Chapter 2

88 12 1
                                    

Happy reading all ❤️

*
*
*

“Jangan lupa untuk selalau menelpon” Pak Liam memeluk Haechan sambil memeberikan petuah-petuah bijak yang sudah ribuan kali Haechan dengarkan sampai Haechan hafal setiap jeda dan penekanan dalam kalimat yang Ayahnya ucapakan.

“Ini kesempatan terakhirmu, terimalah” Ucap Johnny sambil memegang kartu kredit unlimited-nya. Haechan menatap Johnny bosan. Kakaknya yang satu ini sepertinya tidak akan pernah menyerah untuk masalah ini.

“Kau meremehkan gaji dokter?” Ucap Haechan bercanda. Padahal sudah sejak lama Haechan tidak pernah menerima uang sakunya. Apalagi alasannya kalau bukan karena dia sudah bekerja?

Haechan beruntung di lahirkan dari keluarga yang ehm.. kaya, Ayahnya seorang pengacara terkenal. Kakaknya juga seorang pengacara dan pemilik berbagai aset di dalam dan luar negeri. Jadi dia tidak perlu pusing memikirkan biaya pendidikan dan sebagainya saat kuliah. Dia juga banyak mendapat uang sebelum menjadi dokter lewat live streaming-nya. Kesimpulannya uang bukanlah masalah untuk Haechan.

Satu persatu anggota keluarga mulai berpamitan. Alice tak kuasa menahan tangisnya saat memeluk adik iparnya itu. Mark dan Laura juga ikut menangis histeris saat Haechan naik ke mobil yang akan membawanya ke Bandara.

Haechan tak ingin diantarakan keluarganya ke Bandara. Kenapa? Ya sudah pasti dia akan menangis lebih kencang dibanding kedua ponakan lucunya itu.

Haechan bisa melihat dari balik kaca spion. Semua keluarganya melambaikan tangan. Sang supir yang mengantar bertanya kepada Haechan.

“Mau ku bukakan kaca jendelanya?”

“Jangan. Aku bisa berubah pikiran jika melihat mereka”

Haechan telah dewasa, anak tengil yang selalu menggoda Johnny dan Ayahnya kini telah menjadi sosok dokter yang menjadi idaman para ibu-ibu untuk dijadikan mantu.

*
*
*

“Permisi Kakek, apa kau tahu alamat ini?” Tanya Haechan pada seorang kakek tua yang sedang duduk di kursi malas depan toko klontong sambil mengipasi dirinya sendiri dengan kipas tangan bergambar seorang idol.

Pria itu tak menjawab sapaan Haechan, dia langsung memakai kacamata baca yang menggantung di lehernya lalu dibacanya tulisan di kertas itu dengan teliti.

“Ah, jadi kau orang yang akan menempati rumah itu?” Tanya pria tadi dengan sumringah.

“Em, benar” Jawab Haechan ragu.

“Kau datang ke orang yang tepat, kenalkan namaku Hui, aku pemilik toko klontong ini dan rumah yang tertera pada alamatmu ini dulunya rumah ibuku. Setelah beliau meninggal anak-anaknya sepakat untuk menjual rumah itu dan membagi rata uangnya. Rumah ibuku memang sudah tua, tapi rumah itu terawat dengan sangat baik”

“Ah” Sebuah jawaban singkat untuk penjelasan yang bahkan tak menjawab rasa penasaran Haechan. Karena Haechan sebenarnya tak ingin tahu.

“Ayo aku antar ke tempat barumu”
Tanpa menuggu jawaban Haecan pria bernama Hui itu langsung melangkah dengan cepat dan membuat Haechan yang memebawa dua koper berserta tas besarnya itu hampir kualahan karena pria tua tadi berjalan cukup cepat.

“Hei, bagaimana dengan tokomu?” Tanya Haechan yang berusaha menyamakan langkahnya dengan pria tua tersebut.

“Aku punya asisten” Jawab Kakek Hui sambil menunjuk kucing gemuk yang sedari tadi sedang bermalas-malasan di atas kaca etalase tokonya. Haechan hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala heran. Baru saja dia datang ke tempat ini, tapi perasaannya sudah tidak enak.

GROWN UP (Side Story of Haechan & Naomi from FIX IT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang