Happy reading buat kamu yang setia sama cerita Beeilla💗💗💗💗
******
16. DURIAN
Sekitar pukul sembilan pagi, Aluna dan Elang sudah siap. Keduanya hendak ke rumah sakit kandungan untuk mengecek keadaan janin yang ada di perut Aluna. Bu Yuli sudah berpesan pada Elang untuk mengkosongkan semua kegiatan hari ini.
Elang dengan balutan dress merah maroon hadiah dari sang mertua, terlihat begitu sexy dengan perut yang buncit. Elang menoleh ke arah Aluna yang masih terduduk dengan cemilan di depan perut.
"Lo di liat liat, makan mulu ya" protes Elang membuat Aluna menghela nafas.
"Namanya ibu hamil"
"Apa semua ibu hamil akan beralasan seperti ini?" Gerutu Elang mengambil kunci mobil di atas nakah.
"Udah pada untung gak sih para bapak tinggal menunggu gelar ayah dari pada harus menanggung beban seberat ini selama sembilan bulan!" Cibir Aluna.
Elang tidak menjawab, dia terfokus pada layar handphone, ntah apa yang pria itu lihat, namun sedetik berikutnya, dia meminta Aluna membawa beberapa baju.
Tentu saja Aluna terheran "emangnya kita mau kemana?"
"Ternyata ntar malem pelepasan murid. Lo nginep aja dulu di rumah mama, gue pasti pulang malem" balas Elang.
Dia masuk ke dalam kamar Aluna, membuka lemari baju. Membantu Aluna memasukan baju ke dalam tas, Aluna yang melihat itu hanya berdiri sembari memasukan makanan ke dalam mulutnya.
Tangan Elang terhenti ketika Aluna menunjukkan lipatan panjang seperti risol. Apa ini? Celana dalam?
"Buruan kak, kenapa malah diam? Kita harus segera menemui dokter lho" protes Aluna mengacuhkan Elang yang tertegun dengan pakaian dalamnya.
"Ah iya"
Elang kembali memasukkan tiga gulungan ke dalam tas kecil Aluna. Memasukan beberapa pakaian dalam lainnya, daster yang Aluna tunjuk serta baju pergi yang nyaman untuk Aluna.
Setelah semua di nyatakan tidak ada yang ketinggalan, bahkan beberapa cemilan yang Aluna sukai akhir akhir ini tidak luput di bawa juga. Aluna menggeleng melihat Elang, dia pasti takut dengan Bu Yuli.
***
Di parkiran rumah sakit, Elang berjalan mendahului Aluna. Sesampainya di resepsionis, Elang menahan kesal lantaran Aluna hari ini salah jadwal temu.
"Lo gimana sih?" Herdik Elang saat mereka masuk ke dalam mobil.
"Aku lupa kak, maaf ya" ujar Aluna dengan kepala tertunduk.
Malas berdebat, Elang melanjukan mobilnya, meninggalkan area rumah sakit, menuju ke rumah orang tuanya. Di perjalanan yang lumayan jauh, Aluna tiba tiba minta berhenti.
"Apa lagi?" Gerutu Elang.
"Aku pengen durian ka" pinta Aluna dengan mata berkaca kaca.
"Nggak, gue muntah cium aromanya" tolak Elang cepat.
Aluna menoleh ke arah luar jendela mobil. Matanya berkaca kaca melihat buah durian yang berjejer rapi di pinggir jalan. Ntah kenapa tiba tiba dia sangat ingin buah itu.
"Na, yang lain aja lah. Buah naga juga mirip kok" saran Elang ketika suara tangisan Aluna terdengar. Gawat saja bila bu Yuli tau jika Aluna menangis. Apalagi mereka akan mengunjungi rumahnya.
"MANA ADA SAMA, DARI WARNA SAMA BENTUK AJA UDAH BEDA!" Jerit Aluna membuat Elang menutup telinganya.
"Astaga Na, kita di dalam mobil lho malah teriak sih"

KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH ALUNA (SEGERA TERBIT)
Ficção AdolescenteSEBAGIAN BAB TELAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PENERBIT!!! Aluna, seorang gadis muda yang lahir dari keluarga yang tidak utuh, menghadapi kehidupan yang penuh tantangan. Ayahnya, Baron, adalah seorang bandar narkoba yang tidak peduli dengan keluargany...