Kita dan Malioboro

6 0 0
                                    


Wanita dengan kaos oversize dan celana jeans serta rambut yang dikuncir seperti ekor kuda itu menunggu kekasihnya dengan sabar walaupun sudahh 10 menit berlalu. 

Sore itu begitu terang dengan mentari yang masih sanggup menampakkan diri, jingga warna langitnya. Hangat sangat hangat. 

"Maap ya, cantik. Lama banget ya nunggunya?" Bara menghampiri kekasihnya dengan usapan sayang di rambut kekasihnya itu.

"Enggak lama kok, belum setahun kan?" dilanjut Kaia dengan tawanya.

"Yaudah ayok. Aku hari ini bawa motornya Mahesa. Biar mesranya lebih. Hehehe," dengan kebiasaannya memamerkan deretan giginya yang rapi.

"Udah bilang sama  Mahesa kan? Jangan bilang belum," Kaia dengan tatapan menelisiknya yang dijawab dengan garuk-garuk tengkuk oleh Bara dengan senyum usilnya.

"Gapapa tau Kai, tadi Mahesa lagi mandi. Lama dia jadi ku bawa aja deh," membawa Kaia menuju motor pinjamannya.

Jalanan kota malam ini tidak begitu ramai padahal ini adalah malam Sabtu yang mana biasanya pasti akan sangat ramai. Bara dan Kaia menikmati perjalanan malam Sabtu mereka dengan penuh canda dan tawa serta berbagai pertanyaan "Mau kemana kita?" keluar dari mulut mereka secara bergantian.

"Kita loh mau kemana, Bara?" Kaia bertanya dengan sedikit berteriak.

"Mau kemana aja aku ngikut," balas Bara tak mau kalah dengan lebih berteriak.

"Gak usah teriak-teriak aku juga denger," jawab Kaia dengan memukul pelan helm milik Bara.

"Hah? Apa? Mau berak?" Jawab Bara asal masih dengan teriakannya.

"Gak tau ah," Kaia berteriak dan memukul helm Bara lebih keras.

"Ooo... Malioboro aja, kita jalan-jalan gak usah ngambek," jawab Bara tanpa berteriak karena kini mereka sudah berada di lampu merah.

"Wuu, iya, ke sana aja,"

Kini mereka sudah berada di jalanan Malioboro dengan suasana malamnya yang khas.

"Terakhir kali kita jalan di sini pas seminggu abis jadian," di sana Kaia tertawa pelan.

"Iya ya, sekarang kita dah sibuk maisng-masing. Ceilah bahasanya sibuk," timpal Bara enteng.

"Tapi syukur kita masih bisa bareng-bareng ya, Bar," ucap Kaia sembari memperhatikan kekasihnya.

"Aku bakalan terus sama kamu, di sini dan di sini, itu pasti dan aku juga akan memastikan kalau aku bisa terus di samping kamu kayak gini dalam suka maupun duka, gimanapun keadaan kita," jawab Bara dengan menunjuk dada dan kepala milik Kaia dan diakhirinya dengan senyum.

"Iya aku juga akan berusaha seperti itu. Aku percaya kamu hampir sepenuhnya jadi kalau nanti akan terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan itu sudah pasti salahku karena aku mempercayaimu hampir sepenuhnya. Aku gak berharap yang terburuk akan terjadi tapi aku udah mempersiapkan segala yang akan terjadi antara kita," Kaia berbicara dengan ganggamannya yang semkain erat.

"Ngomongnya kayak yang mau pergi jauh aja, jelek banget si Kaia. Gak akan terjadi yang buruk-buruk. Ya? Kita seneng-seneng aja ah. Beli es krim aja yok atau mau apa deh sebut, sebut. Ntar ni kalau sedih-sedih begini ku tinggal di sini biar nemenin lampu jalan," hibur Bara dengan mengacak-acak rambut rapi milik Kaia.

"Idih apa sih, tega ninggal aku di sini sama lampu jalanan? Jahat betul kamu anak muda. Ayok cari es krim aja," Kaia merapikan rambutnya dan beranjak berjalan mencari es krim.

"Kebiasaan sukanya ninggal," Bara menyusul Kaia dengan sedikit berlari.

Semakin malam mereka berada di Malioboro, suasana menjadi semakin ramai. Banyak pedagang kaki lima yang mulai ramai pengunjung, di setiap tempat terdapat muda-mudi bahkan orang tua yang berswafoto, mengabadikan segala momen berada di Malioboro ini.

BERTAUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang