Duniamu memang sudah hancur
Namun hidupmu belumlah berakhir🤍🤍🤍
Setelah melakukan diskusi yang lumayan panjang, akhirnya seminggu setelahnya aku memutuskan untuk ikut bersama ayah tiriku ke Jakarta dan melanjutkan hidupku disana. Memang kemarin setelah aku menangis dalam dekapan Bang Ed, ayah tiriku mengajakku untuk ikut tinggal dengannya dan kedua anaknya.
Awalnya aku menolak karna aku tau ada satu anak beliau yang merupakan adik dari Bang Ed itu kurang menyukaiku. Namanya Alugra Adimasta Sadewa, atau biasa dipanggil Agra. Aku tak tau dia benar-benar membenciku ataukah hanya tak suka padaku. Tapi yang pasti, Agra selalu menatapku dengan sinis.
"Ay! Udah beres semuanya?", tanya Bang Ed sembari membuka pintu kamarku.
Aku menoleh dan mengangguk. "Udah Bang! Ini baru selesai", ucapku sembari meletakan buku diary ku kedalam laci meja belajar.
Bang Ed mengangguk sembari menatapku hangat. Tatapan yang selalu membuatku merasa dianggap sebagai seseorang yang berharga.
"Kalo gitu kamu mandi trus nanti turun kebawah! Kita makan dulu sebelum berangkat buat beli seragam juga peralatan sekolah kamu. Kamu beneran mau langsung sekolah aja besok? Enggak capek?"
"Iya bang, Aya masuk sekolah besok. Enggak kok, gak capek. Kan nanti malem juga istirahat, jadi besoknya udah gak capek lagi"
Bang Ed mengangguk pasrah. "yaudah gih mandi! Nanti keburu sore!", titahnya sembari mengacak pelan rambutku.
"Siap komandan!", sahutku memberi hormat ala-ala militer.
Setelah mengambil handuk, aku langsung melangkah pergi memasuki kamar mandi meninggalkan Bang Ed yang mungkin langsung keluar dari kamarku.
🤍🤍🤍
Nayarra POV end
Setelah selesai makan, Nayarra dan Edward pun langsung pergi menuju salah satu mall ibu kota. Beruntungnya jalanan sore hari ini lumayan lengang sehingga mereka tak perlu berlama-lama diperjalanan.
Sampai di mall mereka langsung menuju butik khusus seragam sekolah untuk membawa pesanan, karna memang untuk seragam sekolah Edward sudah memesannya terlebih dahulu. Sehingga mereka tak perlu berlama-lama didalam butik.
"Bener kan ukurannya? Atau kegedean?", tanya Edward pada Nayarra saat melihatnya keluar dari ruang ganti.
"Pas kok bang! Aku kan bukan chili-chilian yang suka pake seragam ketat-ketat gitu", cengirnya.
Edward mendengus pelan sembari mengacak lembut puncak kepala Nayarra. Kemudian beralih mengambil tas berisi seragam sekolah SMA Galaxy yang tadi dibawa Nayarra.
"Kita beli buku dan kawan-kawannya dulu yuk! Abis itu terserah kamu mau kemana", ajak Edward pada adiknya yang tengah merapikan rambutnya.
Nayarra hanya mengangguk pasrah sembari mengikuti langkah kaki Edward. Sembari melangkah, ia menolehkan kepalanya ke segala arah guna memperhatikan orang-orang yang juga tengah berlalu-lalang didalam mall. Ya memang hal itu sudah menjadi kebiasaan seorang Nayarra saat berada ditempat ramai.
Ia sangat suka memperhatikan orang-orang yang ada disekitarnya. Entah apa tujuannya, tapi bagi Nayarra saat melakukan hal itu rasanya seperti ia benar-benar hidup. Karna ia memang termasuk orang yang tak terlalu suka keramaian, jadi saat ia berada didalam lautan manusia, ia merasa bahwa ia benar-benar hidup dibumi yang berisi berbagai manusia dengan bentuk dan sifat yang berbeda-beda.
Bruk!
Saat tengah asyik dengan dunianya, tiba-tiba ada anak kecil yang menabraknya. Beruntung karna ada Edward yang menahannya sehingga ia tidak ikut terjatuh seperti anak laki-laki yang menabraknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion [END]
Teen FictionPINDAH KE FIZZO DENGAN VERSI YANG LEBIH BAIK DENGAN JUDUL "DANDELION (JEANA)" Nayarra Helliuma Dandelion Banyak yang iri dengan kehidupan gadis ini. Dia bebas dan ceria. Namun aneh juga misterius. Jika penasaran dengan kehidupannya, mari nikmati dan...