Who?

8 1 2
                                    


Langit pagi ini terlihat jauh lebih indah dari pagi-pagi yang lain. Sepagi ini pula Rhea sudah hadir di kamar bernuansa putih abu-abu milik Kaia dengan membawa tas ransel yang berat berisi laptop serta buku-buku referensi. Di sinilah mereka berdua yang akan menyerahkan hari-hari mereka kepada setumpuk tugas memusingkan.

"Ayok udah perpus aja sumpek banget di kamar," jelas Kaia si empunya kamar.

"Pelit. Udah sini aja, males ke perpus gak bisa rebahan gini," bantah Rhea yang semakin menempelkan punggungnya di Kasur.

"Niat ngerjain apa rebahan si? Udah lah ayok ke perpus aja. Jajan dulu tapi, ayok ah," berlalu sambil membawa tas milik Rhea.

Mimpi apa Kaia semalam, belum ada 15 menit sahabatnya berada di kamar tetapi sudah berubah seperti terhempas angin ribut.

Mereka kini sudah berjalan menuju perpustakaan yang tidak jauh dari kost Kaia. Alasan mereka berjalan kaki karena supaya hemat dan mengurangi pencemaraan udara. Sebelum berperang mereka membeli sarapan bubur ayam favorit milik Mang Aceng dan beberapa jajanan.

"Kamis pagi gini mau kemana deh udah rapi banget?" Tanya lelaki dengan hoodie hitam dan celana tidur itu.

"Mau ke perpustakaan dong, ngelarin tugas. Tumbenan udah bangun, Ndra. Mana jauh-jauh ke sini," jawab Kaia pada lelaki bernama Tarendra di sebelahnya itu.

"Rajin banget ya Kai. Wehweh gak bener, bangun paling pagi mah aku, yang lain kudu dipatok ayam dulu baru bangun," jawab Tarendra asal sambil tertawa.

"Rajin lah. Iyain aja anak kecil mah...." Belum selesai Kaia berbicara, Rhea menyela pembicaraannya. "Di kontrakan Tarendra aja yuk Kai, gak mau di perpustakaan gak bisa slonjoran, gak bisa sambil makan. Ya..ya..ya..yaaaa," rengek Rhea dengan puppy eyes nya.

"Ngrepotin lah, belum pada bangun Rhea...." Lagi, pembicaraannya terpotong namun oleh orang yang berbeda. "Ih gapapa tau Kai, ayok aja sekalian kan bangunin mereka apalagi tu si Bara susah banget bangunya kayak latihan pingsan tiap pagi. Udah ayok," Lelaki itu menyelesaikan kalimatnya dengan senyum yang menghilangkan matanya.

"Jauh, Ndra males," tolak Kaia mentah-mentah.

"Enggak Kai, ayok," Rhea dengan yakin menggandeng tangan Kaia untuk mengikutinya.

Setelah pesanan mereka selesai, mau tak mau Kaia mengikuti dua temannya berjalan menuju kontrakan Tarendra. Bukannya Kaia tidak mau tetapi pasti akan terjadi kecanggungan antaranya dengan Bara karena kejadian semalam yang tidak terduga. Suka tidak suka langkahnya kini benar-benar menuju kontrakan.

Di sinilah mereka di depan rumah satu lantai yang tidak begitu besar namun sangat nyaman dengan nuansa warna putih dan coklat muda menghiasi setiap sudutnya.

"Loh ada Kaia, Bara belum bangun Kai," kata lelaki yang keluar dari kamar tengah rumah itu.

"Kesini bukan buat ketemu Bara kok, Hes. Mau ngerjain tugas, tu nurutin Rhea padahal mah Rhea yang mau modus," sindir Kaia jelas.

"Mana ada, suka ngawur mulut," timpal Rhea.

"Ye gak usah berantem, lagian keliatan Rhe modusnya mau ketemu Tarendra kan," ejek Mahesa dengan tawa.

"Yayaya terserah," tutup Rhea singkat karena sudah sangat malas dengan segala ejekan yang akan dilontarkan oleh Mahesa.

Setelah mereka menghabiskan sarapan bersama dan sudah menyelesaikan beberapa tugas akhirnya Barata kembali ke dunia nyata dengan kesadaran di bawah rata-rata. Terbelalak hebat kedua matanya saat mengetahui Kaia, wanita pujaannya berada tepat di hadapannya dengan senyum khas yang berhasil mengembalikan kesadarannya.

BERTAUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang