love but ...

79 23 0
                                    

Penting!
Italic =fallsback

Anna duduk dikarpet tebal dekat tempat tidurnya. Menertawakan dirinya sendiri karena ucapanya pada Malvin tadi.

Ia sangat mencintai pria itu. Sangat. Makanya ia tak ingin Malvin terus bersamanya. Lelaki itu terlalu sempurna untuknya yang kotor.

"M-maafin aku.." ucapanya diiringi isakan tangis yang terus terdengar. Ia menjadi kurus akhir-akhir ini kalau kata mamanya.

Malvin memang pantas meninggalkannya. Bayangkan saja jika cowok itu tahu ia hamil diluar nikah tanpa tahu ayahnya yang mana. Malvin pasti jijik padanya.

Semuanya ini akan terjadi cepat atau lambat. Anna hanya mempercepat apa yang ditunda oleh waktu.

"Na... Ini yang terbaik.. kamu udah pikirin ini!" Ucapnya pada diri sendiri.

Haha akhirnya hubungan percintaannya berakhir seperti ini. Ia selalu membayangkan ia berjalan diatas lantai Gereja dengan sebuket bunga lalu Malvin yang tersenyum cerah didepan altar. Namun impian itu hangus dalam satu malam yang memilukan.

Bagai filim kenangannya bersama Malvin terputar diotaknya dengan sangat nyata.

Ia ingat betul saat Malvin datang malam-malam lewat jandela membawa Snack untuk dirinya yang hendak maroton drakor.

"Yang! Ini loh pesanan kamu!" Kata Malvin.

Anna terkejut bukan main. Ini sudah jam satu malam. "Astaga. Aku cuman bercanda tadi ngechat"

"Bercanda kamu bilang?! Terus besok ngamuk" Anna hanya bisa tertawa mendengar ocehan Malvin.

Malvin itu sangat perhatian walaupun hanya untuk hal-hal kecil. Seperti selalu mengingatkan Anna untuk membawa pena kesekolah atau kampus. Saat pagi hari Anna membuka handphone-nya selalu ada chat Malvin paling diatas.

"Pagi yang!... Hihihi kangen nih aku:). Btw hari ini kayanya hujan jadi aku bawa mobil. Semangat pagi sayangku.. jangan lupa bawah pena! Nanti dikelas minjam-minjam lagi" Begitu kira-kira isi chatnya. Terlihat sangat kekanakan memang namun entah mengapa Anna suka dan selalu kesepian jika pesan itu tak ada.

Mungkin sekarang harus terbiasa dengan tidak adanya hal seperti itu.

Lagi lagi air mata yang tak kunjung habis itu mulai turun. Oh iya jarinya terasa kosong tanpa benda asing yang terus melingkar disana. Cincin pertunangannya dan Malvin.

Waktu itu hari paling membahagiakan buat Anna saat pria yang seminggu tidak ada kabar itu menirimkan pesan ingin bertemu disebuah taman.

Anna tentu pergi kesana. Betapa terkejutnya ia saat Malvin menariknya kebawah cahaya lampu yang hanya menyoroti mereka berdua lalu berlutut memberikan cincin.

"Nana Will you Marry me? " Tanya Malvin waktu itu sambil memegang kotak berisi cincin.

Anna dengan senangnya menganggukkan kepala. "Yes!"

Malvin membawa keluarga besarnya dan juga keluarga Anna. Ah curang! Padahal Anna berniat mengomelinya karena seminggu tak ada kabar.

Sesak sekali mengingat semua momen manisnya bersama Malvin. Berulang kali Anna memukul dadanya agar sesak itu pergi namun nyatanya tidak!

Perlahan Anna menyandarkan badannya ke tembok tak sanggup menopang tubuhnya sendiri.

"ASTAGA ANNA!!!"

Itu teriakan terakhir yang Anna dengar sebelum tubuhnya ambruk. Semuanya menggelap.
.

.

.

"Sudah sadar?" Tanya Wiwin sang ibu saat melihat anaknya yang mulai membuka matanya.

Dibantunya tubuh itu agar bisa duduk.

"Kata Bu Dini kamu kecapean terus terlalu kepikiran jadi tadi pingsan" ucap Wiwin lagi. Bu dini itu bidan dikompleks mereka.

"Makan?" Wiwin kembali bersuara. "Ayolah. Kamu harus kuat supaya si Dede juga kuat"

Anna hanya mengangguk pelan. Kehadiran si dia dalam rahimnya membuat Anna harus menahan lemas, mual, dan juga suka tiba-tiba ingin makan sesuatu. Seperti yang asam-asam.

Wiwin menyuapi bubur. Anna makan dengan baik malam itu. Tidak mual seperti malam sebelumnya.

"Ada sesuatu yang pengen kamu makan?" Wiwin menyimpan mangkuk kosong dinakas lalu memberi air untuk diminum Anna.

Anna meneguk airnya "mangga." Cicitnya.

Wiwin tertawa gemas lalu mencubit pipi anaknya.

"Kebetulan mama tadi beli apel sama mangga. Kamu mau apel juga?"

Anna mengangguk lagi. Bumil ngidam malam-malam.

"Tunggu sebentar ya mama bawaiin" Wiwin menghilang dibalik pintu seiring dengan selesainya ucapan itu.

Anna menatap perutnya yang masih datar lalu mengelus perutnya

"Maafin mama.. tapi mama belum bisa nerima kamu ada... Mama akan coba buat nerima kamu sayang... Jadi kamu jangan marah ya. Mama butuh waktu" ucapnya sambil menangis. Mama? Ia akan segera menjadi seorang ibu nanti.

Disana dibalik pintu Wiwin menangis mendengar ucapan anaknya. Ia gagal menjadi ibu yang baik buat putrinya.

"Maafkan mama sayang" Guam Wiwin sambil menahan tangisnya.

Mencoba tersenyum lalu membuka pintu kamar itu.

"Sayang ini buahnya!"



Dapat ngga sih feel-nya? Apa jadi garing?

pewarna HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang