Warning! Shot, blood.
---
"Wan, lo belom rapih juga? Astaga udah jam sepuluh, anjir." Off dengan cepat membantu pria tersebut mengenakan jas hitam yang telah disiapkan, menyiapkan segala tetek bengek perlengkapan yang harus dibawa serta sepatu yang dikenakan.
"Nih sepatunya. Mobil di bawah udah siap, lo dianter supir aja."
Sang pria menganggukkan kepala, masih dengan wajah datar tanpa ekspresi serta tatapan kosong. Sebab biasanya, yang akan berada di posisi Off untuk membantunya seperti ini adalah Thitipoom.
Kekasih Gun tersebut menarik napas dalam-dalam, ini hampir lima bulan si manis menghilang. Gun yang terkadang menangis di kamar serta Krist yang berubah diam menjadi hal tersendiri yang perlu ditenangkan. Bahkan Singto telah menyerah dalam membujuk sang kekasih, lelaki itu tak akan menjawab ujaran yang diajukan jika tak berurusan dengan pekerjaan. Off? Hampir setiap malam lelaki itu akan terjaga, mencoba menghentikan tangis yang muncul sekaligus menguatkan diri. Sebab tiada satupun dari mereka yang siap menerima berita tentang New, jika itu adalah sesuatu yang buruk.
"Wan, ada banyak hal yang perlu lo lakuin di luar sana. Lo bilang, lo mau ninggalin ini, kan? Lo mau fokus nyari Poom kalo semua udah kelar. So, lift your chin up. Tunjukin ke mereka kalo lo pantes gantiin posisi Joss jadi Direktur Utama. Lo udah punya bukti yang mumpuni buat ngejatohin dia. Ayo, someone might be waiting for you, for those of you who finally has the guts to get out of here. Your Poom, Wan."
"This, at least remember this, if you managed to become Alta's CEO and gained more power, you can find Thipoom. Write it on your head, power and Thipoom."
Jika kalian penasaran, Alta adalah salah satu dari sekian banyak pemutar uang yang dimiliki Vihokratana. Tentu cucu dari keluarga besarnya bukan hanya Tawan seorang, benar? There's a lot of them, salah satu yang berhasil menduduki jabatan sebagai Direktur Utama perusahaan keluarga mereka adalah Joss Wayar, anak dari pamannya.
Kini, Tawan tengah berusaha untuk merebut posisi tersebut sebab tentu lebih tinggi jika dibandingkan menjalankan bisnis yang ini. Setidaknya, kekuasaan yang didapat akan lebih besar, akses Tawan untuk menggapai New—yang keberadaannya entah di mana itu, akan lebih kuat.
Tawan menarik napas, dalam-dalam, mencoba menenangkan diri dan mengikuti saran dari Off barusan, Thipoom, Thipoom-nya bisa jadi masih di sini, mungkin lelaki itu tak menunggunya sebab hal tersebut yang diharapkan oleh si manis, tetapi setidaknya izinkan ia menatap Poom-nya sekali lagi serta mengucapkan selamat tinggal.
"Oke, gue siap."
---
"Ei, kamu lapar lagi, huh? Bayi belum lahir aja mamnya banyak sekali." New mengusap perutnya dengan lembut, membuat suara jenaka yang kemudian dibalas dengan tendangan kecil dari dalam sana. Memicu kekehan geli dari empunya.
Usia kandungannya menginjak tiga puluh dua minggu, dokter telah memperkirakan Hari Perkiraan Lahir milik New sekitar enam hingga tujuh minggu dari sekarang. Agaknya menegangkan mengingat ini merupakan kehamilan pertama lelaki itu. Namun, di saat yang bersamaan pula, ada rasa penasaran serta bahagia yang membuncah dalam dada, sebab tak lama lagi mereka akan bertemu.
"I haven't prepared name for you. Wanna considering with me?"
Lagi-lagi, tendangan yang muncul seolah menjadi sebuah balasan dari pertanyaan yang diajukan. Cerdas, Thitipoom bet, he takes it from his dad. Sebab yang ia paham, Tawan adalah lelaki pintar dengan segala kekuasaan yang dimiliki. Ia berbahagia karena masih bisa melihat sisi sang tuan di tubuh anak mereka kelak. Mau bagaimanapun juga, darah Vihokratana mengalir di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Orbis ✓
RomanceMengisahkan tentang dua insan dengan dunia yang bertolak belakang. "Namun, Mas, maaf, aku benar tak bisa di sini bersamamu. Dunia yang aku inginkan dengan semesta yang tengah kamu jalankan, bertolak belakang. Aku rasa, aku tak bisa." -Thitipoom. a T...