Prolog

79 45 42
                                    

Seorang anak laki-laki berjalan pelan sambil terisak di area pemakaman. Kedua orang tuanya pergi tepat di hari ulang tahunnya yang ke-6. Pagi tadi saat ia baru membuka mata, Pamannya memberitahu kabar buruk, bahwa kedua orang tuanya menjadi korban kecelakaan pesawat.

Itu adalah kabar terburuk yang pernah ia  dengar. Ia merasa sendirian sekarang. Ucapan sang paman saat memberitahu bahwa tidak ada korban yang selamat dari kecelakaan pesawat itu pun tengiang-ngiang di kepalanya.

Rico menatap kosong ke hamparan area pemakaman tersebut. Sudah 5 jam ia berdiri disini. Berharap orang tuanya akan hidup  kembali lalu memeluknya sambil memberikan selamat di hari ulang tahun nya ini.

Karena terlalu lama menangis Rico tidak menyadari ada seorang gadis kecil yang berjalan ke arahnya. Setelah sampai di samping Rico, gadis itu terdiam sejenak sambil menatap Rico dengan binggung.

 “kamu nangis?” Rico menoleh, mendapati seorang anak perempuan seusianya sedang menatapnya dengan mata yang membulat penasaran.

“kata Bunda anak laki-laki gaboleh nangis.” Ranaya kecil terus menatap anak laki-laki di depannya tetapi Rico hanya diam menatap Rananya.

Rananya melihat gulali yang berada di tangan kecilnya lalu menyodorkan nya ke Rico “Ini buat kamu aja, Naya udah makan banyak. Tapi jangan nangis lagi ya.”

“Kamu siapa?” Rico akhirnya membuka suara.

“Kenalin, nama aku Ranaya. Kamu panggil aku Naya ya,” Jawab Ranaya memperkenalkan diri dengan senyum manisnya.

Ranaya menarik tangan Rico dan menaruh gulali bekas gigitannya sambil tersenyum senang. “Untuk kamu dari Naya. Nama kamu siapa?”

Rico terus memperhatikan tangannya yang sedang di pegang Ranaya.

“Rico,” Jawabnya singkat.

“Oke Rico, Naya pulang dulu ya Rico jangan nangis lagi oke?” Ujar Ranaya lalu pergi menjauh dari Rico yang hanya menatapnya sampai Naya menghilang dari pandangannya.

Rico menghela nafas sambil menatap gulali di tangan nya, tak menyadari senyum kecil tersemat di bibir manisnya.

“RICO!” Panggil seorang laki-laki berseragam putih biru kepada Rico.

Rico menoleh mendapati Kevin, kakaknya yang sedang berlari dengan mata yang memerah menahan tangis. Sesampainya di depan Rico, Kevin langsung memeluk adiknya erat.

“Maaf, Rico.” Lirih Kevin.

__

Next ke part berikutnya?

Jangan lupa vote & comment ya

HELL-o RicoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang