Chapter 4

61 10 0
                                    

Happy reading all ❤️

*
*
*

Sudah beberapa menit berlalu tapi Haechan tak bisa beranjak dari tempatnya saat ini. Masih terpampang jelas raut kebingungan di wajah tampannya.

Pantas saja Kakek Hui dan Naomi tahu tentang keberadaan Haechan di kampung itu. Ternyata banner laknat ini lah penyababnya.

Foto Haechan yang memakai jas dokter dan sedang memegang stetoskop dicetak sebesar banner iklan yang biasa kita temui di depan toko. Tak lupa juga tulisan bercetak tebal dan huruf serba kapital yang menjelaskan bahwa ada dokter baru di desa itu, dokter yang bisa menyembuhkan sakit dari luar maupun dalam.

“Bukankah kau terlihat tampan di foto itu?” Tanya seorang suster yang menghampiri Haechan.

“Sudah berapa lama banner ini di pajang?” Haechan balik bertanya sambil menunjuk wajahnya yang berada di dalam banner besar itu.

“Sudah beberapa hari yang lalu. Pak Kepala meminta agar banner cepat dipasang supaya orang-orang bisa langsung mengenalimu ketika kau datang” Jelas suster itu sambil berlalu meninggalkan Haechan yang makin membuka mulutnya tak percaya.

Pak Kepala.

Andai saja orang yang dipanggil Pak Kepala itu ada di klinik saat ini. Pasti Haechan sudah minta penjelasan sekaligus melayangkan protes. Tapi apa mau dikata, Pak Kepala sedang berada di luar daerah.

Setelah menghembuskan nafas frustasinya berkali-kali Haechan akhirnya kembali ke ruangannya dan mulai menata beberapa buku dan peralatan untuk persiapan kerjanya besok.

Sejauh ini dia merasa bisa membaur dengan beberapa staf klinik yang jumlahnya tak begitu banyak. Beda jauh dengan klinik-klinik Besar yang ada di kota.

Sepertinya para staf di sini sangat senang dengan kehadiran Dokter di klinik tersebut, karena di desa ini jarang ada Dokter ahli yang mau di tempatkan di daerah terpencil seperti ini. Mungkin karena itulah Haechan bisa terkenal di daerah tersebut.

*
*
*

Hari sudah senja, hujan pun sudah berhenti sepenuhnya. Haechan pulang dengan berjalan kaki menuju rumahnya.

Saat membuka pintu Haechan melihat sepasang sandal karet milik Naomi masih bertengger rapih di rak sepatunya.

Naomi masih di rumahnya.

Apa dia tak tahu hujan sudah berhenti sedari tadi?

Haechan tak peduli. Hari ini dia cukup lelah sehabis menata ulang ruangannya di klinik tadi, belum lagi dia harus meladeni warga sekitar yang penasaran dengan kedatangan dokter ahli yang masih muda dan tampan.

Untuk sisa malam ini Haechan hanya ingin membasuh tubuhnya di lanjut dengan makan malam setelah itu langsung tidur.

Setelah merencanakan semua itu di otaknya, Haechan langsung menjalankan misi pertamanya, yaitu mandi. Haechan mandi dengan cepat karena cuacanya cukup dingin meskipun dia mandi air hangat.

Mandi selesai ✓

Tinggal membuat makanan dan tidur di atas kasurnya yang empuk.

Haechan baru saja akan membuka kulkas dua pintunya saat dia tidak sengaja melihat sebuah catatan yang di tulis di sebuah kertas kecil.

Haechan mengambil catatan kecil tersebut. Tulisannya, “Panaskan sebelum kau makan”.

“Si Ular”Gumam Haechan sambil meremas kertas kecil tersebut sebelum membuka pintu kulkasnya dan melihat beberapa lauk makanan yang sudah di kemas rapih dalam kotak Tupperware.

Apa dia memasak di rumahnya dan membawanya kemari?

Karena Haechan baru pindah dia belum sempat membeli bahan makanan, dia hanya membawa mie instan dan kopi instan saja. Sebenarnya Haechan sangat ingin mencicipi makanan tersebut, namun jika itu dari Naomi maka Haechan tidak sudi menyentuhnya. Dia lebih baik menyeduh mie instan-nya dari pada harus memakan makanan yang memang kelihatan enak itu.

Ngomong-ngomong soal Naomi, dari tadi Haechan tak melihat adanya tanda-tanda seseorang sedang berada dalam rumahnya. Padahal jelas-jelas tadi Haechan masih melihat sandal Naomi yang tak bergeser di rak sepatu.

Dengan niat ingin mengusir Naomi, Haechan mulai menyusuri semua ruangan di dalam rumahnya. Rumah itu tak terlalu besar jadi tak butuh waktu lama bagi Haechan untuk menemukan Naomi yang sedang tertidur pulas di atas sofa panjang yang berada di dalam ruang bacanya. Sepertinya Naomi ketiduran saat membaca buku, karena Haechan bisa melihat beberapa buku yang tergeletak begitu saja di lantai dekat sofa, bersama dengan kacamata renang yang tadi dipakai Naomi.

Melihat Naomi yang sedang tidur membuat Haechan ingin segera mengusirnya. Apalagi saat Haechan melihat Naomi yang memakai satu set kaos dan celana kesayangannya tanpa izin darah Haechan tiba-tiba mendidih dari yang sebelumnya baik-baik saja.

Dengan kasar Haechan menarik tangan Naomi yang sedang terlelap dengan menghentakkannya cukup kencang sehingga membuat Naomi terlonjak kaget setengah mati dan sedikit memekik.

Setelah di paksa bangun dengan cara yang kasar Naomi terlihat seperti orang bingung dan wajahnya terlihat . . . Tegang.

“Aaaarrghhh…” Naomi mulai menangis sambil berteriak. Dia meraba-raba semua yang bisa dia gapai. Dia seperti ketakutan.

Haechan terkejut.

Belum pernah sekalipun Haechan menjumpai Naomi yang bersikap demikian. Namun itu hanyalah awalan karena lama-lama Haechan merasa kelakuan Naomi sungguh menyebalkan dan berlebihan. Dia bukannya akan membunuh Naomi, jadi untuk apa Naomi begitu ketakutan sampai berteriak seperti itu.

“Aku mengijinkanmu untuk menghangatkan dirimu! Bukan mengijinkanmu menginap! Jangan melunjak, dasar benalu!” Ucap Haechan yang masih geram. Dia paling tak suka orang yang tidak tahu diri seperti Naomi.

“Haechan, apa itu kau?” Tanya Naomi seolah tak mendengar keluhan Haechan barusan.

“Apa kau buta?! Pergi dari rumahku!” Hadrik Haechan kesal. Persetan dengan baju kesayangannya, jika itu sudah di pakai Naomi maka Haechan tak ingin memilikinya kembali.

Naomi mengucek matanya berkali-kali dan memastikan kalau yang dilihatnya memang Haechan. Dan Naomi tersenyum lega saat tahu kalau orang di depannya adalah Haechan.

'Apa dia memang gila?' Batin Haechan heran dengan sikap Naomi.

Tak menunggu lama Naomi segera memunguti buku-buku milik Haechan yang berserakan di lantai dan segera pulang meninggalkan rumah Haechan setelah sebelumnya pamit dengan tergesa-gesa.

Meskipun langit sudah gelap namun Haechan tidak mau ambil pusing untuk mengantar Naomi menuju tempat tinggalnya yang katanya dekat itu.

Setelah kepergian Naomi Haechan pun jadi malas untuk makan malam. Dia hanya ingin langsung tidur karena perasaannya sangat tidak nyaman saat ini dan Haechan tak tahu apa penyebabnya.

Saat akan mengambil baju tidur di lemari Haechan melihat setelan baju yang sama persis seperti yang di pakai Naomi tadi masih terlipat rapih.

Itu artinya Naomi tak memakai baju Haechan.

Baju itu milik Naomi.

Baju itu hanya mirip dengan baju miliknya.

Haechan langsung lemas. Tak seharusnya dia membentak Naomi apalagi dia bersikap sangat kasar dengan menarik tangan Naomi yang sedang tidur itu hingga Naomi hampir terjungkal. Namun sepertinya kebencian Haechan sudah mendarah daging, jadi Haechan tak mau memikirkan soal itu dan berusaha untuk tidur meskipun hatinya benar-benar merasa buruk.

TBC.

*
*
*

Naomi di sini misterius banget yah?Kalian ada yang tau ga sih Naomi ini kenapa sebenarnya?

Btw, makasih ya yang udah baca, ngevote dan comment ❤️💋

Follow aku yuk di Ig maysoora

Vote sama commentnya monggo~

GROWN UP (Side Story of Haechan & Naomi from FIX IT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang