Happy reading all ❤️*
*
*Suasana sunyi dan gelap yang mencekam, pohon-pohon besar yang berjejer tak teratur nampak tinggi menjulang, serta seorang wanita yang berlari menyusuri hutan lebat tanpa menggunakan alas kaki. Pandangannya beredar dari kiri ke kanan, atas ke bawah, namun semuanya sama saja. Dirinya hanya bisa melihat kegelapan.
Menangis, marah, frustasi.
Ingin teriak namun suaranya tercekat. Namun kemudian tanah yang di pijaknya mulai terasa aneh dan kedua kaki wanita itu sudah tak menyentuh tanah lagi, tubuhnya seakan mengambang dan terlempar ke jurang yang gelap dan tak berdasar . . .
Naomi membuka matanya, nafas yang tersengal dan keringat dingin yang menetes di pelipisnya adalah bukti kalu dia hanya bermimpi. Namun mimpinya sangat seram karena dia hanya di kelilingi kegelapan. Seperti saat ini.
Masih dalam posisi terlentang Naomi berusaha menggerayangi kasur tempat tidurnya, berusaha menggapai obat tetes mata yang selalu di simpan di sebelah kasurnya.
Tapi dia tak bisa melihat letak obat tetes matanya karena ini bukan kamarnya. Ini bukan kasur tempat tidurnya.
Selalu saja seperti ini. Bila Naomi bangun dalam keadaan gelisah maka matanya akan berkabut gelap. Bukan sesuatu yang baru untuknya namun Naomi selalu takut akan kenyataan. Untung dia hanya buta sesaat, bukan permanen. Jadi dia menerapkan apa yang sudah dia pelajari dari dokter yang mengoperasi matanya waktu itu.
Naomi harus tenang.
Naomi berusaha mengatur nafasnya yang masih tersengal dengan susah payah. Dan Naomi semakin panik ketika obat tetes mata yang dia letakkan di sebelah nakas kasur sebelum tidur tak berhasil diraihnya.
Saat Naomi hampir putus asa tiba-tiba matanya terasa di buka paksa dan dia merasa ada beberapa tetes cairan sejuk yang masuk ke matanya.
Naomi terlihat lebih tenang sambil memejamkan kedua matanya agar obatnya dapat masuk ke jaringan syaraf terdalam meskipun kelopak matanya sudah banjir oleh air mata.
“Terima kasih” Ucap Naomi tulus pada Haechan. Ya, siapa lagi yang ada di rumah ini selain Haechan dan dirinya.
Haechan tak langsung menjawab. Dia hanya melihat dada busung Naomi yang naik turun berusaha mengambil nafas sebanyak-banyaknya.
“Bernafaslah dengan perlahan” Saran Haechan.
Naomi berusaha mengikuti saran Haechan meskipun tubuhnya menolak, setelah terkena serangan panik Naomi sangat susah untuk bernafas. Dia berusaha keras agar tetap tenang. Namun itu terasa sangat sulit. Bayangkan saja Naomi bermimpi buruk, dia berusaha untuk bangun namun saat Naomi bangun matanya malah tak bisa melihat.
Haechan tiba-tiba merasa menyesal kenapa dulu tak mengambil spesialisasi mata? Jika saja Haechan mengambil spesialisasi tersebut setidaknya dia bisa membantu Naomi saat ini.
Haechan tak tahan melihat Naomi yang seperti berada di titik terendahnya. Tangan Naomi meraih kalung yang di pakainya dan di saat yang sama Naomi menangis dalam diam.
Haechan melihatnya. Hatinya bagai di iris sembilu.
‘Apa selama ini Naomi mengalami ini sendirian?’ Batin Heachan perih.
Haechan meraih tangan Naomi yang masih menggenggam kalungnya erat. Naomi menyambut tangan Haechan rakus. Dia seperti mendapat pegangan untuk pertama kali setelah ibunya di penjara.
Biasanya ibunya yang akan menggenggam tangannya ketika Naomi mengalami mimpi buruk, karena penyakitnya sudah ada sejak Naomi di sekolah menengah akhir.
“Aku akan di sini tenanglah” Ucap Haechan berusaha menenangkan. Sekarang tangannya mulai berani membenahi anak rambut Naomi yang basah karena keringat.
Naomi tak berhenti mengucapkan terima kasih kepada Haechan. Membuat Haechan yang sudah miris makin miris.
Sejujurnya apa yang dia benci dari Naomi selain karena ibunya? Tak ada.
Naomi anak yang baik, cerdas, sopan, lembut, cantik, tapi kenapa Haechan tak bisa baik padanya. Selama tujuh tahun terakhir Naomi bagai tak terlihat oleh Haechan. Namun lihatlah sekarang bagaimana Haechan dengan begitu perhatian menyeka keringat Naomi dan menenangkannya.
Dan ketika Naomi sudah tenang dan nafasnya mulai stabil, Naomi mulai membuka kedua matanya perlahan. Naomi mengerjapkan matanya beberapa kali sampai pandangannya yang tadinya berkabut kembali normal.
Naomi mengedarkan pandangannya kearah samping dan menemukan Haechan yang sedang menggenggam tangannya lalu Naomi dengan perlahan bangkit dari tempat tidur Haechan dan bersandar di kepala dipan kasur tersebut. Tangan Haechan masih setia tertaut pada tangan kurusnya.
Naomi merasa ribuan kupu-kupu hinggap di perutnya saat ini. Tapi Naomi langsung sadar jika orang ini adalah Haechan. Orang yang paling membencinya.
Dengan gerakan perlahan Naomi mencoba melepaskan genggaman tangan Haechan yang cukup erat. Namun Haechan malah semakin kuat menggenggam.
“Kau harus ku kunci”
Entah apa maksud dari perkataan Haechan tersebut, Naomi bingung. Jangankan Naomi, Haechan pun bingung mengapa dirinya bisa berbicara seperti itu. Namun Haechan tak ambil pusing. Dirinya tetap di samping Naomi dan memperhatikan Naomi tajam seakan hendak menerkamnya.
Tok tok tok!!
Bunyi gedoran pintu yang cukup kencang mengagetkan Naomi dan juga Haechan. Haechan buru-buru menuju pintu utamanya.
Cklek~
“Ah maaf kan kami mengganggu tengah malam Dokter, Apa Naomi ada di sini?”
Haechan memperhatikan beberapa warga paruh baya yang membawa senter dan memakai jaket tebal. Tak ada satupun yang Haechan kenal, kecuali Kakek Hui saja.
“Memangnya ada apa?” Tanya Haechan dengan wajah dinginnya. Para warga saling menatap. Mereka mengenal Haechan adalah dokter yang cukup ramah dan bisa membaur. Namun kali ini auranya sangat membuat para warga bergidik.
“Tempat kos Naomi mengalami pencurian” Ujar Kakek Hui memecah keheningan.
“A-apa?”
Haechan memutar bahunya ke asal suara hanya untuk mendapati Naomi yang sedang bergetar ketakutan.
TBC
*
*
*Jangan lupa vote and comment-nya ya.. love you beb❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
GROWN UP (Side Story of Haechan & Naomi from FIX IT)
RomanceMengapa kau masih saja mengorbit di jangkauan ku? Kau pikir dengan tumbuh menjadi bunga kaca yang rapuh bisa membuat ku melunak padamu? Tidak, aku masih membenci Ibumu, aku juga membencimu. -Haechan-