Chapter 5

66 11 5
                                    


Happy reading all ❤️

*
*
*

Hari ini Haechan bangun pagi-pagi sekali. Bahkan langit pun belum sepenuhnya terang. Matahari masih nampak malu-malu untuk menyoroti bagian bumi yang di pijak Haechan saat ini.

Haechan sangat jarang bangun pagi buta seperti sekarang ini. Tapi rasa aneh yang hinggap di hatinya terus membuatnya tak nyaman. Jadi mau tak mau Haechan harus mengalihkan perhatiannya mungkin dia akan membereskan tata letak buku yang agak rancu karena kelakuan Naomi kemarin.

Tapi baru saja Haechan akan ke kamar mandi untuk cuci muka, tiba-tiba saja perutnya bernyanyi sumbang.

Haechan kelaparan.

Hah~ dia tak bisa makan mie instan pagi-pagi, lambungnya menolak makanan sejuta umat itu untuk di cerna saat pagi. Mungkin karena Haechan termakan bulan sang Ayah jika makan mie instan saat pagi perut akan melilit.

Coba kalau dia di rumah Ayahnya, pasti Alice, Kaka iparnya, akan memasakkan makanan kesukaannya. Tapi yang terjadi saat ini adalah Haechan terjebak di desa terpencil. Dia tak bisa pergi ke restoran 24 jam karena memang tak ada yang seperti itu di sini.

Haechan bukannya tak bisa masak, dia bisa tapi tak enak. Haechan juga belum sempat membeli bahan makanan. Mungkin sebentar lagi Haechan akan pergi ke pasar untuk membeli beberapa bahan makanan. Kalau dia tak malas.

Setelah di pikir-pikir lagi sepertinya Haechan membutuhkan seorang asisten rumah tangga untuk mengurusi masalah makan. Mungkin nanti Haechan akan bertanya pada Kakek Hui. Tapi untuk saat ini Haechan harus menahan lapar sampai toko roti di ujung jalan dekat tempat kerjanya buka.

*
*
*

“Hah~ akhirnya selesai juga” Ujar Haechan sambil merenggangkan otot-ototnya. Tak di sangka hari pertama Haechan bekerja ternyata klinik ramai di kunjungi oleh lansia dan ibu-ibu hamil.

Umumnya para pasien hanya penasaran ingin bertemu dokter baru, bukan untuk berobat. Hanya sedikit sekali yang benar-benar sakit. Belum lagi ibu-ibu hamil yang mengharap Haechan mengelus-elus perutnya agar anak mereka bisa tampan dan pintar seperti Haechan.

Dan sekarang saatnya untuk pulang. Haechan pamit ke beberapa staf yang juga bersiap untuk pulang. Haechan berjalan menyusuri jalanan yang gelap dan dingin. Meski jalanan terlihat suram namun Haechan tak merasakan hawa mistis atau apapun itu, yang Haechan rasakan malah tenang dan damai.

Haechan melewati toko kelontong milik Kakek Hui yang masih buka namun bukan Kakek Hui yang menjaga. Tapi seorang nenek tua yang Haechan asumsikan sebagai istri Kakek Hui.

“Permisi nek” Haechan memutuskan berhenti sebentar dan berkenalan dengan nenek tersebut. Dan benar saja ternyata nenek itu adalah istri Kakek Hui. Kalau Kakek Hui aneh maka istrinya jauh lebih aneh. Dia memakai kacamata hitam saat malam seperti ini. Haechan langsung teringat Naomi yang juga memakai kacamata renangnya kemarin.

Ada apa dengan penduduk Desa ini dan kacamata?!

Saat mereka sedang asik mengobrol muncul seorang perempuan yang lari dengan cukup kencang menuju toko kelontong tersebut.

“Permisi Nenek Mei, hah, hah, ini aku, hah, Naomi, hah, hah, aku mau membeli, hah, hah, obat nyamuk” Ujar perempuan itu tersengal-sengal.

Haechan tahu benar siapa pemilik suara itu. Suara yang sejak pagi dia tunggu namun tak kunjung datang.

“Ya ampun Naomi, kenapa kau berlari seperti itu? Kau pasti berkeringat, hapus dulu keringatmu dengan ini” Nenek tersebut memberikan beberapa lembar tisu pada Naomi untuk menyeka keringatnya yang bercucuran.

GROWN UP (Side Story of Haechan & Naomi from FIX IT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang