2. Halaman belakang

51 37 54
                                    

Tekan bintang di pojok kiri bawah.

Happy Reading^^

*****

Di halaman belakang sekolah, tepatnya di bawah pohon, Ranaya yang kelelahan setelah berlari membuatnya secara tak sadar tertidur.

Brukk

Terdengar debuman kecil saat Rico, si murid baru yang sejak tadi memperhatikan Ranaya itu baru melompat turun dari dahan pohon saat Ranaya tertidur.

Rico terdiam sejenak, memperhatikan wajah Ranaya yang tertidur. Jika dibandingan dengan gadis kecil sebelas tahun yang lalu, wajahnya dengan Ranaya di depan nya ini memang terlihat mirip.

Rico memikirkan kemungkinan jika saja gadis kecil itu benar-benar perempuan di depannya ini. Semenit kemudian Rico bergidik, melihat dari kelakuan saja mereka jelas tidak mirip. Ya, tidak mungkin.

"Gak mungkin Naya kecil tuh dia, kelakuan Naya gue gabakal kaya ni orang," Ujar Rico pelan, sambil bergidik ngeri melihat bagaimana Ranaya tidur dengan mulut yang terbuka dan kaki diluruskan kemana-mana terlihat jelas jika gadis itu sangat urakan.

Rico masih sibuk dalam pikirannya, sampai tidak menyadari gadis di depannya telah membuka mata.

Ranaya menatap Rico yang terlihat berfikir sambil menggerutu itu dengan binggung.

"WOY!" Teriak Ranaya tepat di samping telinga Rico, membuat si empunya terlonjak kaget sekaligus marah karena telinganya berdengung.

"Lo apa apaan sih anjir, budek nih kuping gue!" Seru Rico marah sambil mengusap telinganya.

Ranaya cengengesan melihatnya.

"Ya abisnya lo ngapain deket-deket gue hah? Mau maling lo!?" Tanya Ranaya tak santai.

Rico melotot tak percaya dengan pemikiran gadis itu. Bisa-bisanya Ranaya menuduhnya maling padah dia bisa melihat barang barang mahal yang Rico pakai.

"Cih, emang apa yang bisa gue ambil dari lo? Sepatu butut lo? Atau jam tangan mainan lo itu?" Ucap Rico.

Ranaya yang mendengar itu langsung meringis malu.

"Hehehe.. maaf deh, lagian lo si, gue kan jadi salah paham," Ujar Ranaya.

Sedangkan Rico malah mendengus kesal, menghiraukan permintaan maaf Ranaya lalu pergi kembali ke kelasnya.

Ranaya yang melihat itu pun ternganga dibuatnya. Baru kali ini dia bertemu orang tidak sopan seperti itu.

*****

Bel istirahat berbunyi nyaring di seluruh penjuru SMA Garuda. Ranaya mulai tersadar dari tidurnya. Dia yang tadinya masih mengantuk pun langsung segar mendengarnya.

"Hoamm," Ranaya menguap lebar lalu mulai beranjak meninggalkan halaman belakang sekolah.

Di koridor saat ini banyak sekali siswa berlalu lalang untuk mengisi perut mereka di kantin.

Ranaya berjalan menuju kantin sambil mencari teman-temannya diantara kerumunan siswa itu.

"Tian!" Panggil Ranaya saat melihat Tian sedang mengantri di depan stan siomay.

Tian menoleh sebentar lalu membuang wajahnya saat mengetahui jika yang memanggilnya Ranaya. Dia masih kesal pada gadis itu.

"Yaelah, ngambek ni ceritanya?" Tanya Ranaya sambil mencolek lengan Tian.

Melihat Tian yang masih terdiam, gadis itu pun menghela nafas pelan.

"Iya deh, maafin gue ya. Gue kan panik tadi jadi ninggalin kalian. Refleks itu ga sengaja ko heheh," Ujar Ranaya menyengir memperlihatkan deretan gigi putih bersihnya.

Tian memutar bola matanya lalu mengambil siomay miliknya yang sudah dibuatkan.

"Lo nyebelin tau gak? Untung aja tadi gue sama yang lain bisa kabur." Ketus Tian.

"Huh iya iya maaf ya Tian ganteng." Ujar Ranaya membujuk Tian dengan puppy eyes nya

Tian yang melihat itu langsung merangkul Ranaya sambil mengusap wajah gadis itu.

"Gausah gitu, lo jelek!" Sarkas Tian, yang sebenarnya gemas melihatnya.

Ranaya mengerucutkan bibir sebal. Ingin marah tetapi ia urungkan mengingat dia sedang membujuk Tian.

Tian menggiring Ranaya duduk d kursi kantin, lalu menyodorkan siomay miliknya.

"Makan," Titah Tian.

Ranaya mengangkat sebelah alisnya binggung.

"Buat gue?" Tanya Ranaya menatap siomay itu penuh binar.

Tian berdecak lalu berdehem pelan.

Ranaya langsung menarik piring itu dan makan dengan lahap sampai tidak menyadari saus kacang yang belepotan di sudut bibirnya.

Tian menahan gemas melihatnya. Laki-laki itu mengambil tisu diatas meja lalu mulai menyeka bibir gadis yang penuh saus kacang itu.

Ranaya berhenti sejenak lalu tersenyum lebar dan mulai memakan siomay itu lagi. Menghiraukan Tian yang menatapnya lekat.

*****

Malam hari di sebuah rumah mewah terlihat seorang laki-laki sedang menatap langit sambil menghisap puntung rokok di selipan jemarinya.

Tok tok tok

Suara pintu diketuk membuat laki-laki itu menoleh, mendapati seorang pria dewasa memakai kemeja putih tanpa dasi dengan lengan digulung keatas dan dua kancing kemeja teratas yang tidak di kaitkan.

"Kenapa?" Tanya Rico, melihat kakaknya masuk dengan wajah lelah.

Kevin menghela nafas pelan lalu berkata "Kali ini jangan buat masalah di sekolah lagi ya. SMA Garuda kan sekolah peninggalan eyang. Kakak gamau kamu dikeluarin dari sekolah lagi," Ujar kevin sembari duduk di kursi kayu balkon kamar adiknya.

Rico memandang wajah Kevin. Gurat kelelahan terlihat dari wajah kakaknya membuat Rico tak bisa protes akan perintah Kevin.

"Oke," Ucap Rico singkat, lalu ikut duduk disamping Kevin.

Mereka sama sama terdiam menatap langit dengan mata sendu. Tidak ada bintang malam ini, menggambarkan suasana hati keduanya.

Dirumah mewah yang besar ini, mereka hanya tinggal berdua. Menyedihkan mengingat itu. Di saat-saat seperti ini mereka merasakan kerinduan yang mendalam pada kedua orangtuanya.

"Lo kapan nikah?" Tanya Rico mencoba mengalihkan suasana menyedihkan ini.

Kevin berdecak kesal mendengar pertanyaan itu keluar dari mulut Rico untuk yang kesekian kalinya.

Ayolah, dia masih dua puluh empat tahun. Lagi pula ia belum memikirkan pernikahan. Hidupnya saja masih berantakan. Ia belum siap menjaga seseorang lagi, apalagi untuk menjadi istrinya.

"Lo kapan punya pacar?" Tanya kevin balik, sambil menyeringai.

Rico melebarkan matanya, tidak menyangka akan diberikan pukulan telak oleh kevin lewat kalimat itu.

"Gimana kerjaan lo?" Tanya Rico mengalihkan pertanyaan.

Kevin tertawa mendengar itu, lalu menepuk pundak Rico pelan.

"Jangan tidur kemaleman," Ucap Kevin sebelum berlalu meninggalkan kamar adiknya.

Sedangkan Rico hanya mendengus pelan.

"Emangnya gue anak kecil." Ujar Rico menatap sinis kearah pintu, menghilangnya Kevin.

*****

Jangan lupa follow
instagram : yeyyanandhinaa

see you in the next part♡

^Thanks for reading^


HELL-o RicoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang