Chapter 8

15 1 0
                                    


Happy reading all ❤

*

*

*

Naomi hanya bisa terkejut sambil  menutup mulutnya tak percaya. Hampir tak ada yang bisa diselamatkan dari kamar kosnya yang super mungil itu. Harta bendanya yang tak seberapa sudah raib, baju-bajunya yang tak mewah pun tak terlihat jejaknya. Tempat tinggal Naomi yang selalu rapih dan bersih sekarang menjadi acak-acakan dan penuh pecahan kaca.

“Dino dan Many sedang berkeliling untuk berjaga-jaga, saat melewati kos-mu mereka mendengar suara berisik. Saat akan memeriksanya mereka malah menjumpai 'orang gila' itu sedang kabur setelah berhasil mencuri barang-barangmu. Mereka mengejar pencuri itu sambil berteriak meminta tolong. Sayangnya pencuri itu sangat gesit dan susah sekali untuk tertangkap. Istriku memberitahuku bahwa dia menyuruh Dokter untuk menemanimu pulang tadi. Kau beruntung malam ini menginap di rumah Dokter” Ucap Kakek Hui sambil menepuk-nepuk bahu Naomi berusaha memberikan energi positif pada wanita malang tersebut.

Kakek Hui benar, Naomi beruntung malam ini. Karena tidak berada di kamar kosnya saat pencuri itu beraksi. Bayangkan saja apa yang akan terjadi jika Naomi berada di tempat kejadian?

Naomi bergidik ngeri, dia tak bisa berkata apa-apa lagi, semuanya raib dalam sekejap. Naomi kembali mengingat memori-memori awal saat pertama kali pindah ke desa ini.

Naomi pindah ke desa terpencil ini untuk pemulihan pasca operasi. Dia tak bisa lagi bekerja di kantornya yang dulu, karena nyatanya meski sudah menjalani tindakkan operasi namun matanya tak bisa kembali normal seperti dulu. Dirinya sering tak bisa melihat tulisan dengan benar hingga membuat pekerjaannya berantakkan.

Naomi mengalami stress berat karena sering melakukan kesalahan di kantor.

Maka saat dokter menyarankan untuk beristirahat di sebuah desa yang asri dan jauh dari hiruk pikuk perkotaan untuk pemulihan matanya Naomi langsung meng-iya-kan. Ibu Naomi pun mendukung keputusan anaknya untuk pindah, bahkan mereka berencana akan tinggal di desa ini saat ibunya bebas dari penjara nanti.

Berbekal uang hasil tabungannya yang tak banyak Naomi mulai pindah ke desa tersebut. Warga desa menyukai kehadiran Naomi karena dia anak yang baik meski kadang mereka menyebut Naomi aneh karena Naomi suka memakai kacamata renang dan kadang tiba-tiba Naomi diam tak bergerak seperti patung.

Namun lama kelamaan akhirnya warga desa mulai mengetahui alasan di balik sikap aneh Naomi dan itu semua karena penyakitnya. Mereka juga merasa iba atas apa yang menimpa Naomi, ibu di penjara, ayah tak punya, kerabat pun tak ada. Maka warga desa sering dengan suka rela memberikan Naomi sapu tangan jika dia berkeringat atau pun membantu menuntun Naomi jika tiba-tiba Naomi hanya berdiri diam sambil ketakutan di jalan karena mata berkabutnya tiba-tiba kambuh.

Dan sekarang apa yang harus Naomi lakukan jika semua miliknya sudah tidak ada? Kembali ke kota? Tidak mungkin. Rumah, mobil, dan harta benda lainnya sudah di sita oleh pihak berwajib, buntut dari kasus ibunya. Dia benar-benar tak punya apapun.

Naomi menangis dalam diam. Bahkan untuk sekedar menjerit pun sudah tak mampu.

Haechan memperhatikan Naomi sedari tadi, pandangannya tak lepas barang sesiktpun. Tanpa sadar Haechan memeluk tubuh mungil Naomi yang bergetar. Tapi beberapa pasang mata pemuda desa tersebut seakan tak suka dengan apa yang Haechan lakukan.

“Dokter, kami ingin bertanya sesuatu. Em, kenapa Naomi bisa berada di rumah dokter sementara kalian tak ada hubungan apa-apa?” Tanya salah satu pemuda yang rupanya memancing rasa ingin tahu para warga desa yang ada di sana.

Haechan lupa.

Ini adalah desa yang cukup terpencil, norma susila sangat di junjung tinggi di sini. Ini bukan kota besar yang ‘bebas’.

“Bukankah dokter itu baru datang ke desa ini? Dan juga Naomi tak punya pacar...”

“Benar, kenapa bisa seperti itu...”

“Apa mungkin karena mereka sama-sama dari kota jadi...”

Celetukan-celetukan para warga desa mulai membuat Naomi memutar otak, bingung harus menjelaskan apa.

Mereka saling berpandangan. Naomi berusaha meminta bantuan Haechan dengan tatapan memohon. Sementara Haechan yang di tatap seperti itu malah berfantasi liar akan hal yang lain.

Dan begitu kakek Hui menepuk pundak Haechan barulah dia tersadar akan lamunan gilanya.

“Kami adalah teman semasa kecil. Orang tua kami saling mengenal” Jawab Haechan sekenanya. Dia tak ambil pusing. Lagipula Haechan tak berbohong. Kecuali dibagian kata ‘teman’.

“Apakah itu benar Naomi?” Ucap salah satu warga.

“B-benar, kami saling mengenal” Jawab Naomi agak terbata karena dia cukup canggung dengan jawaban Haechan mengenai orang tua mereka. Naomi bahkan tak bisa menatap Haechan dengan benar.

Riuh suara bisik-bisik mulai terdengar tidak nyaman. Kakek Hui merasa iba pada Naomi dan Haechan. Mereka berdua saat ini sedang tesudut.  Dan posisi Haechan maupun Naomi adalah pendatang, mereka tak boleh membuat gaduh di kampung ini. Jadi Kakek Hui mempunyai ide yang menurutnya akan memberikamn solusi tepat untuk semuanya.

“Sampai Naomi menemukan tempat tinggal baru, dia akan tinggal di rumahku nanti aku akan...”

“Dia akan tinggal di rumahku”

TBC

*

*

*

Thanks.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GROWN UP (Side Story of Haechan & Naomi from FIX IT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang