Aku terkekeh-kekeh saat menatap ekspresi Mira dan Galih. Kami sedang berada di The Jeann's, menikmati sore hari yang gerimis ini. Tiga cangkir minuman ada di depan kami masing-masing. Con panna ada di hadapanku, teh hijau di hadapan Mira dan mocca latte di hadapan Galih.
"Kamu ini enggak lagi ikut acara komedi terus latihannya ke kami kan, Far?" Akhirnya Galih bersuara.
Aku makin terbahak-bahak. Apalagi dengan tangan sedikit gemetar karena terlalu kaget, Mira mengambil cangkir putih di depannya dan menyesap pelan isinya.
"Serius, Lih!" Aku mengacungkan tangan kanan, tanda sumpah bahwa aku tak bohong. "Tapi, ya itu tadi ... aku belum ngomong ke Mama, apalagi Papa. Kalau Mama udah pernah ketemu Dimas dan emang kurang sreg karena status dan umur kami yang beda jauh. Khawatirnya lebih ke aku kalau nanti ada sindiran-sindiran gitu, bukan karena pribadi Dimas. Soalnya Mama lihat Dimas anak baik-baik, kok."
Galih menatapku sejenak, lalu mengalihkan tatapan ke istrinya yang masih asyik mengaduk-aduk isi cangkir dengan ekspresi wajah kebingungan.
"Mi, kamu serius enggak tahu kalau Fara ini deket sama salah satu karyawanmu?"
Pertanyaan Galih membuat Mira langsung mendongak. "Astaga, Pi! Kalau aku tau dari awal, udah kukasih tahu ke Papi, lah!"
Aku tertawa lagi. Mereka benar-benar pasangan yang sangat serasi. Sama-sama konyol, ekspresif dan tentunya sangat setia kawan. Selama bertahun-tahun, merekalah sahabat yang paling kupercaya. Aku bersyukur, 15 tahun lalu Galih memperkenalkan Mira padaku saat mereka masih dalam masa pdkt akan pacaran.
Mira tahu bahwa aku mantan kekasih Galih. Kupikir akan menjadi canggung antara kami, tetapi nyatanya tidak. Mira adalah orang yang santai dan selalu berpikir positif. Dia juga pembelajar yang baik, sehingga mungkin Allah berikan hidayah lebih cepat datang padanya daripada aku.
Mira selalu berkata padaku, "Untuk dapetin hidayah Allah itu enggak instan, Far. Emang butuh ikhtiar kuat, terus memohon sama Allah dan tentunya tawakkal. Sama dengan kalau kita punya suatu mimpi, hidayah pun juga kudu diperjuangkan." Meski aku yang memang masih bebal kadang suka mengabaikan nasihatnya itu.
"Eh, ngomong-ngomong." Suara Galih membuyarkan lamunanku. "Misal, nih, Mama Ratna akhirnya setuju, kamu yakin enggak kalau Om Hendri juga setuju? Dulu pas sama Haris kan aslinya enggak setuju, tapi kamunya yang ngotot."
Aku menatap Galih, lalu Mira. Keduanya memandangku seolah minta jawaban. Aku mendengkus, lalu mengangkat bahu. "Tauk, deh," jawabku, "Kan pastinya Dimas beda sama Haris kalau dari segi karakter. Kalau masalah finansial dan umur, Haris emang lebih cocok dan sepadan, tapi Papa bukan orang yang mikir kaya gitu. Setelah kejadian Haris, Papa lebih protektif dan enggak tau, ya ... aku kok ngerasa Papa kaya lebih mending aku janda sampai mati aja daripada disakiti cowok lagi."
"Masa gitu, sih?" Mira mengerutkan kening.
"Hm." Galih menyahut sambil mengelus dagu. "Kalau aku jadi Om Hendri mungkin mikirnya gitu juga. Soalnya bagi seorang ayah, lihat anak perempuannya disakiti, pasti rasanya enggak karuan."
Mira dan aku saling tatap, sebelum kemudian melihat Galih yang langsung tersenyum pada kami. "Kecuali kamu bisa yakinin dengan bahasa yang baik, antara kamu dan Om Hendri aja, Far, kalau Dimas adalah yang terakhir dan kamu bakal bahagia kalau hidup sama dia."
"Aku setuju itu, Pi." Mira mengangguk, lalu menyesap habis teh hijaunya.
"Memang enggak bisa instan. Pelan-pelan dulu, mengingat karakter Om Hendri yang kaku gitu. Baiknya emang kamu punya banyak pendukung dulu. Kalau dari keluarga Dimas seperti katamu tadi, neneknya menyerahkan keputusan penuh pada Dimas, anggap aja kamu udah punya satu 'sekutu'. Lalu, selanjutnya kamu udah ada Juwita. Sekarang fokus dapetin restu dari Mama Ratna. Kalau ketiganya udah kuat dukung kalian, ntar yang lain bakalan ngikut--"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kau dan Kopi di Senja Hari [Completed]
Romance© Sofi Sugito (2024) ===== 🚫 Rate 18+ Mengandung kekerasan fisik, verbal dan mental. ===== Fara. Janda 36 tahun yang mapan, cantik dan kaya. Pernikahannya gagal karena mantan suami yang berselingkuh dan KDRT. Kedua orang tuanya juga bercerai dengan...