17 | Secangkir Kopi Kintamani: Mama dan Aku

298 62 26
                                    

Saat berjalan melewati ruang makan, aku kaget karena menemukan Mama sedang duduk sambil menatapku. Di hadapannya ada dua cangkir di atas meja. Satu cangkir berisi teh hijau panas, cangkir satunya masih kosong lengkap dengan sendok kecil. Juga ada satu teko air panas, satu toples kecil gula dan satu pack kopi Kintamani dari Dimas.

"Mama enggak bisa tidur. Mau ngobrol bentar enggak?" Mama lalu tersenyum padaku. Aku mengangguk. Segera kudatangi Mama, duduk didepannya sambil melepas jaket dan meletakkan tas di kursi sebelahku.

"Kamu enggak capek, Far? Baru seminggu sembuh, udah aktif kerja lagi, terus keluar sampai malam gini. Kamu sebenernya ngurus apa?"

Pertanyaan Mama membuat aktivitasku meracik kopi terhenti sejenak. Kutatap kedua mata Mama, tampak lelah juga. Aku tersenyum dan kembali meracik minumanku. "Tadi dari rumah Juwi. Ngobrol bentar, karena ada saudara temenku yang mau nginap di rumah dia, mumpung Tante Maya masih di rumah Papa."

Mama mengambil sendok kecilnya sendiri dan mengaduk pelan teh hijau panasnya. "Tadi Maya telepon, nanyain kabarmu."

"Tumben," sahutku sambil lalu dan mulai mengaduk kopi.

"Gimanapun dia juga keluargamu, jadi kamu--"

"Aku tau, Ma," selaku. Kemudian, aku tersenyum pada Mama dan menyesap pelan Kopi Kintamani dalam cangkir yang kupegang ini.

Mama menghela napas. "Kamu lagi ngejalin hubungan sama cowok, ya? Apa Dimas itu?"

Aku menatap Mama, tak ada gunanya mengelak sekarang. Mama selalu tahu, meski aku berusaha berbohong sekali pun.
Dengan pelan aku mengangguk sambil meletakkan cangkir ke atas meja. "Kami berencana menikah."

Perkataanku membuat Mama terdiam. Tak ada ekspresi kaget, sepertinya memang Mama sudah bisa menebak akan berjalan ke arah mana hubunganku dengan Dimas.

"Ma." Aku meraih tangan Mama dan menggenggamnya lembut. "Aku dan Dimas akan berjuang. Dimas anak yang baik dan dewasa. Mbah Uti, wali dia sejak kecil, nyerahin keputusan sama Dimas, jadi welcome ke siapa pun pilihan Dimas. Masalah finansial, dia lagi nunggu wisuda dan mengikuti rangkaian tes dosen tetap non PNS di UB, masih kerja sambilan sementara di kafe Mira, jadi--"

"Masalah finansial kan Mama enggak masalahin, Far." Mama membalas genggaman tanganku, ekspresinya tampak serius. "Mama khawatirnya ke kamu."

Mama menghela napas sebelum kembali melanjutkan. "Jarak umur kalian terlalu jauh, status kalian beda. Kamu udah pernah gagal nikah dan dia masih lajang. Kalaupun keluarganya oke, Mama enggak masalah juga karena bagi Mama kalau kamu suka, ya udah Mama enggak masalah. Tapi, gimana pandangan orang-orang ntar? Mama tau kamu masa bodoh, tapi gimana Dimas? Gimana juga kalau keluarganya ada yang enggak nyaman sama kamu? Mama enggak mau kamu sakit hati lagi. Kamu udah sejauh mana kenal dia? Yakin kalau dia mau terima kamu dengan segala kondisi keluarga kita serta masa lalumu? Yakin kamu kalau keluarganya juga oke sama kondisi keluarga kita dan masa lalumu? Mama cuman enggak mau kamu salah pilih lagi. Mama enggak mau kamu terluka, Far!"

Kata-kata Mama serasa menusuk jantungku, nyeri. Aku teringat pada saran Juwita tadi, bahwa sebaiknya kukatakan sesungguhnya pada Dimas tentang Haris yang adalah mantan suamiku. Aku yang pernah dikhianati dan juga mengalami KDRT meski hanya sekali saat kami akan bercerai. Juga bagaimana Haris yang selalu memakiku dengan kata kasar, bahkan beberapa kali mengataiku pelacur.

Aku tersenyum tipis. "Dimas emang belum tau semuanya, Ma. Sebentar lagi aku bakal ceritain semua, baik masa laluku sama Haris dan konflik kami di masa lalu ... semuanya. Biar Dimas yang milih, apakah mau terus sama aku atau berhenti di tengah jalan. Aku enggak bakalan maksa Mama dan Papa harus restuin rencana kami ini, karena aku udah lebih matang buat mikir sekarang. Waktu dulu minta restu nikah sama Haris, umurku masih 26 tahun dan sangat labil. Pengennya cepet nikah karena banyak temen seumuran yang udah pada nikah dan aku enggak mau dibilang perawan tua."

Kau dan Kopi di Senja Hari [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang