21. KESADARAN ELANG

9.3K 261 77
                                    

20. Dinner

Happy reading...

Absen buah 🍊 yuk

****

21. KESADARAN ELANG

         Elang melangkah keluar lobby apartemen, menuju parkiran luar. Bayangkan saja kemarin malam, jarak parkiran dan lobby cukup jauh, Elang sendiri membawa barang belanjaan mereka ke dalam unit apartemen dengan baju badut yanh masih melekat di tubuhnya. Tadi sebelum berangkat ke kantor. Ia memutuskan untuk menyiapkan sarapan pagi untuk Aluna yang sedang hamil besar.

Elang mempersiapkan sarapan nasi goreng dengan ayam crispy, sayuran segar, dan jus buah favorit Aluna. Aroma harum nasi goreng memenuhi ruangan.

Kini, kakinya melangkah masuk ke dalam mobil, waktu sepuluh menit ia gunakan untuk memanasi mobil sebelum di gunakan.

Perjalanan pagi yang cerah, matahari masuk menyelinap lewat pantulan kaca, tidak lupa Elang menghidupkan musik favorit miliknya. Jalanan yang cukup ramai membuat Elang sedikit terburu buru mengejar absen kerja.

Setelah menempuh perjalanan panjang, Elang akhirnya tiba di kantor. Ia keluar dari mobil dan menghela napas lega. Saat memasuki lobby, ia disambut hangat oleh para karyawan.

"Selamat pagi, Mas Elang!" seru Rina "Pak Rangga sudah menunggu Anda di ruangannya."

Elang tersenyum. "Terima kasih, Rina. Saya langsung ke ruangannya."

Rina menyerahkan sebuah folder. "Ini dokumen penting tentang proyek baru. Pak Rangga ingin Anda pelajari sebelum pertemuan."

Elang menatap dokumen itu "dokumen apa lagi ini?" Tanyanya

"Mas Elang, ini proyek baru, bernama 'EcoCity'. Kami akan mengembangkan kawasan hijau di pusat kota dengan teknologi ramah lingkungan."

Elang penasaran. "Teknologi apa yang akan digunakan?"

Rina menjelaskan. "Kami akan menggunakan panel surya, sistem penghematan air, dan material daur ulang. Proyek ini akan menjadi contoh perkembangan berkelanjutan di Indonesia."

Elang mengangguk. "Luar biasa! Apa peran saya dalam proyek ini?"

Rina tersenyum. "Anda akan memimpin tim pengembangan dan bekerja sama dengan tim desain untuk menciptakan konsep yang inovatif."

Elang memasuki ruang kerja ayahnya, Pak Rangga,  dengan langkah santai. Cahaya pagi memancar melalui jendela, menerangi wajah ayahnya yang sudah memandanginya dengan senyum hangat.

"Pah, pagi," kata Elang sambil mencium tangan ayahnya. "Rina sudah menceritakan tentang proyek EcoCity. Apakah benar kita  mengembangkan kawasan hijau di pusat kota?"

Pak Rangga mengangguk, mata bijaknya berkilauan. "Ya, Nak. Proyek ini akan menjadi contoh perkembangan berkelanjutan di Indonesia. Kami perlu diskusi lebih lanjut agar proyek ini sukses."

Pak Rangga menyerahkan sebuah folder tebal kepada Elang. "Ini rincian proyek EcoCity. Pelajari baik-baik, Nak. Kami perlu mempresentasikan konsep ini kepada investor pekan depan."

KISAH ALUNA (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang