Part 1 : Delusi.

288 18 12
                                    

Happy Reading, guys❤

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Jalanan ibu kota terlihat lengas karena hujan beberapa waktu lalu. Malam yang semakin larut, tetapi keramaian masih menyelimuti Kota Jakarta. Di depan coffee shop, gadis berhijab hitam berdiri seraya menatap sekeliling dengan raut wajah kebingungan. Kaki jenjangnya melangkah menjejaki trotoar sambil sesekali menggigit jari-jemari. Ia menelan kasar salivanya tatkala mendapati banyak orang yang berlalu-lalang di trotoar. Rasa cemas, takut, dan perasaan tak familiar dengan sekeliling mulai mendominasi amigdala-nya.

"Permisi, Mbak?"

Gadis itu terkesiap saat merasakan tepukan di bahunya. Netra hazel dengan iris yang didominasi warna hijau itu menatap seseorang di hadapannya dari ujung kepala sampai ujung kaki. Berbagai pikiran negatif tertancap begitu saja di kepala. Gadis itu berjalan mundur, tapi seorang wanita di hadapannya malah berjalan mendekat.

"Jangan mendekat! Kamu orang jahat!"

Wanita tersebut terkejut lantaran diteriaki seperti itu. Seketika orang-orang di sekeliling menatap ke arah mereka. Ada juga beberapa orang yang menghampiri keduanya, bermaksud untuk menolong. Tapi gadis berwajah Timur-Tengah itu malah berteriak sembari menangis.

"Semuanya tolong jangan salah paham dulu, ya. Saya berniat membantu mbak ini karena sedari tadi hanya berputar-putar di trotoar. Tapi mbaknya malah teriak ke saya." Wanita berusia kisaran 30 tahun itu memaparkan dengan wajah kesal. Bagaimana tidak kesal? Semua menatapnya dengan tatapan membunuh karena salah paham. Lagipula dia bukan orang jahat.

"Mbaknya mau kemana? Mungkin bisa kami anterin?" Salah seorang pria paruh baya bertanya dengan lembut pada gadis itu.

Rinjani, gadis itu menutupi telinganya. "Nggak! Kamu orang jahat! Kalian pasti dikirimkan untuk nyakitin saya, kan?! Pergi kalian semua!" teriaknya semakin tantrum.

"Wah, stress nih cewek kayaknya,"

"Masa, sih? Cantik begini kayak orang Arab,"

"Rinjani?!"

Suara bass itu mengalihkan atensi mereka. Langkah lebarnya berjalan mendekat ke arah kerumunan. Sempat hening beberapa waktu karena mereka salah fokus dengan penampilan pria dengan setelan jas yang begitu melekat di tubuhnya. Terlihat tampan dan berwibawa.

"Semuanya, saya minta maaf mewakili adik saya." Alfathsya Naren Zeandra, pria yang berstatus sepupu Rinjani itu pun bersuara. Tidak ada yang berani menyanggah sebab tatapan Alfath sangat tajam seperti Elang. Pada akhirnya, pria itu menggendong Rinjani kemudian berjalan menjauhi kerumunan. Sedangkan Rinjani yang sudah lemas, akhirnya pingsan juga.

Alzheimer-Mädchenliebe (Precious Notes From A Kindly Girl)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang