Keigo masuk ke dalam ruangan (Name), nampak (Name) tengah tertidur pulas. Keigo kemudian duduk di sebelah (Name) dengan tangan kirinya yang perlahan menggenggam tangan milik (Name).
Keigo mengangkat tangan (Name) dengan pelan dan hati-hati, lalu ia mengecup punggung tangan (Name) dengan lembut dan penuh dengan rasa peduli. Tertulis dari wajahnya bahwa ia sangat menyayangi adiknya ini. Tangan kanannya mengusap-usap kepala (Name) dengan lembut.
Biasanya jika Keigo melakukan hal tersebut, (Name) akan marah dengan semburat merah kecil di pipinya. Tapi sekarang (Name) hanya terbaring lemah, tak ada teriakan keras yang menyuruhnya berhenti. Tak ada lagi omelan yang tak terhenti. tak ada lagi penyiksaan kecil yang selalu ia terima.
Keigo menatap lekat wajah (Name) yang terlihat begitu tenang, seakan-akan takdir buruk tidak pernah menimpa dirinya yang malang. Keigo mulai teringat dengan perkataan dokter sebelum ia masuk ke ruangan (Name).
.
Keigo mengelap air matanya dengan bajunya. Lalu ia berdiri dan menghampiri Rumi dengan Dokter.
"Rumi, berhenti melakukan itu. Kau hanya menakutinya," titah Keigo.
"Tapi-"
"Dokter... Jelaskan keadaan adikku denga rinci tanpa ada yang terlewat."
Rumi pun melepaskan genggamannya. Sang Dokter menarik napas lega, lalu ia menengok ke arah Keigo. Ekspresi keduanya menjadi serius.
"Seharusnya quirk milik (Name) bisa menyembuhkan matanya, tapi entah karena apa quirknya berjalan dengan sangat amat lambat. Bahkan kami sempat mengira, (Name) kehilangan quirknya tapi ternyata tidak, quirknya masih mencoba untuk menyembuhkan mata (name)," jelas Dokter itu.
"Diagnosa kami adalah... karena syok dan trauma jadi quirknya tak dapat berjalan dengan lancar. Kami memutuskan untuk mengoperasi mata (Name), namun kami gagal melakukannya karena kami takut saat operasi dengan bekerjanya quirk milik (Name) akan bentrok dan membahayakan (Name)," lanjut Dokter.
"Apa tidak ada cara lain untuk mengembalikan penglihatannya? Apa quirk dengan penyembuhan tidak bisa menyelamatkannya?!" tanya Rumi.
Dokter menggelengkan kepalanya.
"Tidak ada. Jadi sekarang kita hanya bisa berharap traumanya sembuh dan quirk (Name) dapat berjalan seperti semula dan matanya dapat sembuh kembali."
Setelah menjelaskan semuanya, sang Dokter pun pamit dan pergi. Rumi mengepalkan tangannya marah, ia menengok ke arah ruangan (Name) namun dengan cepat memalingkan wajahnya kembali. Tidak. Rumi tidak kuat melihat (Name) dengan keadaan seperti itu.
Adik kecilnya yang imut dan ceria... Harus berbaring menderita seperti itu...
Pada akhirnya Rumi izin pergi pada Keigo. Ia bilang akan mengunjungi (Name) saat ia sudah siap. Keigo hanya mengangguk. Mengerti dengan perasaan Rumi. Tidak apa, kali ini pasti... Keigo bisa menjaga (Name) dengan benar.
Keigo pun masuk dengan perlahan ke ruangan (Name).
.
"(Name)... Entah apa yang harus ku jelaskan padamu saat kau bangun..." gumam Keigo.
Tangan (Name) yang digenggam Keigo mulai bergerak, Keigo kaget dan terus memerhatikan tangan (Name) yang bergerak. Ia senang tapi juga tidak. Apa yang harus ia jelaskan nanti pada adiknya ini? Bagaimana menjelaskannya dengan sebaik mungkin?
Perlahan mata (Name) terbuka, Keigo meneguk ludahnya dengan susah payah. Apa yang ia takutkan akan segera terjadi.
"(Name)...?"
(Name) tidak merespon, ia terus mengedipkan matanya. Keigo tahu, (Name) bingung dengan sekitarannya yang mungkin sudah menjadi gelap.
"Abang? D-dimana...?"
"...."
"Kenapa gelap banget? Lampunya..."
Keigo langsung memeluk (Name) dengan erat. Keigo menggigit bibirnya berusaha untuk menahan air mata yang akan segera terjatuh.
(Name) pun semakin kebingungan dan takut.
"Bang? Kenapa? Lampunya... Nyalain dulu..."
"...(Name)... Maafin abang, ya?"
"Maksudnya?"
"Kamu nggak bisa melihat dunia ini lagi..."
Kalimat Keigo itu serasa panah yang menancap di dada (Name). Tak bisa melihat dunia lagi? Artinya ia sudah menjadi buta? Itu hal yang tak mungkin kan?! Bukankah seharusnya quirknya mampu meregenerasi mata baru?!
Tidak. Pasti ada kesalahan.
Tubuh (Name) bergetar hebat, ia terus-terusan mengedipkan matanya berharap bahwa warna hitam yang ada di hadapannya menghilang dan tergantikan oleh dunia yang asli.
Tangan (Name) terus mengucek-ucek kedua matanya. Keigo yang tahu hal itu langsung menghentikan kedua tangan (Name).
"Berhenti (Name). Maaf... Maaf... Maaf..."
"Nggak! Abang pasti lagi nge prank kan?! Iya kan?! Kan?!"
Tak ada jawaban dari Keigo. Ia melihat (Name) yang sedang menatapnya dengan tatapan kosong. Mata (Name) tidak benar-benar menatapnya, itu membuat hati Keigo terasa sakit.
Karena Keigo tak memberikan jawaban apapun, (Name) sadar. Keigo tak berbohong. (Name) sudah menjadi buta. Tapi apa itu hal yang mungkin untuk tubuhnya?!
Beberapa saat kemudian (Name) menangis dengan keras. Tidak, ia tak mau menjadi buta. Ia tak nyaman dengan pemandangan hitam ini, ia ingin melihat lagi.
Keigo tak bisa berkata-kata apa-apa, melihat (Name) menangis saja membuat hati Keigo serasa tersayat. Yang bisa ia lakukan hanyalah memeluk (Name) dengan erat.
•••
Setelah menenangkan (Name) dan membuatnya tertidur lagi, Keigo menerima telepon dari UA. Keigo memang merencakan untuk mengeluarkan (Name) dari UA, sekarang karena keadaan sudah terlanjur seperti ini (Name) tidak butuh lagi yang namanya sekolah.
"Halo-halo Hawks! Senang mendengar adikmu selamat, maaf ya kami tidak bisa membantu banyak. Kami sedikit telat mengetahuinya hahaha!!" ucap Nezu diseberang sana.
Suara Nezu sangat membuat Keigo kesal. Tapi ia harus bisa menahan dirinya untuk saat ini.
"Sebelum kau mengatakan sesuatu, aku ingin (Name) keluar dari sekolah."
Beberapa saat Nezu tak menjawab. Lalu ia berkata, "Baiklah jika itu yang kau inginkan."
"Aku akan memprosesnya dengan cepat, semoga (Name) cepat pulih. Oh, dan aku hanya ingin bilang besok datanglah kemari. Aku ingin membicarakan sesuatu yang penting," lanjutnya.
"Aku tak bisa pergi, aku harus menunggu (Name) di sini," tolak Keigo.
Keigo langsung mematikan teleponnya. Namun Nezu tak menyerah, ia terus mengirim pesan pada Keigo sampai-sampai ponsel Keigo tak berhenti berbunyi. Tapi keputusan Keigo sudah bulat. Ia akan mengambil cuti selama beberapa bulan dan fokus untuk mengurus (Name).
Ia tak mungkin membiarkan (Name) sendirian di rumah dengan kondisinya sekarang ini, bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Abang Takami! (Male Reader)
Fanfictiongimana sih rasanya punya abang bersayap? serasa punya malaikat? gak tahu tanya aja sama Keigo (First Name)