"Apa semalam kau tidak bisa tidur?"
"Lagi?"
Tatapan kosong Karina buyar seketika dan dengan cepat ia langsung menoleh ke belakang, betapa terkejutnya ia mendapati Taeyong tengah berdiri di ambang pintu kamarnya seraya menatap Karina dengan risau.
"Kak Taeyong? Sejak kapan kau datang?" Tanya Karina.
Taeyong mengerenyitkan alisnya, "Yang benar saja kau tidak menyadari kedatanganku? Aku bahkan sudah datang sebelum kau berdiri termenung di balkon. Lama sekali." Jawab Taeyong.
Karina kembali terdiam setelah mendengar jawaban Taeyong itu, ia justru berjalan masuk ke dalam kamarnya lalu duduk di sisi ranjang.
"Apa yang kau pikirkan?" Tanya Taeyong.
Karina menggeleng lemah lalu menundukkan kepalanya, "Tidak ada." Jawabnya.
Bohong rasanya jika Karina menjawab pertanyaan Taeyong dengan jawaban 'tidak ada', karena nyatanya 'ada terlalu banyak hal' yang ada di pikiran Karina, bahkan Karina tidak mengerti kenapa rasanya sulit sekali baginya untuk mengutarakan keluh kesah dengan kata-kata. Kadang, mengungkapkan apa yang dipikirkan dan dirasakan adalah hal yang sulit.
Taeyong menghela nafas lalu melangkahkan kakinya masuk dan duduk di samping Karina, "Hal yang dipikirkan terus menerus akan menjadi beban pikiran dan bahkan membuat tidurmu menjadi terganggu, Karina. Ceritakan semuanya padaku jika itu bisa membuatmu lega, aku siap mendengarkan." Ujar Taeyong.
Kondisi Karina yang seperti ini benar-benar membuat Taeyong merasa khawatir, Taeyong sering mendapati Karina termenung sendirian sejak meninggalnya sang ayah, belum lagi baru-baru ini Taeyong mendapat kabar dari Karina bahwa ia mengalami kesulitan untuk tidur atau Insomnia.
Berulang kali Taeyong meminta Karina untuk mengutarakan keluh kesah yang ia rasakan pada Taeyong dan berharap kalau itu dapat mengurangi beban pikiran Karina, namun Karina tetap tidak mau membaginya pada Taeyong dan Karina selalu memendam semuanya seorang diri.
Taeyong hanya bisa pasrah saat ia kembali mendapatkan penolakan dari Karina karena Karina diam tidak merespon.
"Baiklah kalau kau memang tidak ingin. Lebih baik kau cepat temui aku di meja makan, aku sudah membuatkanmu sarapan." Taeyong lantas beranjak dari posisinya dan mengusap-usap bahu kanan Karina.
Karina mendongak dan menarik sudut bibirnya ke atas membentuk sebuah senyuman tipis untuk Taeyong, "Aku segera menyusulmu." Ujar Karina.
Setelah kepergian Taeyong dan disusul dengan pintu kamar yang tertutup rapat, Karina langsung merebahkan tubuhnya dan memandangi langit-langit kamar.
Karina kembali hanyut dalam pikirannya sampai ponsel pintar miliknya yang berada di atas nakas berdering menandakan ada sebuah panggilan masuk, dengan segera Karina mengambil ponsel pintar miliknya untuk menjawab panggilan suara itu.
Panggilan suara dari Winter.
"Ya, Winter? Apa Ibu baik-baik saja?"
"Ibu baik-baik saja, hanya saja..."
"Ada apa, Winter? Ada sesuatu yang terjadi padamu?"
"Aku juga baik-baik saja. Aku hanya ingin bilang padamu kalau orang-orang dari pengadilan kembali datang ke rumah kita, mereka kembali memberikan kita peringatan ke dua untuk segera melunasi utang almarhum Ayah."
"Apa mereka masih ada di rumah?"
"Tidak, mereka sudah pergi."
![](https://img.wattpad.com/cover/295485807-288-k104876.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Match : Karina Jeno
FanfictionDemi mempertahankan aset milik keluarganya Karina rela menikah kembali dengan Jeno, sedangkan Jeno menolak keras jika sebagian aset kekayaan keluarganya menjadi milik Karina jika Jeno tidak mau kembali menikahi Karina. Tuan Lee dan Nyonya Lee sangat...