuhkan adalah rumah, bukan pengadilan yang sedang melakukan debat tak berujungnya.
"Semua adalah perbuatanmu!"
"Kenapa jadi aku?! Kau yang berubah, tiba-tiba jadi suka marah-marah karena hal sepele. Jika penyebab kemarahanmu adalah sebuah rasa cemburu, maka aku katakan itu terlalu berlebihan. Bukan, sangat berlebihan!" Suara Nyonya Yoon terdengar bergetar. Air mata keluar dari pelupuknya dan mulai membasahi wajah cantiknya. Ia tak lagi sanggup menahan amarah, dadanya terasa sesak kala memori memaksanya untuk membandingkan situasi keluarganya yang dulu dengan yang sekarang.
Tutt... Tutt...
Nyonya Yoon mengusap air matanya kasar lalu mengeluarkan handphone dari dalam sakunya.
"Halo?"
~"Yoon, malam ini kau ada di Restoran?"~
"Kenapa tidak sekarang saja jika ingin bertemu?"
~"Aku baru selesai bekerja malam nanti. Jika mengganggumu aku bisa menundanya hingga besok."~
"Bai—"
"BERHENTILAH MENGGANGGU KEHIDUPAN ORANG LAIN DAN URUS DIRIMU SENDIRI, JIYONG!!"
Dan sambungan pun diputus sepihak.
Dengan segera Nyonya Yoon merampas handphone nya secara kasar, "apa sih maumu? Kau lah yang seharusnya berhenti mencampuri urusan orang lain!"
"Tidakkah kau sadar semua ini kulakukan demi—"
"Mempertahankan rumah tangga, iya? Cih, kau sendiri yang membuatku tidak nyaman. Kalau kau memang peduli, seharusnya kau bisa membagi sedikit pengertianmu itu saat memandangku. Bukannya salah paham terus menerus, kau bahkan tidak mau dengar penjelasanku sedikitpun, Kim yang tak direstui! Seharusnya aku menyerah saja saat Ibumu berkata tidak pada hubungan kita!"
TAK TAK TAK
Nyonya Yoon berjalan penuh amarah meninggalkan Tuan Kim seorang diri di ruang tamu yang hening itu. Semua pekerja disana serempak menundukkan kepala mereka. Tentu tidak ada yang berani membuka suara setelah pertengkaran hebat majikannya.
Mereka sendiri ingin membantu meluruskan segalanya. Namun bisa saja mereka malah dicap lancang dan tidak sopan mencampuri urusan rumah tangga orang lain.
Padahal dulu pekerjaan mereka juga tidak harus sesulit ini.
Semuanya telah berubah.
Tbc
Tau nggak sih aku nulis nih cerita sampe bingung tujuh keliling? Aku sendiri yang buat aku sendiri yang bingung :'3
#menyusahkandirisendiri
#tapigaoaoa
#demiendingyangmembagongkan
#akumanusiajompoyangkwat
—❤️✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Not You | Joonghwa [HIATUS]
Fanfiction"Gue emang egois. I'm ok, silahkan kalo lo mau benci Seonghwa si pembohong ini." status: □ on going ■ on hold □ completed © iglessciee ᵗʰᵘʳˢᵈᵃʸ ' ¹ᵒ ᶠᵉᵇʳᵘᵃʳʸ ²ᵒ²²